Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Agustus 2025 dan Puasa Senin Kamis Lengkap dengan Bacaan Niatnya

Awal bulan Agustus 2025 bertepatan dengan bulan Safar, sementara di akhir bulan bertepatan dengan bulan Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.
Pada tahun ini, jatuhnya tanggal 1 Agustus 2025 di kalender Masehi bertepatan pada hari Jumat, 7 Safar 1447 Hijriah.
Seperti pada bulan-bulan lainnya, selama bulan Safar, umat Islam bisa memperbanyak ibadah dzikir dan doa, serta menjalankan puasa sunnah.
Berikut adalah jadwal puasa sunnah yang dapat dilaksanakan umat Islam pada bulan Agustus 2025.
Jadwal dan Niat Puasa Ayyamul Bidh Agustus 2025
Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah.
Di bulan Agustus 2025, puasa Ayyamul Bidh akan dilaksanakan pada awal bulan yaitu:
- Kamis, 7 Agustus 2025 = 13 Safar 1447 H
- Jumat, 8 Agustus 2025 = 14 Safar 1447 H
- Sabtu, 9 Agustus 2025 = 15 Safar 1447 H
Adapun bacaan niat puasa puasa Ayyamul Bidh yaitu:
“Nawaitu shauma ayyaamil baidhi sunnatan lillaahi ta'aalaa.”
Artinya: "Aku niat puasa pada Hari-hari Putih, sunnah karena AllahTa'ala."
Jadwal dan Niat Puasa Senin Kamis Agustus 2025
Selain puasa Ayyamul Bidh, umat Islam juga dapat melaksanakan puasa sunnah Senin-Kamis yaitu pada:
- Senin, 4 Agustus 2025: 10 Safar 1447 H
- Kamis, 7 Agustus 2025: 13 Safar 1447 H
- Senin, 11 Agustus 2025: 17 Safar 1447 H
- Kamis, 14 Agustus 2025: 20 Safar 1447 H
- Senin, 18 Agustus 2025: 24 Safar 1447 H
- Kamis, 21 Agustus 2025: 27 Safar 1447 H
- Senin, 25 Agustus 2025: 1 Rabiul Awal 1447 H
- Kamis, 28 Agustus 2025: 4 Rabiul Awal 1447 H
Adapun bacaan niat puasa sunnah pada hari Senin adalah:
"Nawaitu shouma ghadin yaumal itsnaini sunnatan lillahi ta’ala."
Artinya: “Saya niat berpuasa besok hari Senin sunah karena Allah Ta’ala.”
Sementara, bacaan niat puasa sunnah pada hari Kamis adalah:
"Nawaitu shouma ghadin yaumal khomisi sunnatan lillahi ta’la."
Artinya: “Saya niat berpuasa besok hari Kamis sunah karena Allah Ta’la.”
Kalender Hijriyah 1-31 Agustus 2025
- Jumat, 1 Agustus 2025: 7 Safar 1447 H
- Sabtu, 2 Agustus 2025: 8 Safar 1447 H
- Minggu, 3 Agustus 2025: 9 Safar 1447 H
- Senin, 4 Agustus 2025: 10 Safar 1447 H
- Selasa, 5 Agustus 2025: 11 Safar 1447 H
- Rabu, 6 Agustus 2025: 12 Safar 1447 H
- Kamis, 7 Agustus 2025: 13 Safar 1447 H
- Jumat, 8 Agustus 2025: 14 Safar 1447 H
- Sabtu, 9 Agustus 2025: 15 Safar 1447 H
- Minggu, 10 Agustus 2025: 16 Safar 1447 H
- Senin, 11 Agustus 2025: 17 Safar 1447 H
- Selasa, 12 Agustus 2025: 18 Safar 1447 H
- Rabu, 13 Agustus 2025: 19 Safar 1447 H
- Kamis, 14 Agustus 2025: 20 Safar 1447 H
- Jumat, 15 Agustus 2025: 21 Safar 1447 H
- Sabtu, 16 Agustus 2025: 22 Safar 1447 H
- Minggu, 17 Agustus 2025: 23 Safar 1447 H
- Senin, 18 Agustus 2025: 24 Safar 1447 H
- Selasa, 19 Agustus 2025: 25 Safar 1447 H
- Rabu, 20 Agustus 2025: 26 Safar 1447 H
- Kamis, 21 Agustus 2025: 27 Safar 1447 H
- Jumat, 22 Agustus 2025: 28 Safar 1447 H
- Sabtu, 23 Agustus 2025: 29 Safar 1447 H
- Minggu, 24 Agustus 2025: 30 Safar 1447 H
- Senin, 25 Agustus 2025: 1 Rabiul Awal 1447 H
- Selasa, 26 Agustus 2025: 2 Rabiul Awal 1447 H
- Rabu, 27 Agustus 2025: 3 Rabiul Awal 1447 H
- Kamis, 28 Agustus 2025: 4 Rabiul Awal 1447 H
- Jumat, 29 Agustus 2025: 5 Rabiul Awal 1447 H
- Sabtu, 30 Agustus 2025: 6 Rabiul Awal 1447 H
- Minggu, 31 Agustus 2025: 7 Rabiul Awal 1447 H
Bulan Safar Bukan Bulan Sial
Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah yang dalam bahasa Arab yang berarti "kosong" atau "kehampaan".
Meski kaum jahiliyah kerap menyebut bulan safar merupakan bulan sial, namun Rasulullah SAW telah membantahnya.
Dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam haditsnya, Rasulullah SAW pernah bersabda:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا عَدْوَى وَلَا غُولَ وَلَا صَفَرَ
Artinya: "dari Jabir Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada penyakit yang menular secara sendirian tanpa izin Allah, tidak ada hantu bergentayangan dan tidak ada shafar (penyakit perut) yang terjadi dengan sendirinya." (HR Muslim, no 4120)
Dalam hadits lain disebutkan pula:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا بَالُ إِبِلِي تَكُونُ فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ فَيَأْتِي الْبَعِيرُ الْأَجْرَبُ فَيَدْخُلُ بَيْنَهَا فَيُجْرِبُهَا فَقَالَ فَمَنْ أَعْدَى الْأَوَّلَ
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada 'adwa (meyakini bahwa penyakit tersebar dengan sendirinya, bukan karena takdir Allah), dan tidak ada shafar (menjadikan bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat) dan tidak pula hammah (reinkarnasi atau ruh seseorang yang sudah meninggal menitis pada hewan)." Lalu seorang Arab Badui berkata, "Wahai Rasulullah, lalu bagimana dengan unta yang ada dipasir, seakan-akan (bersih) bagaikan gerombolan kijang kemudian datang padanya unta berkudis dan bercampur baur dengannya sehingga ia menularinya?" Maka Nabi SAW bersabda, "Siapakah yang menulari yang pertama." (HR Bukhari, no 5278).