Pentingnya Terapkan Budi Pekerti pada Anak agar Mampu Berempati Saat Kelak Jadi Pejabat

Nafa Urbach, Ahmad Sahroni, anak bertanggung jawab, anak berempati, cara mengajarkan anak berempati, mengajarkan anak budi pekerti, menumbuhkan empati pada anak, Pentingnya Terapkan Budi Pekerti pada Anak agar Mampu Berempati Saat Kelak Jadi Pejabat, 1. Ajak anak membantu orang lain, 2. Bicarakan tentang empati, 3. Jangan sungkan menegur anak, 4. Bersikap adil, 5. Ajarkan untuk meminta maaf, 6. Lakukan diskusi dua arah, 7. Ajarkan konsep tentang hak dan kewajiban, 8. Ajarkan untuk berbagi

Publik dibuat geram oleh tingkah para anggota DPR yang dinilai kurang berempati terhadap masyarakat.

Padahal, mereka digaji oleh rakyat. Salah satu tugasnya pun adalah menyerap aspirasi rakyat untuk memperjuangkan hak rakyat.

Sebagai orangtua, perilaku seperti itu tentunya mengkhawatirkan, karena sangat merugikan rakyat. Siapa tahu, anak tumbuh menjadi pejabat.

Lantas, bagaimana cara menerapkan budi pekerti pada anak sejak dini agar jika kelak mereka menjadi pejabat, mereka bisa menjadi pejabat yang penuh empati?

Aspek perkembangan moral

Psikolog klinis anak dan remaja dari Layanan Psikologi JEDA di Bandar Lampung, Nanda Erfani Saputri, M.Psi. menerangkan, empati, tanggung jawab, dan integritas, berkaitan dengan aspek perkembangan moral.

“Yang mana, dalam hal empati, misalnya, anak atau remaja memahami situasi, keadan orang lain, dan perasaan yang mungkin berkaitan dengan orang lain,” kata dia saat dihubungi Kompas.com pada Senin (1/9/2025).

Sementara dari sisi integritas adalah ketika anak bersikap jujur, bertanggung jawab dengan peran yang diemban, dan bisa dipercaya.

Deretan karakter dasar yang berkaitan dengan aspek perkembangan moral ini, secara sederhana, mengacu ada anak belajar membedakan benar dan salah.

Konsep moralitas berkembang seiring waktu

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, konsep moralitas anak pun semakin berkembang.

“Artinya, kemampuan berpikirnya berkembang dan regulasi emosinya berkembang. Ini juga akan turut semakin berkembang kemampuan moralitasnya,” kata Nanda.

Jadi, bagaimana anak melihat situasi dan memahami perasaan orang lain, ini akan berpengaruh ke perilaku yang ditunjukkan oleh anak ke luar.

Lantas, bagaimana cara menerapkan budi pekerti pada anak, supaya mereka tumbuh menjadi sosok yang berempati dan bertanggung jawab, terutama ketika menjadi seorang pejabat?

Cara menerapkan budi pekerti

1. Ajak anak membantu orang lain

Psikolog anak di Mykidz Clinic, Gloria Siagian M.Psi., mengatakan bahwa orangtua bisa mengajarkan anak untuk berempati dengan mengajak mereka membantu orang lain.

“Misalnya ikut turut membantu anak-anak yang kesulitan, mengajak ke panti asuhan, atau (ajak) bertugas melayani orang lain,” ujar dia saat dihubungi pada Minggu (31/8/2025).

2. Bicarakan tentang empati

Selanjutnya adalah mengajak anak berbicara tentang empati sembari melatih kepeduliannya terhadap orang lain.

“Misalnya, apa yang kamu rasakan kalau kamu jadi anak yang di panti asuhan? Atau bisa juga, apa rasanya kalau kamu yang dicubit sama anak itu?” tutur Gloria yang akrab disapa Anggi.

3. Jangan sungkan menegur anak

Anak yang berempati dengan orang lain tidak akan sombong, baik dalam perilaku maupun perkataan yang merendahkan orang lain.

Anggi mengimbau agar ayah dan ibu tidak sungkan untuk menegur anak ketika mereka menunjukkan perilaku sombong.

“Contohnya anak kecil suka memamerkan barang yang dia punya. Bisa dikasih tahu bahwa dia enggak perlu pamer karena enggak semua orang punya, dan kasihan kalau anak lain jadi sedih karena enggak punya,” ucap dia.

4. Bersikap adil

Tak hanya empati, mengajarkan anak tentang keadilan juga tidak cukup hanya dengan nasihat.

Menurut Nanda, orangtua perlu memberikan contoh yang lebih nyata, misalnya dengan bersikap adil kepada anak di rumah, jika anak memiliki kakak atau adik.

“Misalnya tidak membeda-bedakan sama kakaknya, sama adiknya,” ujar dia.

5. Ajarkan untuk meminta maaf

Apabila anak melakukan kesalahan, ajarkan mereka untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya, alih-alih bersembunyi di balik kalimat “Namanya juga masih anak kecil”.

6. Lakukan diskusi dua arah

Selain memberi tahu anak untuk meminta maaf ketika berbuat salah, ayah dan ibu juga sembari melakukan diskusi dua arah.

Sebab, jika hanya memberi tahu bahwa ini salah dan itu benar, anak tidak akan memahami alasan di balik mengapa hal tersebut salah dan benar.

7. Ajarkan konsep tentang hak dan kewajiban

Kemudian adalah mengenalkan konsep tentang hak dan kewajiban. Misalnya, ketika anak meminjam barang dari temannya, ia wajib mengembalikannya.

“Misalnya mengerjakan PR, itu kan kewajiban untuk dilakukan, berarti anak benar-benar mengerjakannya. Tidak bertanya ke ChatGPT misalnya, atau meminta orangtua mengejakannya,” ujar Nanda.

8. Ajarkan untuk berbagi

Kemudian, anak juga perlu diajarkan untuk berbagi, baik ke teman, kakak atau adiknya, atau ke orang lain.

Menurut Nanda, hal-hal simpel yang telah disebutkan di atas merupakan bibit-bibit kejujuran yang patut dipupuk di rumah, demi membentuk sosok anak yang berempati, bertanggung jawab, dan baik ke sesama.

“Ini bisa jadi pembelajaran sebagai orangtua bahwa menanamkan budi pekerti tadi itu bukan pekerjaan satu malam, ini pekerjaan yang panjang,” jelas dia.

“Ibaratnya, ketika kita membangun sebuah bangunan, sedikit demi sedikit kita tanam dulu fondasinya dengan menciptakan lingkungan yang kondusif,” sambung Nanda.

Stimulasi perkembangan moral tersebut bisa membuat empati, tanggung jawab, dan integritas anak terasah.

“Dan anak belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan yang ada di kesehariannya. Jadi, tentu orangtua juga perlu mawas diri dengan tingkah lakunya sehari-hari,” pungkas Nanda.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.