Tragedi Pernikahan Anak Dedi Mulyadi, Bocah 8 Tahun Tewas Terinjak Saat Antre Makanan

Garut, Vania, Dedi Mulyadi, Pernikahan anak Dedi Mulyadi, tragedi pernikahan anak dedi mulyadi, Tragedi Pesta Rakyat Garut, tragedi pesta rakyat, vania, Vania tewas saat Antre makanan, Tragedi Pernikahan Anak Dedi Mulyadi, Bocah 8 Tahun Tewas Terinjak Saat Antre Makanan, Kronologi Kejadian, Antrean Membeludak, Pengamanan Minim, Mela Putri: Saya Tidak Tahu Anak Saya Ikut Antre, Datang dengan Teman Sebaya, Dedi Mulyadi: Saya Sudah Melarang Acara Makan-Makan

Kegembiraan berubah menjadi duka di Kabupaten Garut, Jawa Barat, usai insiden tragis menewaskan seorang bocah perempuan, Vania Aprilia (8), dalam acara makan gratis yang digelar di Pendopo Bupati Garut, Jumat (18/7/2025).

Acara ini merupakan bagian dari perayaan pernikahan Wakil Bupati Garut Putri Karlina dan Maula Akbar, putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Vania adalah satu dari tiga korban meninggal dunia dalam insiden yang terjadi akibat kerumunan massa tak terkendali di pintu masuk pendopo.

Selain Vania, seorang anggota kepolisian dari Polres Garut dan seorang warga lainnya juga turut kehilangan nyawa. Sedikitnya 26 warga dilaporkan pingsan akibat berdesak-desakan dan kekurangan oksigen.

Kronologi Kejadian, Antrean Membeludak, Pengamanan Minim

Kericuhan terjadi sekitar pukul 13.30 WIB, saat ribuan warga berdesakan untuk mengikuti acara makan gratis di halaman pendopo.

Menurut saksi mata dan warga sekitar, jumlah petugas keamanan sangat minim, hanya sekitar 10 orang untuk mengatur lautan manusia yang datang sejak pagi.

“Sistemnya cuma buka-tutup pintu. Padahal orang sudah membludak dari pagi. Harusnya dua gerbang dibuka dan ada skema antrean jelas,” kata Nelis (38), pedagang kaki lima di Alun-Alun Garut yang turut menjadi saksi.

Nelis menambahkan, tidak ada ambulans maupun tenaga medis yang disiagakan di lokasi sejak pagi. Ambulans baru tiba sekitar 15 menit setelah kericuhan memakan korban.

“Saya sempat memangku Vania, dia udah lemas banget. Dia sampai ngompol karena kesakitan dan kehabisan napas. Dikasih oksigen di ambulans, tapi udah enggak tertolong,” ujarnya.

Mela Putri: Saya Tidak Tahu Anak Saya Ikut Antre

Ibunda Vania, Mela Putri Anggani (31), masih tak percaya anak perempuannya menjadi korban dalam pesta rakyat itu.

Kepada wartawan di RSUD Dr. Slamet Garut, Mela menceritakan bahwa terakhir kali melihat Vania, putrinya sedang bermain dengan teman-teman di sekitar alun-alun.

“Saya enggak tahu dia ikut antre makan. Biasanya dia main saja, ikut saya jualan teh tarik di dekat pendopo,” ucap Mela sambil menangis.

Tak lama setelah melihat kerumunan di gerbang barat pendopo, Mela mendapat telepon dari temannya yang memberi tahu bahwa anaknya sudah berada di ambulans.

“Waktu saya pegang tangannya, udah dingin. Bengkak juga. Saya baru dikasih tahu dia meninggal di rumah sakit,” tutur Mela dengan suara parau.

Datang dengan Teman Sebaya

Vania datang ke lokasi bersama teman dekatnya, D (8), yang juga anak pedagang kaki lima.

Menurut ibunda D, Siti (38), kedua anak itu hampir selalu bersama dan sering membantu orangtuanya berdagang.

“Biasanya kalau Jumat Berkah, mereka ambil makanan bareng, tapi dibungkus. Kali ini orang-orang langsung masuk ke pendopo. Anak saya sampai sekarang masih syok. Malam-malam suka bengong. Mentalnya belum pulih,” kata Siti.

D disebut terakhir menggenggam tangan Vania saat masuk ke gerbang, namun terlepas ketika petugas Satpol PP menarik kerumunan. Vania jatuh, dan saat D melihatnya lagi, sahabatnya itu sudah berada di dalam ambulans.

“D bilang ke saya, ‘kalau aku enggak ngajak Vania, mungkin dia masih hidup.’ Hancur hati saya dengarnya,” ujar Siti yang kini fokus memulihkan kondisi mental anaknya.

Vania merupakan anak kedua dari pasangan Mela Putri Anggani dan Hapidin (50). Keluarga ini tinggal di Kampung Sindang Hela, Kelurahan Sukamentri, Garut Kota.

Jenazah Vania langsung dimakamkan di TPU Babakan Abid pada hari yang sama pukul 18.00 WIB. Rumah duka dipadati pelayat, termasuk warga, kerabat dari Tasikmalaya, dan rekan-rekan sesama pedagang alun-alun.

“Vania anak yang periang, mandiri banget. Dia selalu bantu saya jualan,” ujar Mela.

Usai kejadian, pasangan pengantin Putri Karlina dan Maula Akbar datang ke rumah duka. Dalam video yang beredar, Putri Karlina tampak menangis tersedu di hadapan Mela sambil memohon maaf.

“Hapunten abdi, Ibu,” ucapnya sambil bersimpuh.

Mela pun menerima permintaan maaf tersebut dengan harapan peristiwa ini bisa menjadi pelajaran. “Jantenkeun pelajaran kanggo ka payunna, ulah dugikeun pesta teh jadikeun duka,” katanya.

Kedua mempelai memberikan santunan sebesar Rp100 juta untuk keluarga korban. Sementara Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menambahkan Rp150 juta dari dana pribadi.

Dedi Mulyadi: Saya Sudah Melarang Acara Makan-Makan

Dedi Mulyadi, ayah dari mempelai pria dan Gubernur Jawa Barat, menyatakan bahwa sejak awal ia sudah melarang adanya acara makan gratis karena berpotensi menimbulkan kerumunan besar.

“Saya sudah wanti-wanti, tidak boleh ada kegiatan massal. Tapi ternyata tetap ada. Sekarang, saya sebagai orang tua mempelai pria, harus bertanggung jawab,” ucap Dedi.

Dedi juga menyatakan akan menanggung biaya hidup semua anak dari korban yang meninggal, serta pengobatan korban luka.

“Seluruh anak-anak yang ditinggalkan jadi anak asuh saya. Biaya hidup dan sekolahnya akan saya tanggung. Tidak pakai dana pemerintah,” tegasnya.

Hingga Jumat malam, delapan warga masih menjalani perawatan intensif di RSUD Dr. Slamet akibat insiden desak-desakan tersebut.

Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Ibu Korban Tewas Nikahan Anak KDM dan Wabup Garut Sempat Tak Enak Perasaan, Dikabari Lewat Telepon