Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis di Jakarta melemah sebesar 28,50 poin atau 0,17 persen menjadi Rp 16.444 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp 16.418 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) per tanggal 3 September 2025, nilai tukar rupiah tercatat di level Rp 16.424 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memproyeksikan nilai tukar (kurs) rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.350 - 16.450 per dolar Amerika Serikat (AS pada perdagangan hari ini.
"Investor masih cenderung wait and see data-data ekonomi AS selama dua hari ke depan. Selain itu, walau sell-off obligasi di negara ekonomi utama dunia mereda, namun masalah yang memicu fiskal dan politik belum hilang," ujarnya.
Ia menegaskan, masih ada potensi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS perdagangan hari ini, seiring dengan data ketenagakerjaan AS The Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang menunjukkan lowongan kerja yang lebih rendah dibandingkan estimasi pasar.
Selama pekan ini, pelaku pasar akan menantikan data Purchasing Managers' Index (PMI) Jasa AS serta data ketenagakerjaan atau Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat (5/9).
Melansir laporan S&P Global pada Selasa (2/9), PMI Manufaktur AS diproyeksikan akan mencapai 53,0 pada Agustus 2025, atau meningkat dari sebelumnya 49,8 pada Juli 2025, serta menandai peningkatan terkuat sejak Mei 2022.
Kondisi operasional manufaktur AS membaik ke level tertinggi di tengah lonjakan produksi, pertumbuhan solid jumlah pesanan baru yang masuk, serta peningkatan persediaan barang perusahaan manufaktur yang juga mempekerjakan lebih banyak pekerja, meningkat selama delapan bulan berturut-turut.