Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

batu yang merupakan potongan terbesar Mars yang diketahui berada di Bumi telah terjual seharga USD 5,3 juta (termasuk pajak dan biaya) atau sekira Rp 86,25 miliar kepada penawar anonim dalam lelang di Sotheby’s New York pada Rabu (9/7).
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram. Dalam pernyataan pada Selasa (8/7), rumah lelang Sotheby’s mengatakan ukuran batu Mars ini sangat besar jika dibandingkan dengan sebagian besar meteorit Mars lainnya yang biasanya hanya berupa fragmen kecil.
Meteorit adalah sisa-sisa dari komet, asteroid, atau meteoroid yang berhasil melewati atmosfer bumi tanpa hancur.
NWA 16788 ditemukan pada November 2023 di wilayah terpencil Agadez, Niger. Batu ini digambarkan sebagai spesimen monumental yang sekitar 70 persen lebih besar ketimbang potongan terbesar lainnya Mars yang pernah ditemukan di Bumi. Meteorit ini juga sangat langka. Hanya sekitar 400 meteorit Mars yang pernah ditemukan di Bumi.
“NWA 16788 merupakan penemuan dengan signifikansi luar biasa. Meteorit terbesar Mars yang pernah ditemukan di Bumi, dan yang paling bernilai yang pernah ditawarkan di lelang,” kata Cassandra Hatton, wakil ketua bidang sains dan sejarah alam di Sotheby’s.
Hatton menjelaskan batu Mars ini telah terpapar perjalanan panjang melintasi ruang dan waktu. Ukuran luar biasa serta warna merahnya yang khas menjadikannya penemuan sekali dalam seumur hidup. “Meteorit luar biasa ini memberikan hubungan nyata dengan ‘Planet Merah’, tetangga langit kita yang telah lama memikat imajinasi manusia,” tambahnya.
Analisis terhadap komposisi internal meteorit menunjukkan batu ini amat mungkin terlempar dari permukaan Mars akibat benturan asteroid yang sangat dahsyat sehingga sebagian dari batu itu berubah menjadi kaca. Lapisan kaca ini juga tampak di permukaannya, terbentuk saat meteorit itu melesat melalui atmosfer Bumi.
Namun bagi sebagian kalangan, fakta bahwa meteorit ini dilelang alih-alih disumbangkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan menjadi hal yang mengkhawatirkan.
“Sangat disayangkan jika batu ini akhirnya hanya disimpan dalam brankas seorang oligarki. Batu ini seharusnya berada di museum, agar bisa dipelajari, dan dinikmati anak-anak, keluarga, serta masyarakat luas,” kata Steve Brusatte, profesor paleontologi dan evolusi dari Universitas Edinburgh, Skotlandia, kepada CNN sebelum lelang dilakukan.
Namun, bagi Julia Cartwright, ilmuwan planet dan peneliti independen di Institut Antariksa/Sekolah Fisika dan Astronomi, Universitas Leicester, Inggris, keseimbangan diperlukan.
“Pada akhirnya, jika tidak ada pasar untuk pencarian, pengumpulan, dan penjualan meteorit, kita tidak akan memiliki koleksi sebanyak ini. Ini merupakan pendorong utama ilmu pengetahuan,” ujar Cartwright kepada CNN. Ia juga menggambarkan adanya hubungan simbiosis antara peneliti dan kolektor.
“Jika sampel-sampel ini tidak ditemukan, kita tidak akan punya cukup bahan untuk diteliti, dan kita tidak akan tahu sebanyak yang kita ketahui sekarang,” tambah Cartwright.
Meski ia berharap batu yang sangat menakjubkan ini dapat diteliti atau dipamerkan kepada publik, Cartwright menegaskan bahwa sampel referensi dari meteorit ini telah disimpan di Observatorium Gunung Ungu (Purple Mountain Observatory) di China.
Meskipun belum diketahui akan ke mana meteorit ini akan berakhir, Cartwright yakin bahwa minat ilmiah terhadapnya akan tetap ada, dan pemilik barunya mungkin sangat tertarik untuk mempelajarinya. “Dengan begitu, kita masih bisa mendapatkan banyak ilmu dari meteorit ini,” ujarnya.
Pada Februari 2021, sebuah meteorit Mars yang mengandung atmosfer planet tersebut di dalamnya juga dilelang di balai lelang Christie’s. Meteorit itu terjual seharga USD 200.000, jauh melampaui perkiraan awalnya yang hanya USD 30.000– USD 50.000.(dwi)