Penyebab Lebih Sulit Mengontrol Emosi Marah kepada Pasangan

Dalam hubungan, pertengkaran memang tak selalu bisa dihindari. Ada kalanya emosi marah meledak begitu saja, bahkan hanya karena hal kecil, apalagi jika dibarengi masalah yang lebih prinsip seperti keuangan.
Fenomena ini sempat menjadi sorotan publik setelah Acha Septriasa dan Vicky Kharisma resmi bercerai pada 19 Mei 2025, berdasarkan putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat nomor 1619/Pdt.G/2024/PA.JP.
Dalam kasus ini, Vicky disebut kerap kesulitan mengendalikan emosinya, baik dalam perbedaan pendapat sepele maupun konflik yang lebih serius.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: mengapa seseorang justru bisa lebih mudah marah kepada pasangan dibandingkan orang lain?
Menurut psikolog klinis Divani Aery Lovian, M.Psi., salah satu alasannya adalah perasaan aman dalam mengekspresikan emosi. Ketika saling mencintai, banyak yang berasumsi bahwa pasangan tak akan menjadi sasaran amarah.
Nyatanya, rasa aman itu justru bisa membuat seseorang merasa “bebas” meluapkan emosinya, meski secara verbal hal ini sering kali meninggalkan luka yang tak kasat mata.
Penyebab lebih mudah marah kepada pasangan
Ketika sedang jatuh cinta banyak yang menganggap bahwa mereka tidak akan menjadi sasaran amarah sang kekasih. Sebab, siapa yang ingin menyakiti pasangan sehidup semati?
“Bisa jadi karena ada asumsi bahwa hubungan tersebut cukup kuat untuk bertahan. Kalau misalnya dengan orang yang mungkin relasinya agak lebih jauh, ada hal yang istilahnya kita pertaruhkan,” jelas Divani, yang berpraktik di lembaga psikologi NALA Mindspace, TigaGenerasi, dan Arsanara, ini saat dihubungi KOMPAS.com (9/8/2025).
Relasi yang lebih dekat
Relasi yang terjalin antara pasangan yang sudah menikah tentunya jauh lebih dekat dibandingkan dengan orang lain, seperti rekan kerja atau keluarga besar.
Meluapkan emosi kepada orang-orang yang tidak dekat memang memungkinkan, tetapi seseorang cenderung lebih bisa menahan diri karena ada sesuatu yang dipertaruhkan, seperti karier yang terhambat atau sanksi lain.
“Sedangkan dengan pasangan, ada perasaan tidak perlu menyaring emosi, seperti halnya saat berinteraksi dengan orang lain,” tutur Divani.
Kedekatan emosional
Faktor lain yang membuat kita sulit meredam merah adalah kedekatan emosional. Ini membuat seseorang menjadi lebih peka terhadap perilaku pasangan, terutama perilaku yang tidak sesuai dengan harapan kita.
“Keterikatan emosional dan frekuensi interaksi yang tinggi bisa meningkatkan ekspektasi terhadap pasangan,” ucap Divani.
Ketika ada ekspektasi yang tinggi terhadap pasangan, ditambah sering melihat rutinitas sehari-hari pasangan di rumah, ini berpeluang menyebabkan terjadinya gesekan.
“Kita juga lebih peka terhadap kekurangan atau perilaku yang mengecewakan, atau hal-hal yang tidak kita harapkan terjadi, sehingga akan lebih mudah muncul berbagai jenis emosi, termasuk marah,” kata Divani.
Perceraian Acha dan Vicky
Aktris Acha mengajukan perceraian pada 13 Desember 2024. Putusan perceraian dibacakan oleh majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat secara verstek alias tanpa kehadiran tergugat pada 19 Mei.
Dalam salinan amar putusan, disebutkan bahwa hubungan Acha dan Vicky yang semula rukun dan harmonis, mulai mengalami keretakan sejak Oktober 2021. Perselisihan dan pertengkaran pun kerap terjadi.
“Awalnya rumah tangga Penggugat (Acha Septriasa)dan Tergugat (Vicky Kharisma) rukun dan harmonis sebagaimana layaknya suami isteri, namun sejak awal bulan Oktober 2021 sampai saat ini sudah tidak rukun, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran,” terang isi sebagian amar putusan.
Vicky juga disebut tidak mampu mengendalikan emosinya. Salah satu insiden yang mencolok, dikutip dari , Minggu (10/8/2025), terjadi pada 1 April 2023.
Cekcok di antara keduanya berujung pada aksi dorong-mendorong, yang menyebabkan tangan kanan Acha memar.
Majelis hakim menilai, tindakan tersebut menunjukkan ketidakmampuan Vicky dalam mengendalikan emosinya.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!