Punya Mertua Menyebalkan? Ini 3 Alasan Tak Perlu Konfrontasi Langsung

Ketika bertemu dengan orang yang menyebalkan, seringkali kita merasa ingin langsung menegur mereka agar perilakunya berubah.
Namun, tampaknya sulit untuk melakukan hal serupa jika orang yang menyebalkan tersebut merupakan ayah atau ibu pasangan, alias mertua kita.
Menurut psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi. yang berpraktik di lembaga Jaga Batin di Bandung, Jawa Barat, menantu sebaiknya meminta tolong kepada pasangan untuk bertindak sebagai “jembatan” antara dirinya dengan mertua.
Mengapa demikian? Simak penjelasannya.
Hindari mengonfrontasi langsung mertua yang menyebalkan
1. Dianggap tidak sopan dari faktor budaya
Kata Adelia, keinginan seseorang untuk mengonfrontasi langsung mertua karena kesal dengan perilaku mereka yang menyebalkan, sangatlah valid.
“Tapi, kita perlu mengingat bahwa kita tinggal di Indonesia, yang mana ada hierarki posisi dalam keluarga,” jelas dia pada Minggu (3/8/2025).
Meskipun sudah “berpisah” dan membangun keluarga sendiri, orangtua dan mertua tetap “berkuasa” dalam artian apapun yang mereka katakan, masih harus didengar.
Ini berbeda dengan kebanyakan budaya barat yang identik langsung menjauh dari orangtua dan menjadi mandiri sesaat setelah menginjak usia legal 18 tahun.
“Hierarki posisi dalam keluarga itu terasa banget. Kita enggak bisa, dan enggak memungkinkan untuk langsung menegur mertua karena faktor budaya,” ujar Adelia.
Di Indonesia, teguran kepada orang yang lebih tua sering dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan, terutama jika dilakukan oleh orang di luar keluarga inti. Dalam hal ini adalah menantu yang bukan anggota keluarga sedarah.
2. Berisiko konflik dengan mertua dan pasangan
Adelia juga tidak menyarankan menantu untuk menegur mertua yang menyebalkan karena berisiko menimbulkan konflik.
“Kita sebagai menantu harus menjaga relasi dengan mertua. Jadi, valid banget kalau ada sebagian orang yang takut mau menyampaikan sesuatu secara langsung ke mertua,” ucap dia.
Sebab, seperti yang disebutkan sebelumnya, menantu bukanlah anggota keluarga sedarah.
Mertua bisa saja merasa tersinggung dengan nada bicara menantu, atau cara menantu menegur mereka, meskipun niat sang menantu bukanlah untuk menyinggung.
Ada pula yang merasa tersinggung karena tidak terima ditegur atau diberi nasihat oleh menantu berdasarkan faktor usia, yakni karena mereka lebih muda, sedangkan mertua lebih tua dan merasa lebih berpengalaman.
“Takutnya ada risiko konflik yang enggak cuma sama mertua, tapi yang ditakutkan adalah konflik dengan pasangannya juga,” terang dia.
Dikhawatirkan, suami atau istri tidak terima dengan cara pasangan menegur orangtua mereka. Ini dapat berujung pada konflik rumah tangga dan pertikaian.
3. Pasangan bisa menjadi jembatan
Cara aman yang bisa dilakukan untuk menegur mertua yang menyebalkan adalah menjadikan pasangan sebagai jembatan untuk menyampaikan teguran tersebut.
“Pasangan kan anak kandungnya mertua. Mereka pasti lebih bisa ‘ngomong’ ke orangtuanya dengan bahasa yang lebih luwes, dan mereka juga pasti lebih nyaman ngomongnya. Sama saja kayak kita ngobrol dengan orangtua sendiri,” papar Adelia.
Selain itu, tidak semua menantu berhubungan baik dengan mertua sejak awal karena berbagai faktor. Salah satunya sering salah paham karena cara berkomunikasi yang berbeda.
Sebab, menantu baru menjalin hubungan dengan kekasihnya dalam waktu yang singkat. Jadi, waktu bagi dirinya dan calon mertua untuk bonding sebelum menikahi anak mereka, kurang banyak.
“Dan enggak semua hubungan antara mertua dan menantu itu santai, sampai menantu bebas membicarakan apapun dengan mertua, termasuk menegur mereka, atau menyampaikan ketidaksukaan atau perbedaan pendapat dan pandangan,” kata Adelia.
Menantu boleh menegur mertua, tapi…
Bicara dengan pasangan terlebih dulu
Adelia juga tidak menampik bahwa menantu sebenarnya bisa langsung menegur mertuanya, dengan catatan telah bekerja sama dengan pasangan.
“Kalau memang suami dan istri sudah bekerja sama, sudah satu kepala, dan sudah satu pemikiran, biasanya pasangan enggak akan masalah ketika suami atau istrinya mengkonfrontasi orangtuanya,” jelas Adelia.
Akan tetapi, sebisa mungkin pasangan langsung mengabari suami atau istrinya bahwa mereka baru menegur sang mertua.
Langkah ini dilakukan untuk menghindari terjadinya salah paham ketika pasangan diberi tahu oleh orangtuanya bahwa mereka baru ditegur sang menantu.
Apa yang diberi tahu bukan permasalahan inti saja, tetapi juga cara mereka menegur mertua dan nada bicara yang digunakan saat menegur.
“Karena ada banyak kasus yang ternyata pasangannya enggak terima dengan cara memberi teguran tertentu. Jadinya bisa salah paham dan terlanjur kepalang emosi,” kata Adelia.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!