Studi: Anak Usia Kurang dari 13 Tahun Seharusnya Belum Punya HP

Temuan studi baru yang diterbitkan dalam Journal of the Human Development and Capabilities menyatakan bahwa anak-anak seharusnya belum boleh memiliki ponsel pinter sendiri. Anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki HP diketahui memiliki kesehatan mental yang lebih buruk.
Para peneliti, yang melakukan jajak pendapat terhadap dua juta orang di 163 negara, menemukan hubungan antara remaja yang memiliki gadget dan terpapar bullying online, gangguan tidur, dan hubungan keluarga yang buruk.
Berdasarkan temuan mereka, para peneliti mendesak orang tua dan pembuat kebijakan untuk menerapkan regulasi penggunaan ponsel yang sesuai dengan perkembangan anak, sama seperti pembatasan alkohol dan tembakau bagi remaja.
Menurut penulis studi, ada hubungan antara penggunaan ponsel pintar oleh anak-anak di bawah usia 13 tahun dengan pikiran untuk bunuh diri, harga diri yang rendah, dan keterasingan dari kenyataan. Efek yang mengganggu ini lebih parah pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.
Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini satu dari tiga pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak. Tanpa perlindungan memadai, mereka berisiko terpapar kekerasan digital, pornografi, eksploitasi, dan mengalami gangguan kesehatan mental akibat penggunaan internet. Karena itu anak perlu ruang digital yang aman.
Namun sejauh ini ruang digital belum aman bagi anak. Mayoritas konten negatif yang diadukan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 208-2023 bermuatan pornografi dan judi daring. Selain itu, 48 persen anak-anak dilaporkan mengalami bullying online.
Ilustrasi
Apa yang bisa dilakukan orangtua jika anak terlanjut sudah punya HP
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membantu anak-anak kita mengelola penggunaan dan interaksi ponsel mereka demi kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Para ahli sepakat bahwa menjaga anak-anak seaman mungkin di dunia yang berfokus pada teknologi saat ini berarti menerapkan batasan dan kontrol orang tua yang sesuai usia pada ponsel mereka.
Anak dan remaja yang makin akrab dengan perkembangan teknologi belum bisa memproteksi dirinya dari hal-hal yang tidak sesuai dengan usianya, sedangkan filter mencari informasi di internet masih lemah.
“Pantau aktivitas anak Anda secara rutin, termasuk aplikasi, pesan, dan waktu layar,” desak Alisha Simpson-Watt, pendiri Collaborative ABA Services.
Ia juga menyarankan orangtua untuk sering berdiskusi dengan anak tentang penggunaan ponsel yang bertanggung jawab dan apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu yang mengganggu di dunia maya.
Praktik-praktik ini penting karena, seperti yang dijelaskan Ariana Hoet, PhD, Direktur Klinis Eksekutif di Kids Mental Health Foundation, "Otak anak-anak masih berkembang, sehingga mereka belum mampu menetapkan batasan mereka sendiri, memproses sebagian informasi yang mereka konsumsi sepenuhnya, dan mengalami kesulitan dalam mengatur emosi."
"Ingatkan anak Anda bahwa keselamatan adalah alasan utama mereka diberikan ponsel, yang membantu menetapkan standar bahwa fitur ponsel lainnya tidak penting dan digunakan secukupnya," tambah Erica Kalkut, PhD, ABPP, Direktur Klinis Eksekutif di LifeStance Health.
Kapan usia yang tepat anak punya HP
Para ahli sepakat bahwa tidak ada "usia yang tepat" untuk mengizinkan anak memiliki ponsel, dan setiap keluarga berbeda.
Dr. Kalkut mengatakan bahwa kesiapan seseorang untuk memiliki ponsel bergantung pada kematangan kognitif, sosial, dan emosionalnya.
Kapan pun orangtua memutuskan untuk mengizinkan akses ponsel, pastikan bahwa orangtua sudah mengajarkan literasi digital kepada anak dan memberikan contoh batasan yang sehat untuk gim, media sosial, pesan teks, atau mengambil foto.
“Anak-anak di bawah usia 13 tahun masih mengembangkan keterampilan kognitif dan emosional yang krusial, dan paparan dini terhadap perangkat dapat mengganggu rentang perhatian mereka, menghambat pengaturan emosi, dan mengganggu pola tidur.” kata Monica Barreto, PhD, Clinical Director of Behavioral Health, FL Primary Care at Nemours Children's Health.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!