Polusi Kronis, Motor Berbahan Bakar Fosil Dilarang Berkeliaran di Hanoi Mulai 2026

- Belum lama ini gempar terkait keputusan Vietnam untuk melarang penggunaan motor berbahan bakar fosil di Hanoi mulai pertengahn tahun 2026.
Menurut data terbaru, Hanoi memiliki sekitar delapan juta penduduk, tetapi jumlah motor yang terdaftar mencapai hampir tujuh juta unit, dengan jumlah mobil sedikit di atas satu juta.
Ini berarti hampir 88 persen penduduk bergantung pada motor untuk aktivitas sehari-hari.
Maka tak heran jika kualitas udara di kota ini buruk, terutama di pusat kota yang nantinya akan menjadi fokus utama dalam fase pertama kebijakan pelarangan ini.
Dari segi logika lingkungan, keputusan ini memang bisa dimaklumi.
Hanoi sedang bergulat dengan polusi udara yang kronis, dan mengurangi emisi dari kendaraan bermotor jelas merupakan langkah penting.
Namun, logika yang masuk akal saja tidak cukup untuk menjalankan perubahan besar-besaran ini.
Terutama jika dilakukan hanya dalam satu tahun tanpa rencana matang.
Sampai saat ini, yang bisa disebut sebagai "rencana" lebih terlihat seperti daftar keinginan daripada strategi komprehensif.
Pemerintah hanya menyebut akan menerapkan sanksi lebih tegas terhadap pelanggar, memberikan imbalan kepada pelapor pelanggaran lingkungan, menggunakan alat digital untuk memantau kualitas udara, serta meningkatkan fasilitas pengolahan limbah.
Namun tak satu pun dari langkah ini secara langsung menjawab persoalan utama bagaimana mengalihkan jutaan pengguna motor ke moda transportasi lain dalam waktu singkat.
Yang lebih mengkhawatirkan, pelarangan ini tidak hanya berdampak pada mobilitas warga, tetapi juga pada ekonomi mereka.
Sebagian besar layanan antar makanan di Hanoi masih sepenuhnya bergantung pada pengendara motor.
Ojek motor, baik tradisional maupun berbasis aplikasi seperti Grab, juga menjadi tulang punggung ekonomi informal kota ini.
Namun di sisi lain, kebijakan ini membuka peluang besar bagi sektor kendaraan listrik dalam negeri.
VinFast, produsen kendaraan listrik terbesar di Vietnam diposisikan untuk meraup keuntungan besar jika larangan ini diberlakukan.
Perusahaan ini menempati peringkat pertama dalam hal pendapatan di antara perusahaan publik Vietnam, sementara induknya, Vingroup, adalah entitas swasta terbesar di negara ini.
Pertanyaannya sekarang bukan lagi apakah Hanoi perlu mengatasi polusi jawabannya jelas ya.
Namun apakah transisi yang dirancang ini realistis dan adil?