Ubah Anak Picky Eater Jadi Food Lover dengan Cara Ini!

Ilustrasi anak suka sayur, 1. Libatkan Anak dalam Proses Memasak, 2. Kenalkan Makanan Baru Secara Bertahap, 3. Jadikan Makanan Menarik dan Menyenangkan, 4. Berikan Contoh Positif, 5. Hindari Hadiah atau Hukuman Terkait Makanan, 6. Konsistensi dan Kesabaran adalah Kunci
Ilustrasi anak suka sayur

Anak yang pemilih makanan atau picky eater sering kali menjadi tantangan besar bagi orang tua. Mereka cenderung menolak makanan baru, hanya menyukai jenis makanan tertentu, atau bahkan menghindari sayuran sama sekali. 

Namun, jangan khawatir! Dengan pendekatan yang tepat, anak picky eater dapat bertransformasi menjadi food lover yang menikmati beragam rasa dan nutrisi. 

Berikut ini adalah strategi berbasis sains dan praktik parenting yang efektif untuk membantu anak mengembangkan hubungan positif dengan makanan. 

Memahami Penyebab Anak Picky Eater

Sebelum menerapkan strategi, penting untuk memahami mengapa anak menjadi pemilih makanan. Menurut penelitian dari Journal of Pediatric Psychology (2019), perilaku picky eating sering muncul pada usia 2-6 tahun, saat anak mulai mengembangkan preferensi rasa dan tekstur. 

Faktor genetik, seperti sensitivitas terhadap rasa pahit pada sayuran seperti brokoli, juga berperan. Selain itu, tekanan dari orang tua untuk makan atau pengalaman negatif terkait makanan dapat memperburuk kebiasaan ini. Misalnya, memaksa anak untuk menghabiskan piringnya justru dapat meningkatkan penolakan terhadap makanan tertentu.

Strategi Mengubah Picky Eater Menjadi Food Lover

1. Libatkan Anak dalam Proses Memasak

Melibatkan anak dalam proses memasak adalah cara yang terbukti efektif untuk meningkatkan minat mereka terhadap makanan. 

Studi dari Appetite Journal (2020) menunjukkan bahwa anak yang membantu menyiapkan makanan cenderung lebih bersedia mencoba makanan baru. Ajak anak untuk tugas sederhana seperti mencuci sayuran, mengaduk adonan, atau memilih bahan di pasar. 

Aktivitas ini tidak hanya membangun rasa percaya diri, tetapi juga membuat mereka merasa memiliki makanan yang disajikan. Misalnya, biarkan anak memilih antara wortel atau buncis untuk menu malam, sehingga mereka merasa memiliki kendali.

2. Kenalkan Makanan Baru Secara Bertahap

Memperkenalkan makanan baru membutuhkan kesabaran. Penelitian dari American Journal of Clinical Nutrition (2017) menunjukkan bahwa anak mungkin perlu mencoba makanan baru hingga 10-15 kali sebelum menerimanya. Jangan memaksa anak untuk langsung makan dalam porsi besar. 

Sebaliknya, sajikan makanan baru dalam porsi kecil bersama makanan favorit mereka. Misalnya, letakkan sepotong kecil brokoli di samping nugget ayam kesukaan mereka. 

Dorong anak untuk mencium, menyentuh, atau menjilat makanan tersebut tanpa tekanan. Pendekatan ini membantu anak membangun keakraban dengan makanan baru tanpa merasa terintimidasi.

3. Jadikan Makanan Menarik dan Menyenangkan

Presentasi makanan yang menarik dapat memikat anak untuk mencoba. Gunakan kreativitas untuk membuat makanan terlihat menyenangkan, seperti membentuk sayuran menjadi karakter lucu atau menyusun buah dengan warna cerah. 

Menurut Pediatrics (2018), anak-anak lebih tertarik pada makanan yang disajikan dengan cara yang visually appealing. Selain itu, ciptakan suasana makan yang positif. Hindari gadget di meja makan dan fokus pada percakapan ringan yang membuat anak merasa nyaman. 

Ceritakan kisah tentang asal-usul makanan, seperti “Tomat ini datang dari petani di desa yang cerah!” untuk membangun rasa ingin tahu.

4. Berikan Contoh Positif

Anak meniru perilaku orang tua. Jika Anda menunjukkan antusiasme terhadap makanan sehat, anak cenderung mengikuti. Makan bersama sebagai keluarga dan tunjukkan bagaimana Anda menikmati sayuran atau makanan baru. 

Penelitian dari Journal of Nutrition Education and Behavior (2019) menemukan bahwa anak yang melihat orang tua makan sayuran secara konsisten lebih mungkin untuk mencobanya. Hindari komentar negatif tentang makanan tertentu, seperti “Sayuran ini pahit,” karena anak dapat menyerap sikap tersebut.

5. Hindari Hadiah atau Hukuman Terkait Makanan

Menggunakan makanan manis sebagai hadiah atau memaksa anak untuk menghabiskan makanan dapat menciptakan hubungan tidak sehat dengan makanan. 

Menurut Child Development (2020), praktik ini dapat meningkatkan preferensi anak terhadap makanan manis dan memperburuk penolakan terhadap makanan sehat. 

Sebaliknya, puji usaha anak ketika mereka mencoba makanan baru, meskipun hanya sedikit. Misalnya, katakan, “Wah, kamu berani mencoba wortel! Rasanya seperti apa menurutmu?” Pendekatan ini membangun motivasi intrinsik tanpa tekanan.

6. Konsistensi dan Kesabaran adalah Kunci

Mengubah kebiasaan picky eater membutuhkan waktu. Jangan menyerah jika anak terus menolak makanan baru. Tetap konsisten dengan menawarkan variasi makanan sehat setiap hari, tanpa memaksa. 

Ciptakan rutinitas makan yang teratur, seperti tiga kali makan utama dan dua kali camilan, untuk membantu anak mengenali rasa lapar dan kenyang. Dengan pendekatan yang sabar, anak akan secara bertahap membuka diri terhadap makanan baru.