Suka Duka Masitoh, Ibu Lima Anak yang 19 Tahun Hadapi Karhutla di Riau

Masitoh, Manggala Agni, Pekanbaru, karhutla, Riau, lahan gambut, kebakaran lahan gambut, Karhutla, kebakaran gambut, karhutla 2025, pemadam kebakaran perempuan, Suka Duka Masitoh, Ibu Lima Anak yang 19 Tahun Hadapi Karhutla di Riau

Masitoh (39) adalah satu-satunya perempuan di tim Manggala Agni Daops Sumatera IV/Pekanbaru, yang bertugas memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau.

Api sudah melumat lahan gambut seluas 30 hektar sejak empat hari yang lalu.

Pada Selasa (1/7/2025), Masitoh masih berjuang bersama rekan satu timnya di Manggala Agni.

Meski seragamnya mulai menghitam karena paparan arang dan abu, langkah Masitoh tetap kokoh menerobos semak belukar dan lahan gambut yang hangus terbakar.

Kadang kaki Masitoh terperosok ke area gambut yang lunak, namun ia kemudian bangkit lagi, melawan panasnya api dan terik matahari sore.

"Saya baru hari pertama ini ikut gabung. Teman-teman sudah empat hari. Lumayan sulit dipadamkan api di sini karena gambutnya cukup dalam. Insya Allah, sampai tuntas kami padamkan," ujar Masitoh, dikutip , Selasa (1/7/2025).

Masitoh bercerita ia sudah bekerja di Manggala Agni Pekanbaru sejak 2006, dan kini sudah memiliki lima anak.

Bagaimana suka dukanya menghadapi si jago api?

Suka duka Masitoh melawan si jago api

Masitoh, Manggala Agni, Pekanbaru, karhutla, Riau, lahan gambut, kebakaran lahan gambut, Karhutla, kebakaran gambut, karhutla 2025, pemadam kebakaran perempuan, Suka Duka Masitoh, Ibu Lima Anak yang 19 Tahun Hadapi Karhutla di Riau

Masitoh (39), anggota Manggala Agni Pekanbaru saat diwawancarai Kompas.com disela memadamkan karhutla di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (1/7/2025).

Masitoh telah menjalani tugasnya selama 19 tahun, sehingga mengalami banyak pengalaman suka maupun duka.

Pengalaman sukanya yakni bisa tergabung ke dalam tim yang saling mendukung satu-sama lain.

"Di lapangan itu asyik. Kami berjuang bersama-sama memadamkan api. Teman-teman pemadam yang laki-laki semuanya dukung saya. Susah senang kami tetap kompak di lapangan," kata Masitoh.

Sementara itu, cerita duka yang dipaparkan Masitoh berkaitan dengan tugas pertama kali melawan si jago api.

Masitoh pertama kali memadamkan api pada 2014 silam, dalam peristiwa karhutla gambut di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Peristiwa tersebut membuat Riau terdampak bencana kabut asap yang cukup parah karena kebakaran melanda lahan gambut yang luas.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahkan sampai turun ke lokasi kejadian untuk melihat langsung, memimpin operasi pengendalian, sebelum kemudian menyerahkannya ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Cerita menegangkan yang dialami Masitoh berawal ketika ia sudah berada di lokasi karhutla dan sedang membantu memadamkan beberapa titik api.

Namun, tiba-tiba Masitoh dan anggota tim Manggala Agni terkepung asap.

Situasi yang berbahaya itu dikarenakan angin yang berbalik ke arah Masitoh dan tim, sehingga asap dan bara api juga ikut terbawa.

"Waktu itu Pak Pirnahan Panggabean, ketua tim kami, bilang ke kami harus cepat keluar dari lokasi. Beliau bilang tinggalkan saja semua peralatan dulu, yang penting keselamatan jiwa," tuturnya.

Masitoh dan rekan satu timnya kemudian lari ke lokasi yang aman, dan semua anggota tim bisa menyelamatkan diri.

Masitoh mencatat, sejak menjadi anggota tim Manggala Agni, ia menghadapi situasi yang serupa setidaknya dua kali.

Bara api di balik lahan gambut

Masitoh, Manggala Agni, Pekanbaru, karhutla, Riau, lahan gambut, kebakaran lahan gambut, Karhutla, kebakaran gambut, karhutla 2025, pemadam kebakaran perempuan, Suka Duka Masitoh, Ibu Lima Anak yang 19 Tahun Hadapi Karhutla di Riau

Tim Manggala Agni Pekanbaru memadamkan api karhutla di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Senin (30/6/2025).

Kepala Manggala Agni Daops Sumatera IV/Pekanbaru Chaerul Ginting mengatakan, area yang terdampak karhutla di Desa Karya Indah memang sempat diguyur hujan.

Sayangnya, setelah hujan reda, asap justru muncul semakin banyak.

Menurut Chaerul asap tersebut dipicu oleh bara api yang ada di dalam lahan gambut, bukan api yang ada di permukaan.

"Karena kebakaran dan asap masih besar, jadi dibantu heli water bombing," kata Chaerul melalui pesan WhatsApp, dikutip , Minggu (29/6/2025).

Titik api kebakaran gambut berada di perbatasan Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru, dengan jarak hanya sekitar 6 kilometer saja.

Dengan demikian, jika tidak segera ditangani, warga ibukota Provinsi Riau bisa terancam kabut asap.

Proses pemadaman dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari Manggala Agni Pekanbaru, BPBD Kampar, Polri, dan Masyarakat Peduli Api (MPA).

Pihak kepolisin masih menyelidiki penyebab karhutla yang terjadi hampir tiap tahun di area yang sama itu.