Riset Prasasti: ICOR Ekonomi Digital 4,3, Dinilai Lebih Efisien Dibanding 17 Sektor Lain

Riset Prasasti: ICOR Ekonomi Digital 4,3, Dinilai Lebih Efisien Dibanding 17 Sektor Lain

Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) telah merilis laporan riset berjudul Mengoptimalkan Peran Ekonomi Digital dalam Mewujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan 8% di Indonesia.

Temuan utama riset ini menegaskan peran penting ekonomi digital bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

Hasil riset Prasasti juga mencatat, ekonomi digital berkontribusi sekitar Rp 1.860 triliun atau 8,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Ekonomi Digital Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Riset Prasasti mencatat ekonomi digital berkontribusi 8,4 persen terhadap PDB nasional
Riset Prasasti mencatat ekonomi digital berkontribusi 8,4 persen terhadap PDB nasional. Foto: Dok. Prasasti

Selain itu, riset ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit nilai tambah dari ekonomi digital akan mendorong peningkatan total output ke seluruh sektor lainnya, yakni sebesar 1,89 unit.

Board of Advisors Prasasti, Burhanuddin Abdullah mengatakan, ekonomi digital memiliki peran strategis dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintah.

"Dengan mendorong dan memfasilitasi perkembangan ekonomi digital, berbagai lapisan masyarakat dapat merasakan dampaknya secara langsung. Dampaknya terasa pada konsumen, para pedagang, pelaku UMKM dan pekerja informal,” ujarnya.

Ia menambahkan, industri digital nasional memberikan peluang lebih besar kepada talenta teknologi Indonesia untuk mendapatkan kesempatan kerja dan belajar sesuai bidangnya.

Laporan Prasasti ini memetakan 17 sektor terdigitalisasi menggunakan metodologi OECD–ADB, kemudian menyoroti ekosistem digital terbesar di Indonesia.

Kemudian, GoTo menjadi studi kasus untuk mengukur dampak nyata digitalisasi terhadap perekonomian.

Sementara itu, Policy and Program Director Prasasti, Piter Abdullah, menegaskan pentingnya memanfaatkan momentum digital untuk pertumbuhan ekonomi inklusif.

“Dengan tekanan perlambatan ekonomi global, transisi energi, dan pergeseran rantai pasok, Indonesia membutuhkan mesin pertumbuhan yang lebih efisien. Ekonomi digital menawarkan jawaban konkret,” jelasnya.

Investasi di Ekonomi Digital Punya Potensi Besar untuk Produktivitas Nasional

Investasi di ekonomi digital dorong produktivitas nasional
Investasi di ekonomi digital dorong produktivitas nasional. Foto: Unsplash/Towfiqu barbhuiya

Melalui proyeksi kontribusi mencapai 220–360 miliar dolar AS pada 2030 dan dominasi 40 persen dari nilai ekonomi digital ASEAN, ekonomi digital memiliki potensi besar mendorong produktivitas nasional.

Berdasarkan hasil riset, Research Director Prasasti, Gundy Cahyadi menyampaikan, nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio) ekonomi digital ada di angka 4,3.

Lalu, investasi rata-rata 17 sektor ekonomi nasional berada pada ICOR 10,6. Artinya, setiap rupiah investasi di ekonomi digital mampu menghasilkan dua kali lipat output dibanding sektor konvensional.

"Semakin rendah angka ICOR menunjukkan semakin efisien suatu sektor dalam mengelola investasi yang masuk menjadi output riil di perekonomian," kata Gundy.

Investasi di infrastruktur digital, pengembangan talenta data, dan cloud service bukan sekadar transformasi sektor, tetapi merupakan strategi industrialisasi nasional yang sangat menentukan daya saing dan masa depan perekonomian Indonesia dalam dua dekade ke depan.

Temuan riset Prasasti juga menunjukkan, bahwa ekosistem GoTo berhasil menciptakan nilai ekonomi sebesar Rp 480,7 triliun pada 2024. Kemudian, menyerap lebih dari 2,03 juta tenaga kerja dan membantu menurunkan angka kemiskinan hingga 0,45 poin persentase secara nasional.

ICOR ekosistem digital GoTo tercatat sebesar 2,3, atau sekitar 87 persen lebih efisien dibanding rata-rata ICOR ekonomi digital yang mencapai 4,3.

Pemerintah juga bisa mendorong kebijakan pengembangan infrastruktur digital, termasuk fiberisasi dan penyebaran 5G di luar Jawa. Lalu, pemberian insentif riset dan pengembangan (R&D) untuk teknologi cloud dan artificial intelligence (AI).

Gundy juga menambahkan, sangat penting memperluas program pelatihan satu juta talenta data dan AI setiap tahun, serta menciptakan skema pembiayaan inklusif agar UMKM dan masyarakat dapat lebih mudah mengadopsi teknologi digital. (*)