Top 5+ Alasan Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Serius, Minum Antibiotik Harus Dihabiskan!

Ilustrasi obat
Ilustrasi obat

Resistensi antimikroba (AMR) kini diakui sebagai salah satu ancaman kesehatan global paling besar. Kondisi ini terjadi ketika bakteri, virus, jamur, atau parasit tidak lagi mempan terhadap obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengatasinya, termasuk antibiotik. Akibatnya, infeksi menjadi semakin sulit disembuhkan, perawatan lebih lama, dan biaya kesehatan pun meningkat.

Berikut lima alasan utama mengapa resistensi antimikroba patut diwaspadai:

1. Efektivitas obat berkurang

Antibiotik yang selama ini menjadi “senjata utama” dalam melawan infeksi dapat kehilangan khasiatnya. Hal ini membuat pengobatan menjadi lebih rumit.

Prof. DR. dr. Rianto Setiadudy, SpFK(K) menegaskan: “Antibiotic Stewardship pada dasarnya adalah cara mengatur penggunaan antibiotik agar tepat sasaran—baik jenis, dosis, maupun durasinya. Dengan begitu, antibiotik tetap efektif melawan penyakit dan risiko resistensi bisa ditekan," ujar Prof Rianto dalam keterangannya, dikutip Kamis 4 September 2025.

2. Infeksi Ringan Berisiko Menjadi Berat

Infeksi yang sebenarnya dapat ditangani dengan mudah berpotensi berkembang menjadi penyakit serius apabila bakteri penyebabnya sudah kebal terhadap obat. Risiko ini semakin tinggi pada pasien dengan kondisi kritis di ruang ICU.

“ICU adalah area paling rawan terjadinya resistensi. Karena itu, pemantauan antibiotik di ICU harus ekstra ketat dan melibatkan banyak pihak," sambung Prof. DR. dr. Amir S. Madjid, SpAn-KIC.

3. Biaya Pengobatan Meningkat

Ketika obat standar tidak lagi efektif, pasien harus menggunakan obat alternatif yang biasanya lebih mahal. Lama perawatan di rumah sakit juga bertambah, sehingga beban biaya kesehatan semakin berat.

4. Dampaknya Meluas ke Masyarakat

Resistensi tidak hanya menjadi persoalan di rumah sakit, tetapi juga dapat menyebar ke masyarakat luas melalui makanan, lingkungan, maupun kontak antar manusia.

Dr. dr. Latre Buntaran, Sp.MK(K) menekankan: “Resistensi kuman tidak bisa dicegah hanya dengan tindakan dokter saja. Rumah sakit perlu punya strategi menyeluruh—mulai dari edukasi tenaga medis, aturan kebijakan, hingga pemantauan data resistensi di lapangan," ungkapnya.

5. Membutuhkan Kerja Sama Multidisiplin

Keberhasilan menanggulangi resistensi antimikroba tidak mungkin dicapai hanya oleh dokter. Tenaga medis lain seperti perawat, farmasis, ahli mikrobiologi, hingga tim pengendalian infeksi juga berperan penting.

dr. Adeline Intan Pratiwi Pasaribu, Sp.PD menjelaskan: “Setiap pasien punya kondisi berbeda, dengan prinsip pharmacokinetics dan pharmacodynamics, dokter bisa menentukan dosis dan lama penggunaan antibiotik yang paling pas—cukup kuat melawan infeksi, tapi tetap aman bagi tubuh pasien," katanya.

Moderator acara, dr. Pande Pathni, Sp.PK merangkum pandangan para narasumber:

“Kunci melawan resistensi kuman adalah penggunaan antibiotik yang cerdas. Dan yang paling penting, semua itu hanya bisa berhasil bila dilakukan secara multidisiplin," paparnya.

Peran Rumah Sakit dan Laboratorium dalam Menanggulangi AMR

Kesadaran akan bahaya resistensi antimikroba mendorong dunia medis untuk terus meningkatkan upaya pencegahan. Salah satunya melalui seminar Continuing Medical Education (CME) bertema “Behind Every Prescription: The Power of Antimicrobial Stewardship” yang digelar oleh Innoquest Laboratorium bekerja sama dengan Royal Progress Hospital.

Kolaborasi ini menghadirkan teknologi diagnostik global yang memungkinkan dokter mengambil keputusan pengobatan secara lebih tepat berbasis data laboratorium.

Yosua Gunawan, Chief Operating Officer Innoquest Indonesia, menyampaikan bahwa kolaborasi ini bukan hanya tentang teknologi.

"Tetapi tentang menghadirkan harapan baru bagi pasien melalui diagnosis yang lebih tepat dan hasil klinis yang lebih baik," tuturnya.

Hal senada disampaikan Derice Sumantri, Direktur PT Royal Progress dan CEO Progress Healthcare.

“Dengan adanya laboratorium berstandar internasional, RS Royal Progress dapat memberikan hasil lebih cepat, tepat dan accountable. Langkah ini juga mendukung program nasional Kementerian Kesehatan untuk menanggulangi resistensi antimikroba," pungkasnya.

Direktur Utama RS Royal Progress, Dr. Ivan R. Setiadarma, MM, berharap acara ini dapat menjadi pelopor penerapan Antimicrobial Stewardship yang komprehensif, terutama dalam hal pengembangan layanan kesehatan yang mengutamakan ketepatan diagnosa dan keselamatan pasien.