Mengapa Tak Ada Gaya Parenting yang Sempurna? Ini Kata Psikolog

Pola pengasuhan atau gaya parenting anak ternyata tidak pernah bersifat tetap. Setiap generasi memiliki pendekatan yang berbeda, menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kebutuhan anak, serta nilai yang diyakini orangtua. 

Psikolog Klinis Ratih Ibrahim, M.M. mengatakan, tidak ada gaya parenting yang sempurna.

“Tidak ada pola asuh yang paling sempurna di dunia ini, tetapi yang ada itu saling menyempurnakan, saling mengisi, dan akan terus berevolusi,” ujar Ratih dalam acara Cussons Baby Peluncuran Kemasan Baru di Ganara Art Space Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025).

Psikolog Klinis Ratih Ibrahim, M.M dalam acara peluncuran kemasan baru Cussons Baby di Ganara Art Space Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025).

Menurut Ratih, setiap gaya parenting punya sisi positif dan tantangan tersendiri. Oleh karenanya, memilih gaya parenting bukan soal benar atau salah, tapi perlu memahami mana yang sesuai dengan kebutuhan sang buah hati.

“Istilahnya, tidak bisa satu gaya parenting diterapkan terus, tapi disesuaikan kondisi anak dan kebutuhannya,” ujar Ratih.

Hal ini menunjukkan bahwa parenting adalah perjalanan yang dinamis. Orangtua tidak dituntut menjadi sempurna, melainkan terus belajar dan menyesuaikan diri agar anak merasa didampingi sesuai zamannya.

Tidak ada gaya parenting yang sempurna

Ada nilai yang tetap dipertahankan

Parenting bukan soal kesempurnaan, tapi soal adaptasi. Psikolog menekankan, setiap generasi punya caranya untuk mencurahkan cintanya pada buah hati.

Meski gaya parenting berubah mengikuti zaman, Ratih menyebut ada hal-hal klasik yang selalu diwariskan dari generasi ke generasi. 

Nilai-nilai inilah yang dianggap menjadi fondasi dasar dalam membesarkan anak.

“Pola pengasuhan yang lalu hingga sekarang ini sifatnya klasik, ada beberapa hal yang perlu diwariskan terus-menerus. Misalnya, tentang kedisiplinan, integritas, tanggung jawab, dan menghargai,” jelasnya.

Artinya, apa pun metode pengasuhan yang dipilih, nilai kedisiplinan dan tanggung jawab tetap penting. 

Nilai tersebut membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan mampu menghormati orang lain.

Dari parenting VOC ke pendekatan lebih hangat

Ada perbedaan mencolok antara pola asuh dulu dengan saat ini

Parenting bukan soal kesempurnaan, tapi soal adaptasi. Psikolog menekankan, setiap generasi punya caranya untuk mencurahkan cintanya pada buah hati.

Ratih menyoroti perbedaan paling mencolok antara pola asuh masa lalu dan saat ini.  

Dahulu, banyak orangtua cenderung menekankan kepatuhan. Anak diperintah, diarahkan, bahkan terkadang tidak diberi ruang untuk berpendapat.

“Zaman dulu, yang diasuh dengan parenting VOC, anak itu diperintah oleh orangtua. Sedangkan sekarang itu diajak dan dibersamai dengan orangtuanya,” ujar Ratih.

Perubahan besar terlihat pada cara orangtua berkomunikasi dengan anak. Jika dulu hubungan terasa satu arah, saat ini lebih bersifat kolaboratif. 

Anak diajak berdialog, didengar pendapatnya, bahkan dilibatkan dalam keputusan keluarga.

Anggapan yang salah dalam parenting

Tak ada satu metode terbaik untuk semua anak

Parenting bukan soal kesempurnaan, tapi soal adaptasi. Psikolog menekankan, setiap generasi punya caranya untuk mencurahkan cintanya pada buah hati.

Menurut Ratih, salah satu kesalahpahaman terbesar dalam parenting adalah anggapan bahwa ada satu metode terbaik yang bisa diterapkan untuk semua anak. 

Padahal, ia menilai, setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga gaya pengasuhannya akan berbeda pula.

“Orangtua juga perlu beradaptasi dan menyesuaikan kebutuhan anak. Saya selalu bilang, parenting itu seni, jadi butuh intuisi, kecerdasan, dan cinta kasih di dalamnya,” kata Ratih.

Ia menekankan, mengasuh anak bukan hanya soal menerapkan teori. Orangtua perlu peka, mau belajar, dan siap berubah sesuai dengan situasi. 

Dengan begitu, anak bisa tumbuh dalam suasana yang aman dan penuh cinta.

Meski setiap generasi punya perbedaan cara, tujuan parenting sejatinya tetap sama yaitu membesarkan anak dengan penuh kasih sayang. 

Kedisiplinan, integritas, serta cinta kasih menjadi benang merah yang menyatukan setiap generasi dalam mendidik anak.

Lebih jauh, Ratih menyebutkan, anak tetap membutuhkan kehadiran, perhatian, dan perlindungan orangtua.  Hal ini jadi fondasi yang tak pernah lekang oleh waktu, meskipun metode parenting terus berevolusi dari generasi ke generasi.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!