Ogah Pensiun! 7 Jet Tempur Tertua Dunia yang Masih Aktif Bertugas di 2025

Meski teknologi penerbangan militer terus melesat, sejumlah jet tempur klasik yang dirancang berpuluh-puluh tahun lalu ternyata masih dipercaya hingga kini.
Ketangguhan desain, upgrade teknologi, serta peran taktis yang tetap relevan membuat mereka bertahan di langit bahkan sampai 2025.
Dilansir VIVA dari Wionews, inilah tujuh jet tempur tertua yang masih aktif digunakan berbagai negara, mulai dari MiG-21 yang legendaris hingga Su-22 penyintas sayap ayun.
1. MiG-21 – Pekerja Keras Supersonik
Pertama kali mengudara pada 1955 dan resmi beroperasi pada 1959, MiG-21 buatan Soviet menjadi ikon perang udara era Perang Dingin. Sayap delta ramping, kecepatan hingga Mach 2, serta biaya operasional rendah menjadikannya tulang punggung banyak angkatan udara.
India, Kroasia, hingga beberapa negara Afrika masih mengoperasikannya. Bahkan Angkatan Udara India sempat meraih kemenangan penting dengan MiG-21 pada Perang Indo-Pakistan 1971. Meski sudah berulang kali dimodernisasi, India berencana memensiunkan armada tuanya pada September 2025.
2. Northrop F-5 – Gesit dan Serbaguna
Diluncurkan pada awal 1960-an, F-5 Freedom Fighter dan penerusnya F-5E Tiger II masih aktif di Brasil, Taiwan, dan Tunisia. Jet ringan buatan AS ini dikenal lincah, andal, dan mudah dirawat.
Meski daya angkut dan jangkauannya terbatas, F-5 tetap dipilih banyak negara karena murah dioperasikan. Ia juga sering dipakai sebagai pesawat latih atau pesawat agresor dalam latihan tempur.
3. F-4 Phantom II – Legenda Serba Bisa
Diperkenalkan tahun 1960, McDonnell Douglas F-4 Phantom II pernah menjadi bintang Perang Vietnam. Pesawat bermesin ganda ini mampu membawa hingga 8.400 kg persenjataan, menjadikannya salah satu jet tempur dengan daya angkut terbesar di masanya.
Hingga kini, Phantom masih terbang bersama Iran, Turki, dan Korea Selatan dalam versi modern yang sudah ditingkatkan radar dan sistem peperangan elektroniknya. Perannya kini lebih fokus pada pengintaian dan misi khusus.
4. Mirage III – Pelopor Sayap Delta
Mirage III buatan Dassault Prancis mulai beroperasi pada 1961 dan masih aktif di Pakistan serta Argentina. Sayap delta khasnya memberi keunggulan dalam kecepatan tinggi dan akselerasi pendakian.
Jet ini terkenal pada Perang Enam Hari 1967, ketika pilot Israel meraih banyak kemenangan udara dengan Mirage III. Dengan avionik modern dan integrasi persenjataan baru, pesawat ini masih bisa menjalankan misi terbatas hingga sekarang.
5. Chengdu J-7 – Kloning MiG-21 dari Tiongkok
Dibangun berdasarkan desain MiG-21, Chengdu J-7 pertama kali terbang pada 1960-an. Pesawat ini masih digunakan Angkatan Udara Tiongkok dalam peran sekunder, termasuk pelatihan dan patroli perbatasan.
Meski jangkauan dan kemampuan radarnya terbatas, J-7 tetap memiliki kecepatan yang bisa diandalkan. Selain itu, varian ekspornya sempat dipakai sejumlah negara berkembang sebagai opsi tempur murah meriah.
6. Sukhoi Su-22 – Penyintas Sayap Ayun
Versi ekspor dari Su-17, jet tempur Su-22 debut pada 1970 dengan desain sayap ayun yang fleksibel. Sayap variabel ini memberinya kemampuan lepas landas di landasan pendek sekaligus kecepatan tinggi di udara.
Hingga kini, Polandia dan Suriah masih mengoperasikan Su-22, terutama untuk misi serangan darat. Daya tahan rangka dan kapasitas muatan besar membuatnya tetap relevan sebagai pesawat serang.
7. MiG-23 – Peninggalan Perang Dingin
MiG-23 Flogger pertama kali terbang pada 1967. Jet Soviet ini menawarkan radar canggih di masanya serta desain sayap ayun untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kecepatan.
Walau sebagian besar negara sudah mempensiunkannya, MiG-23 masih digunakan terbatas di Suriah dan Angola. Dahulu ditakuti sebagai pesawat interseptor berkecepatan tinggi, kini perannya lebih banyak bertahan di misi pertahanan.