Detik-detik Kebakaran KM Barcelona di Minahasa Utara, Kisah Dramatis Penumpang Selamatkan Diri

Kapal Motor (KM) Barcelona 5 mengalami kebakaran hebat di perairan antara Pulau Talise dan Pulau Gangga, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Minggu (20/7/2025) siang.
Insiden tragis tersebut terjadi saat kapal dalam perjalanan dari Talaud menuju Pelabuhan Manado Asap hitam pekat membumbung tinggi ke langit dan api cepat menyebar ke seluruh bagian kapal.
Kepanikan melanda sekitar ratusan penumpang yang berhamburan menyelamatkan diri, sebagian besar melompat ke laut hanya dengan mengenakan pelampung seadanya.
Jumlah Korban dan Penumpang
Hingga kini, tercatat tiga korban meninggal dunia akibat peristiwa ini:
- Asna Lapae (50) – Perempuan
- Zakaria – Laki-laki
- Juliana Humulung (40) – Perempuan
Sementara itu, jumlah penumpang yang berhasil dievakuasi tercatat lebih dari 530 orang, meski sebelumnya sempat disebut hanya sekitar 280 penumpang.
Proses evakuasi dilakukan dari tiga titik, yakni Pelabuhan Serei (293 orang), Pelabuhan Munte (87 orang), dan Pelabuhan Manado (150 orang).
Kebakaran diduga berasal dari salah satu kamar di Dek 3 sekitar pukul 12.00 WITA, saat sebagian besar penumpang sedang makan siang atau beristirahat. Api menyebar cepat dan membuat awak kapal kewalahan.
KM Barcelona 5 berangkat dari Pelabuhan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, dan sempat singgah di Pelabuhan Lirung sebelum melanjutkan perjalanan ke Manado sekitar pukul 02.00 WITA. Saat insiden terjadi, kapal berada sekitar 60 km dari Pelabuhan Manado.
Kisah Heroik di Tengah Laut
Salah satu kisah yang viral adalah aksi penyelamatan Abdul Rahman Agu alias Mamay, warga Manado yang membantu seorang ibu dan balita di tengah lautan.
“Saat itu ada seorang ibu yang mengaku sudah tak mampu memegang anaknya di lautan, ia minta tolong ke saya, dan saya langsung menolong anak itu dengan memegangnya,” kata Mamay.
Meski dirinya juga dalam bahaya dan tengah membawa ransel, Mamay tetap menolong dan menenangkan balita tersebut.
Ia bahkan sempat melakukan siaran langsung dengan ponselnya untuk menunjukkan kondisi terkini. Ajaibnya, ponsel itu tidak rusak meski sempat jatuh ke laut.
Bayi Diselamatkan dalam Cooler Box
Kisah mengharukan juga datang dari Serly Horman, penumpang yang selamat. Ia menceritakan penyelamatan sepupunya yang masih bayi dengan cara memasukkannya ke dalam cooler box lantaran tidak ada pelampung tersedia.
“Supaya bayi itu selamat, langsung bawa pakai cooler box. Puji Tuhan, dia aman sampai kita semua dievakuasi,” ujar Serly.
Ia sendiri harus berenang tanpa pelampung bersama anak dan orangtuanya yang sedang sakit. Mereka akhirnya berhasil diselamatkan oleh nelayan.
Serly mengatakan saat insiden kebakaran terjadi dia bersama anak dan orangtuanya yang sedang sakit tengah berada di dalam kamar.
Tanpa ada pengumuman dari pihak kapal, tiba-tiba Serly melihat semua orang berlari Dia lalu bertanya kepada para penumpang lain apa yang sedang terjadi
Setelah diberitahukan bahwa kapal yang mereka tumpangi terbakar, Serly pun panik Dia teringat akan anak dan orangtuanya.
"Tiba-tiba semua orang lari. Saya tanya ada apa, mereka bilangkapal terbakar. Saya langsung panik, orang tua belum minum obat. Kalau sudah, mungkin dia sudah tidur dan tidak sempat selamat," ujar Serly.
"Saya hanya bisa panik dan berdoa, saya bilang Tuhan minta tolong kasih pertolongan, kasih akal," ujarnya.
