Hansi Flick Bawa Barcelona Juara LaLiga: Revolusi Sang Arsitek dari Jerman

Barcelona resmi menjuarai Liga Spanyol 2024-2025 usai menumbangkan Espanyol di Derbi Catalunya pada Kamis (15/5/2025) atau Jumat malam WIB.
Di musim debutnya sebagai pelatih kepala Blaugrana, Flick tak hanya mempersembahkan gelar liga, tetapi juga menyapu bersih seluruh trofi domestik, termasuk Piala Super Spanyol dan Copa del Rey.
Musim ini juga ditandai dengan dominasi total atas Real Madrid. Barcelona menyapu bersih empat pertemuan dengan rival abadinya tersebut, termasuk dua kemenangan di partai final Piala Super Spanyol dan Copa del Rey.
Revolusi Diam-Diam yang Menggebrak
Namun, eks pelatih timnas Jerman itu mengubah wajah Barcelona secara total—baik dalam gaya bermain, mentalitas, maupun atmosfer internal tim.
Inilah “Barça-nya Flick”—tim yang solid, disiplin, dan penuh semangat muda, lanjut artikel dari Diario Sport.
“Datang tepat waktu adalah aturan. Ini soal menghormati rekan setim. Jika kamu terlambat, semua harus menunggumu, dan itu tidak menghormati mereka,” ujar Flick di tengah musim, menegaskan filosofi kedisiplinannya.
Flick bahkan tak ragu mencoret nama-nama seperti Jules Kounde dan Inaki Pena dari starting XI karena terlambat hadir latihan—sikap tegas yang menjadi pilar fondasi timnya.
Sentuhan La Masia dan Ketegasan yang Lembut
Ia melakukan kajian mendalam terhadap pemain-pemain muda dari akademi La Masia dan melibatkan mereka sejak pramusim. Beberapa wajah muda, seperti Lamine Yamal, Fermin Lopez, dan Pau Víctor, menjadi pemain kunci dalam rotasi tim sepanjang musim.
Hanya Dani Olmo yang sempat absen di awal musim karena masalah pendaftaran, sementara selebihnya adalah komposisi musim lalu yang dipoles ulang.
Kekalahan 0-3 dari AS Monaco di Piala Joan Gamper sebagai bagian laga pemanasan pramusim sempat menimbulkan keraguan, namun justru menjadi pemicu kebangkitan luar biasa.
“Kami ingin pemain menikmati sepak bola. Bukan sebagai beban, tapi sebagai kebahagiaan. Dari situ, target ambisius bisa dicapai,” tutur Flick.
Identitas Baru Barcelona
Mereka juga tampil tangguh secara fisik dan mampu bangkit dari keterpurukan, termasuk saat tertinggal tujuh poin dari Real Madrid di bulan Desember.
Puncaknya terjadi saat mengalahkan Madrid 4-3 di El Clasico terakhir di Montjuïc dan memastikan gelar juara di kandang Espanyol lewat gol Lamine Yamal.
Dalam satu musim, ia tidak hanya memberi gelar, tetapi membentuk ulang identitas klub. Ia menjadi “mercusuar”—penuntun arah bagi tim yang sebelumnya kehilangan kompas.
Kini, dengan gelar La Liga dalam genggaman dan masa depan yang tampak cerah, publik Camp Nou memiliki alasan besar untuk percaya bahwa era baru kejayaan Blaugrana sedang dimulai—di bawah komando tenang namun tegas dari seorang pria Jerman bernama Hansi Flick.