Israel Gempur Jalur Gaza, Inggris dan Sekutu Desak Tindakan untuk Mengatasi Kelaparan

Israel Gempur Jalur Gaza, Inggris dan Sekutu Desak Tindakan untuk Mengatasi Kelaparan

Gaza mengalami serangan udara hebat. Menurut badan pertahanan sipil yang dikelola Hamas di wilayah tersebut, serangan terjadi saat pasukan Israel bersiap melancarkan operasi untuk mengambil alih kota itu. Juru bicara Mahmud Bassal mengatakan permukiman Zeitoun dan Sabra telah dihantam selama tiga hari, menyebabkan kerusakan besar pada rumah warga sipil. Penduduk bahkan tak mampu mengevakuasi korban tewas maupun terluka.

Sementara itu, Inggris, Uni Eropa, Australia, Kanada, dan Jepang mengeluarkan pernyataan bahwa kelaparan sedang terjadi di depan mata. Mereka mendesak tindakan untuk membalikkan keadaan kelaparan tersebut. Mereka menuntut langkah segera, permanen, dan nyata untuk memfasilitasi masuknya bantuan ke Gaza.

Israel membantah adanya kelaparan di Gaza. Israel menuduh badan-badan PBB tidak mengambil bantuan di perbatasan dan mengirimkannya.

Pernyataan bersama itu juga menuntut pengakhiran penggunaan kekuatan mematikan di dekat lokasi distribusi bantuan dan konvoi truk. PBB menyebut, di lokasi itu, lebih dari 1.300 warga Palestina telah tewas, sebagian besar akibat militer Israel.

Secara terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (12/8) mengimbau Israel agar mengizinkan mereka menyimpan pasokan medis untuk menangani situasi kesehatan yang katastrofik sebelum mengambil alih Jalur Gaza. “Kita semua mendengar ‘bantuan kemanusiaan lebih banyak diizinkan masuk’, tetapi itu belum terjadi, atau terjadi dengan kecepatan yang terlalu rendah,” kata perwakilan WHO di wilayah Palestina Rik Peeperkorn, dikutip BBC. Ia menyebut WHO ingin segera menyuplai rumah sakit. Namun, saat ini pihaknya tidak bisa melakukan hal itu. “Kami perlu bisa memasukkan semua obat dan perlengkapan medis penting,” imbuhnya.

Kabinet perang Israel pada Senin memutuskan untuk mengambil alih Kota Gaza, langkah yang dikecam dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada hari yang sama. Pada Selasa, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan pihaknya memasuki tahap awal operasi tempur baru.

Pemerintah Israel belum memberikan jadwal pasti kapan pasukan mereka akan memasuki wilayah tersebut. Pada Minggu (10/8), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan Israel telah diperintahkan untuk membongkar dua benteng terakhir Hamas di Kota Gaza dan wilayah pusat sekitar al-Mawasi.

Ia juga memaparkan rencana tiga langkah untuk meningkatkan bantuan di Gaza, termasuk penetapan koridor aman untuk distribusi bantuan, serta penambahan pengiriman bantuan lewat udara oleh pasukan Israel dan mitra lainnya. Namun, di lapangan, penduduk Kota Gaza mengatakan mereka mengalami serangan udara tanpa henti. Majed al-Hosary, warga Zeitoun, mengatakan kepada AFP bahwa serangan sangat intens selama dua hari. “Setiap kali serangan terjadi, tanah bergetar. Ada syuhada di bawah reruntuhan yang tak bisa dijangkau karena pengeboman belum berhenti,” ujarnya.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan 100 jenazah telah dibawa ke rumah sakit di seluruh Gaza dalam 24 jam terakhir, termasuk 31 orang yang tewas di lokasi bantuan. Lima orang lainnya juga meninggal karena kekurangan gizi.

Israel menghadapi kritik yang meningkat atas perang selama 22 bulan melawan Hamas. Para pakar yang didukung PBB memperingatkan kelaparan luas yang tengah terjadi di wilayah terkepung itu.

Pada Selasa, anggota kelompok internasional mantan pemimpin dunia yang dikenal sebagai 'The Elders' untuk pertama kalinya menyebut perang di Gaza sebagai genosida yang sedang berlangsung dan menyalahkan Israel karena menyebabkan kelaparan pada penduduk Palestina.

Setelah mengunjungi perbatasan Gaza, Helen Clark dan Mary Robinson, mantan perdana menteri Selandia Baru dan mantan presiden Irlandia, mengeluarkan pernyataan bersama.

“Apa yang kami lihat dan dengar menegaskan keyakinan pribadi kami bahwa bukan hanya kelaparan akibat ulah manusia yang sedang berlangsung di Gaza. Ada genosida yang sedang terjadi,” ujar mereka.(dwi)