Tanpa pikir panjang, Serly nekat melompat ke bagian atas dek kapal dan membantu orang tuanya naik ke atas Meski tanpa pelampung, Serly, anak dan orangtuanya berenang di laut demi menyelamatkan diri.
"Kami bertiga, saya, anak saya dan orang tua, berenang tanpa pelampung. Tidak ada jalan keluar waktu itu, semua sudah penuh asap," ujarnya.
Serly mengatakan, mereka berenang sambil mengangkat tangan meminta pertolongan hingga akhirnya ditemukan.
"Pertama ditolong nelayan. Yang diutamakan itu perempuan dan orang sakit. Kami sempat terpisah, tapi akhirnya bertemu kembali di pelabuhan," ucapnya.
Namun tak semua keluarganya selamat. Dengan mata berkaca-kaca, Serly mengungkapkan bahwa sepupunya, Asna Lapae (50), menjadi salah satu korban meninggal dunia.
Perjuangan Penumpang Lainnya
Vani Arunde, ibu muda yang juga berada di kapal, berhasil menyelamatkan diri bersama dua anaknya tanpa pelampung. Mereka naik ke anjungan kapal untuk menghindari kobaran api, lalu melompat ke laut dan mengapung hampir satu jam sebelum nelayan datang.
“Kita dari Talaud, mau ke Manado, anak saya sakit dirujuk ke Manado,” ucap Vani sambil memeluk putrinya yang baru berusia 1 tahun 5 bulan.
Vani menuturkan detik-detik saat dirinya bersama keluarga berjuang keluar darikapalyang mulai dilalap api Dalam kondisi panik, mereka terpaksa naik ke anjungan, bagian atas kapal, tanpa sempat mengenakan pelampung.
“Memang susah sampai di anjungan itu. Karena apinya cepat sekali, langsung panik. Kami hanya pikir bagaimana agar selamat,” ungkap Vani di Munte, Likupang, Minggu (20/7/2025).
Ia menceritakan bahwa anaknya yang usia tiga tahun juga berada dikapal, namun tidak mendapatkan pelampung karena jumlah yang terbatas.
Denny Prasetyo, penumpang lainnya, harus terpisah dengan keluarganya di laut. Ia bercerita saat kejadian berada di dek dua bersama istri dan dua anaknya.
"Saat saya keluar kamar, terlihat asap," jelasnya.
Petugas di Bandara Melongoane ini langsung menuju ke kamar dan membawa istri dan anaknya ke dek dua Mereka kemudian mengambil pelampung yang dibagikan di bagian depan.
Ia, istri, dan dua anaknya yang masih kecil kemudian melompat ke laut "Saya lihat asap semakin tebal," katanya.
Menurutnya hanya sekitar 15 menit asap sudah semakin tebal di kapal. Mereka terapung sekitar 30 menit, dan dievakuasi oleh nelayan sekitar dan dibawa ke pulau gangga.
"Saya dengan anak perempuan yang masih kecil, sedangkan istri saya dengan anak laki-laki saya yang masih kecil, kami terpisah," jelas dia.
Tak ada barang yang bisa ia selamatkan dari kejadian tersebut Dokumen berharganya seperti dokumen KK, ijazah anak, akte kelahiran anak, KTP tidak terselamatkan.
"Kami mau bawa ke Manado semuanya," jelas dia.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara membuka tiga posko evakuasi, yaitu di Pulau Gangga, Likupang, dan Pelabuhan Manado. Fasilitas kesehatan seperti ambulans dan rumah sakit disiagakan.
“Sulawesi Utara berdukacita atas peristiwa ini,” kata Gubernur Sulut, Yulius Selvanus Komaling, yang meninjau langsung lokasi evakuasi.
Evakuasi dilakukan secara gabungan oleh Bakamla RI, Basarnas, TNI AL, Kodim Bitung, Koramil Likupang, Polsek, Brimob Polda Sulut, dan masyarakat dari Pulau Talise dan Pulau Gangga.
Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Selamat dari Kobaran Api KM Barcelona, Vani Arunde Peluk Anak Bayinya Erat Tanpa Pelampung