Gunung di Jawa Timur Ini Punya 40 Puncak Tapi Gak Boleh Didaki, Banyak Kejadian Mistisnya

Di Jawa Timur, terdapat sebuah gunung yang menyimpan pesona alam sekaligus aura misteri yang kental, yakni Gunung Anjasmoro. Berlokasi di perbatasan Kabupaten Jombang, Mojokerto, dan Malang, gunung ini memiliki keunikan dengan 40 puncak yang membentang di ketinggian sekitar 2.277 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Namun, di balik keindahan alamnya, Gunung Anjasmoro dikenal sebagai salah satu destinasi yang dilarang untuk didaki karena berbagai cerita mistis yang melekat. Kisah-kisah horor dari para pendaki serta larangan dari masyarakat setempat membuat gunung ini menjadi topik yang menarik sekaligus menyeramkan bagi pecinta petualangan.
Gunung Anjasmoro, yang sering disebut sebagai gunung dengan “40 puncak”, memiliki topografi yang kompleks dengan banyak puncak kecil yang tersebar di kawasannya. Nama “Anjasmoro” sendiri konon berasal dari legenda lokal yang mengaitkannya dengan tokoh mitologi atau roh penjaga yang dihormati masyarakat Jawa.
Menurut kepercayaan setempat, gunung ini dianggap sebagai tempat bersemayamnya makhluk gaib, seperti jin dan roh leluhur, yang menjaga keseimbangan alam di kawasan tersebut. Oleh karena itu, pendakian tanpa izin atau tanpa mematuhi aturan adat sering dianggap dapat mengundang malapetaka.
Alasan Larangan Pendakian
Salah satu alasan utama larangan pendakian di Gunung Anjasmoro adalah untuk menjaga keselamatan pendaki. Berbeda dengan gunung populer seperti Semeru atau Bromo, Anjasmoro tidak memiliki jalur pendakian resmi yang dikelola.
Medan yang sulit, vegetasi lebat, dan minimnya petunjuk arah membuat risiko tersesat sangat tinggi. Selain itu, banyak cerita dari pendaki yang nekat mendaki tanpa izin mengaku mengalami kejadian aneh, seperti mendengar suara gamelan di tengah malam, melihat bayangan misterius, atau merasa diikuti oleh sosok tak kasat mata.
Seorang pendaki pernah melaporkan pengalaman melihat sosok wanita berpakaian putih yang tiba-tiba menghilang di dekat salah satu puncak, yang kemudian dihubungkan dengan legenda lokal tentang “penunggu” gunung.
Aturan Adat dan Pantangan
Masyarakat sekitar, khususnya di desa-desa seperti Wonosalam, Jombang, memiliki aturan adat yang ketat terkait Gunung Anjasmoro. Mereka percaya bahwa gunung ini adalah tempat suci yang tidak boleh sembarangan dimasuki.
Beberapa pantangan yang sering ditekankan meliputi larangan berbicara kasar, merusak vegetasi, atau membawa pulang benda dari gunung tanpa izin. Konon, pelanggaran terhadap pantangan ini dapat memicu kemarahan entitas gaib, yang diyakini menyebabkan pendaki tersesat atau mengalami kejadian tak terduga.
Selain itu, beberapa lokasi di gunung ini, seperti goa-goa kecil dan sumber air tertentu, dianggap sebagai tempat keramat yang hanya boleh dikunjungi untuk keperluan ritual tertentu.
Selain aspek mistis, Gunung Anjasmoro juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang kaya. Di beberapa titik di kaki gunung, terdapat situs-situs purbakala, seperti candi dan petilasan, yang diyakini sebagai peninggalan kerajaan masa lalu.
Situs-situs ini sering dikunjungi oleh peziarah yang ingin berdoa atau melakukan ritual, terutama pada malam-malam tertentu seperti malam satu Suro. Keberadaan situs keramat ini semakin memperkuat persepsi bahwa Anjasmoro bukan sekadar gunung biasa, melainkan tempat yang sarat makna spiritual.
Daya Tarik bagi Petualang dan Peneliti
Meskipun pendakian dilarang, Gunung Anjasmoro tetap menarik perhatian para petualang dan peneliti budaya. Keindahan alamnya, seperti hutan tropis yang lebat dan panorama puncak yang menawan, menjadi daya tarik yang sulit diabaikan.
Namun, bagi mereka yang ingin menjelajahi kawasan ini, sangat disarankan untuk menghormati aturan adat dan berkonsultasi dengan tetua atau juru kunci setempat. Hal ini tidak hanya untuk menjaga keselamatan, tetapi juga untuk menghormati nilai budaya dan spiritual yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat sekitar.