BMKG Peringatkan Potensi Kebakaran Hutan di Jambi Akibat Penurunan Curah Hujan

Ilustrasi Kebakaran hutan dan lahan di Desa Mudung Darat, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi
Ilustrasi Kebakaran hutan dan lahan di Desa Mudung Darat, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi

 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah di Provinsi Jambi untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada awal Agustus 2025. Peringatan ini muncul menyusul penurunan signifikan curah hujan di wilayah tersebut.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan sebagian besar wilayah Jambi akan mengalami penurunan drastis curah hujan pada sepuluh hari pertama Agustus, dengan intensitas hanya berkisar 20–50 milimeter.

Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Dwikorita Karnawati

Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Dwikorita Karnawati

"Penurunan curah hujan harus diwaspadai, karena dapat meningkatkan risiko karhutla di beberapa wilayah, terutama di bagian utara Jambi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Riau,” ujar Dwikorita di Jakarta, Jumat (1/8/2025).

BMKG mencatat bahwa pada periode 30 Juli hingga 5 Agustus, sejumlah wilayah di Jambi menunjukkan kategori kemudahan terbakar tinggi. Peta indikator spasial menunjukkan warna merah dan kuning mulai muncul, menggantikan dominasi zona biru atau risiko rendah yang sempat bertahan sebelumnya.

Wilayah utara Jambi, termasuk beberapa titik di Kabupaten Tanjung Jabung dan Muaro Jambi, menjadi area yang mulai rentan terhadap kebakaran. BMKG pun mengimbau pemerintah daerah untuk segera melakukan langkah antisipasi di lapangan.

Sebagai bagian dari mitigasi, BMKG mengaktifkan kembali Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Jambi dengan target empat sorti penerbangan per hari.

"OMC yang dilakukan pada 2–9 Juni sebelumnya terbukti efektif menghasilkan curah hujan hampir setiap hari, dengan total air mencapai 157,6 juta meter kubik,"* kata Dwikorita.

BMKG berharap operasi ini dapat menekan risiko karhutla dengan memanfaatkan sisa awan hujan sebelum memasuki puncak musim kemarau. (ANTARA)