Efek Melemahnya Rupiah, Suzuki Sebut Bisa Kerek Biaya Produksi

Nilai tukar rupiah mencapai level Rp 16.611 per Dollar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (25/3/2025), terendah sejak krisis moneter 1998.
Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (26/3/2025) pukul 09.15 WIB, nilai tukar rupiah hanya menguat 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp 16.607 per Dollar AS.
Secara umum, melemahnya nilai tukar rupiah tentu memengaruhi kehidupan dan perekonomian. Selain itu juga berdampak pada sejumlah industri, tak terkecuali sektor otomotif.
Dony Ismi Himawan Saputra, Deputy Managing Director Sales and Marketing 4W SIS mengatakan, apabila kondisi ini terus berlanjut maka bisa berdampak pada kenaikan biaya produksi kendaraan.
“Melemahnya nilai rupiah saat ini tidak secara langsung memberikan pengaruh kepada bisnis Suzuki dalam jangka pendek. Akan tetapi apabila kondisi ini terus berlanjut hingga beberapa bulan kedepan, bisa saja ada dampak yang mungkin terjadi,” ucap Dony, kepada Kompas.com, Kamis (27/3/2025).
Proses perakitan mobil di pabrik Suzuki Indomobil Motor, Cikarang
Lebih lanjut Dony menjelaskan, beberapa model yang diproduksi secara domestik, seperti XL7, Ertiga, dan Carry, memerlukan impor untuk beberapa raw material karena tidak tersedia di dalam negeri, sehingga memerlukan impor.
“Dan tidak menutup kemungkinan biaya impor komponen atau material pada periode berikutnya naik, sehingga akan menyebabkan kenaikan biaya produksi,” kata Dony.
Pada sisi lain, Dony menyebut perusahaan perlu menjaga eksistensi industri dan juga karyawannya guna keberlangsungan usaha.
Maka dari itu diperlukan penyesuaian, seperti meningkatkan rasio lokalisasi tingkat kandungan dalam negeri agar ketergantungan terhadap impor bahan baku bisa dikurangi.
“Tentunya upaya-upaya yang ditempuh tetap memprioritaskan hal utama seperti menjaga kualitas produk dan kepuasan pelanggan,” kata Dony.
Selain itu, dari sisi pelaku bisnis ekspor kendaraan, pihaknya bisa mengambil keuntungan dari kondisi melemahnya nilai tukar rupiah.
Suzuki New Carry di GJAW 2024
“Sebaliknya, kami juga bisa mendapatkan benefit dari kondisi ini. Sebagai pelaku bisnis ekspor kendaraan, pelemahan rupiah sebenarnya menguntungkan karena pendapatan yang masuk dari ekspor akan terkonversi lebih besar,” kata Dony.