Bantah Isu Uang dalam PPDB, Kepsek SMAN 5 Bengkulu Akui Sakit saat Seleksi 72 Siswa Bermasalah

Polemik pemberhentian 72 siswa SMA Negeri 5 Bengkulu terus menuai sorotan publik.
Kepala SMAN 5 Bengkulu, Bihan, akhirnya angkat bicara terkait kisruh ini.
Ia menegaskan keputusan yang diambil sekolah bukan karena adanya permainan uang, melainkan murni mengikuti aturan penerimaan peserta didik baru (PPDB).
“Keputusan pemberhentian itu berdasarkan aturan dalam seleksi penerimaan siswa yang berpedoman pada Permendikdasmen dan Peraturan Gubernur (Pergub),” ujar Bihan, belum lama ini.
Bihan menjelaskan, PPDB di SMAN 5 Bengkulu mengacu pada empat jalur, yaitu jalur prestasi akademik dan non-akademik, afirmasi, perpindahan tugas orang tua, serta jalur domisili.
“Berdasarkan itulah kami melakukan seleksi siswa baru,” katanya.
Namun saat dilakukan pengecekan pada 21 Juli, jumlah siswa yang diterima jauh melampaui kapasitas.
SMAN 5 hanya memiliki 12 ruang belajar untuk kelas I dengan daya tampung maksimal 36 siswa per kelas, tetapi faktanya setiap kelas berisi hingga 43 murid.
“Saya temukan harusnya satu ruang belajar 36 murid, ternyata ada 43 murid tiap kelas,” jelasnya.
Akui Sakit Saat Proses PPDB
Bihan mengaku, pada masa seleksi PPDB dirinya sedang jatuh sakit sehingga pengawasan tidak berjalan maksimal.
Kondisi itu membuat banyak orang tua langsung mendatangi operator sekolah untuk mendaftarkan anaknya.
“Kesalahannya terletak pada berbondong-bondongnya masyarakat menemui operator. Saya sudah ingatkan operator untuk tidak menambah calon siswa, namun itu masih dilanggar,” ucapnya.
Setelah mengetahui ada kelebihan siswa, ia memanggil wali murid yang anaknya tidak tercatat dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) untuk mencari sekolah lain.
Terkait isu adanya permainan uang dalam penerimaan siswa, Bihan membantah tegas.
“Enggak tahu saya kalau ada permainan uang,” ujarnya.
42 Siswa Bertahan, Tapi Harus Pindah
Sebelumnya, DPRD Provinsi Bengkulu sudah memediasi persoalan ini pada Rabu (20/8/2025). Hasilnya, meski 42 siswa ngotot bertahan di SMAN 5, seluruhnya tetap diwajibkan mencari sekolah lain karena keterbatasan kuota dan kendala Dapodik.
Ketua Komisi IV DPRD Bengkulu, Usin Abdisyah Sembiring, menyebut telah dibentuk tim khusus untuk membantu penyaluran siswa. “Posko ini dibentuk di dinas, khusus untuk membantu siswa mencari sekolah,” katanya.
Namun, saat posko penyaluran dibuka sehari pada Kamis (21/8/2025), hanya delapan dari 42 siswa yang menyerahkan berkas, sementara sisanya masih menunggu.
Orangtua dan Siswa Alami Tekanan Psikologis
Kebijakan mendadak ini membuat banyak orang tua murid kecewa. Sebanyak 42 wali murid mendatangi DPRD Bengkulu untuk menuntut kejelasan.
“Anak saya down, dia nangis sepanjang hari, malu bercampur sedih,” kata seorang ibu, Rabu (20/8/2025).
Ada pula wali murid lain yang mengaku anaknya jatuh sakit akibat stres. “Anak kami sakit, saya juga sakit. Psikis anak saya terkena juga sejak mengetahui ia ternyata tidak terdaftar,” ucapnya.
Sebagian orang tua tetap mendesak agar anak-anak mereka bisa tetap bersekolah di SMAN 5. “Kami mohon kebijakan. Kami mohon pihak sekolah bertanggung jawab,” kata seorang wali murid.
Dinas Pendidikan: Semua Anak Tetap Sekolah
Plh Kepala Dikbud Provinsi Bengkulu, Salmi, menegaskan pemerintah tetap menjamin hak belajar seluruh siswa.
“Intinya semua anak tetap harus bersekolah. Nanti siswa yang tidak bisa diterima di SMAN 5 akan didistribusikan ke sekolah lain yang masih ada kuota, seperti SMAN 9 dan SMAN 12,” jelasnya.
Namun ia menegaskan, tuntutan orang tua agar anak-anak tetap di SMAN 5 tidak dapat dipenuhi. “Kalau tetap ngotot ingin di SMAN 5 tentu tidak bisa, karena kami berpedoman pada aturan yang berlaku,” tegasnya.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!