The Devil Wears Prada 2: Kembalinya Dunia Fashion yang Penuh Intrik

Miranda Priestly, Devil Wears Prada 2, Anne Hathaway, devil wears prada 2, miranda priestly, emely blunt, The Devil Wears Prada 2: Kembalinya Dunia Fashion yang Penuh Intrik

Dua dekade setelah film ikonik The Devil Wears Prada mengangkat kerasnya industri mode dan memperkenalkan kita pada sosok legendaris Miranda Priestly, sekuelnya akhirnya dikonfirmasi. 

Proses syuting The Devil Wears Prada 2 telah dimulai, dan para penggemar mode pun kembali bersiap menyambut sindiran tajam, deretan busana memukau, dan dinamika kekuasaan yang kini lebih kompleks dari sebelumnya.

Sekuel ini akan membawa kita ke lanskap baru dunia fashion, di mana Miranda Priestly (Meryl Streep) kini harus menghadapi ancaman nyata dari menurunnya kekuatan media cetak. 

Di era digital yang dikuasai konten viral dan algoritma, sang editor-in-chief berhadapan dengan mantan asistennya (Emily Blunt), yang kini duduk nyaman di kursi eksekutif sebuah grup luxury dengan kuasa besar atas anggaran iklan. 

Dalam dunia di mana tren berubah lebih cepat dari musim fashion week, kekuasaan Miranda pun ikut dipertaruhkan.

Miranda Priestly, Devil Wears Prada 2, Anne Hathaway, devil wears prada 2, miranda priestly, emely blunt, The Devil Wears Prada 2: Kembalinya Dunia Fashion yang Penuh Intrik

The Devil Wears Prada 2

Anne Hathaway dan Stanley Tucci juga dipastikan kembali. Dalam sekuel ini aktor pemenang Oscar Kenneth Branagh dikabarkan bergabung dan akan berperan sebagai suami Miranda.

Aline Bros McKenna, penulis yang mengadaptasi film pertama, kembali bersama sutradara film asli David Frankel, selain produser Forrest Gump pemenang Oscar Wendy Finerman.

Dijadwalkan rilis pada Mei 2026, sekuel ini langsung menuai reaksi beragam. Ada yang menyambut hangat dan menyebutnya sebagai cerminan realitas industri fashion saat ini, tapi ada pula yang skeptis, menyebut proyek ini hanya menumpang nostalgia.

Namun satu hal pasti: The Devil Wears Prada 2 tak hanya menjanjikan deretan busana spektakuler, tapi juga refleksi tentang bagaimana industri yang dibangun di atas estetika dan eksklusivitas kini harus beradaptasi dengan dunia yang semakin transparan dan cepat berubah.