Fenomena From Zero to Hero Syndrome, Kenapa Perempuan Ditinggalkan Setelah Pasangan Sukses?

Fenomena from zero to hero syndrome adalah kondisi ketika seseorang, biasanya laki-laki, meninggalkan pasangannya setelah meraih kesuksesan meski pasangannya telah menemani berjuang dari nol.
Fenomena ini ramai di media sosial dan banyak perempuan yang mengalami hal serupa. Meski begitu, psikolog klinis Melisa, M.Psi., Psikolog menuturkan, fenomena ini mungkin saja dialami perempuan dan laki-laki.
“Saya belum bisa menyatakan bahwa kebanyakan korbannya perempuan atau tidak karena belum ada data yang saya pegang sampai dengan saat ini. Tapi salah satu penyebabnya adalah adanya isu komitmen,” ujar Melisa saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/6/2025).
Di balik kisah "menemani berjuang bersama dari nol" yang sering dirayakan sebagai bentuk cinta sejati, ada kerja emosional yang diam-diam membebani perempuan.
Lantas, mengapa banyak perempuan yang mengalami fenomena from zero to hero syndrome?
Kenapa fenomena from zero to hero dialami perempuan?
1. Isu komitmen dalam relasi jangka panjang
Melisa menjelaskan, salah satu penyebab pasangan meninggalkan pasangan lainnya setelah sukses adalah karena tidak ingin berkomitmen jauh dalam relasi yang serius.
Namun, perempuan tetap berusaha mempercayai dan mendukung pasangannya meskipun tidak ada komitmen yang kuat sejak awal.
“Laki-laki yang meninggalkan ini kurang bisa menghargai dan menyelipkan effort yang dimiliki agar hubungan yang terjalin bisa dibawa hingga ke hubungan jangka panjang,” jelas Melisa.
Ketika komitmen tidak menjadi pondasi relasi, keberhasilan justru bisa memunculkan keinginan untuk membuka peluang baru, termasuk soal pasangan.
2. Kurangnya kemampuan mengontrol diri
Banyak perempuan mengalami fenomena from zero to hero syndrome, ditinggal pasangan setelah berjuang bersama dari nol. Mengapa bisa terjadi?
Tidak sedikit individu yang mengalami kebingungan akan apa yang sebenarnya diinginkan.
Akibatnya, ketika dihadapkan pada “stimulus” baru, seperti perempuan lain atau gaya hidup berbeda, mereka pun mudah teralihkan dari pasangannya.
Tak jarang juga rasa bosan dan ingin mencoba hal baru jadi latar belakang seseorang berpaling.
“Akhirnya individu mudah terlena dengan stimulus yang muncul di depan mata sehingga lebih rentan untuk meninggalkan pasangannya yang sudah menemani di titik nol,” tambahnya.
3. Perubahan dinamis dalam diri manusia
Banyak perempuan mengalami fenomena from zero to hero syndrome, ditinggal pasangan setelah berjuang bersama dari nol. Mengapa bisa terjadi?
Sementara itu, psikolog klinis Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi. Psikolog mengatakan, manusia pada dasarnya bersifat dinamis.
Seiring waktu, perubahan tidak hanya terjadi pada kondisi material, tetapi juga pola pikir dan ambisi hidup.
“Manusia pada dasarnya akan selalu berubah dan dinamis sehingga tidak hanya kondisi fisik atau material, namun cara berpikir dan ambisi juga bisa berubah seiring berjalannya waktu,” terang Adelia.
Dalam konteks ini, perubahan bisa membuat seseorang merasa bahwa ia "berhak" memiliki hal-hal baru yang sesuai dengan status terkininya, termasuk dalam urusan asmara.
Faktor ini juga membuat laki-laki mengabaikan peranan pasangannya ketika membantu dia dalam membangun karirnya.
4. Standar pasangan ikut berubah
Banyak perempuan mengalami fenomena from zero to hero syndrome, ditinggal pasangan setelah berjuang bersama dari nol. Mengapa bisa terjadi?
Setelah mencapai target atau status tertentu, sebagian laki-laki mulai menilai pasangan bukan lagi berdasarkan perjalanan yang telah dilalui bersama, tapi dari kriteria baru yang muncul karena rasa percaya diri yang meningkat.
“Ketika laki-laki sudah berhasil mencapai target, dia merasa bisa mendapatkan wanita yang juga dia nilai 'lebih' dari pasangan sebelumnya,” ujar Adelia.
Inilah mengapa, perempuan yang dulu mendampingi dari nol bisa tersingkir. Bukan karena kurang baik, tetapi karena standar pasangannya sudah berubah.
Fenomena from zero to hero syndrome menjadi pengingat bahwa cinta seharusnya tumbuh bersama, bukan meninggalkan.
Ketika perjuangan hanya dilakukan oleh satu pihak dan berakhir pada pengkhianatan maka yang tersisa bukan hanya perpisahan, tapi luka emosional yang dalam.