Banjir Bandang Tewaskan Sedikitnya 200 Orang di India dan Pakistan

 Banjir Bandang Tewaskan Sedikitnya 200 Orang di India dan Pakistan

bandang yang dipicu hujan deras telah menewaskan lebih dari 200 orang dan membuat puluhan lainnya hilang di India dan Pakistan dalam 24 jam terakhir. Tim penyelamat mengevakuasi sekitar 1.600 orang dari dua distrik pegunungan di kedua negara bertetangga tersebut.

Seperti dilaporkan BBC, hujan deras yang terjadi tiba-tiba di wilayah kecil, dikenal sebagai cloudburst, semakin sering terjadi di wilayah Himalaya, India, dan daerah utara Pakistan, yang rawan banjir bandang dan tanah longsor. Cloudburst berpotensi menimbulkan bencana besar dengan menyebabkan banjir parah dan longsor, memengaruhi ribuan orang di daerah pegunungan. Para ahli mengatakan kejadian cloudburst meningkat dalam beberapa tahun terakhir, sebagian karena perubahan iklim. Kerusakan yang ditimbulkan cloudburst juga meningkat akibat pembangunan yang tidak terencana di wilayah pegunungan.

Di Kashmir yang dikuasai India, tim penyelamat mencari orang hilang di desa terpencil Chositi di Himalaya pada Jumat (15/8). Sehari sebelumnya, banjir bandang menewaskan sedikitnya 60 orang dan sedikitnya 80 orang hilang. Operasi penyelamatan dihentikan pada malam hari. Namun, pada Kamis, sedikitnya 300 orang diselamatkan setelah cloudburst memicu banjir dan tanah longsor. Banyak dari korban hilang diyakini terseret arus.

Harvinder Singh, warga setempat yang ikut membantu upaya penyelamatan, mengatakan ia membantu mengevakuasi 33 jenazah dari dalam lumpur. Sedikitnya 50 orang mengalami luka serius dan dirawat di rumah sakit setempat, banyak di antaranya diselamatkan dari aliran sungai yang dipenuhi lumpur dan puing-puing. Pejabat manajemen bencana Mohammed Irshad mengatakan jumlah orang hilang mungkin bertambah. Badan cuaca memprediksi hujan deras dan banjir akan kembali melanda kawasan tersebut.

Chositi, yang berada di distrik Kishtwar, merupakan desa terakhir yang dapat diakses kendaraan bermotor di jalur menuju lokasi ziarah Hindu tahunan ke kuil di pegunungan pada ketinggian 3.000 meter. Pejabat mengatakan ziarah yang dimulai 25 Juli dan dijadwalkan berakhir 5 September itu telah ditangguhkan.

Banjir dahsyat tersebut menyapu dapur umum utama yang disiapkan untuk para peziarah, serta puluhan kendaraan dan sepeda motor. Lebih dari 200 peziarah berada di dapur umum saat banjir datang. Air bah juga merusak atau menghanyutkan banyak rumah di lereng bukit. Seorang perempuan bernama Sneha mengatakan suami dan putrinya terseret banjir saat makan di dapur umum, sedangkan ia dan putranya berada di dekat lokasi.

Foto dan video di media sosial menunjukkan kerusakan luas dengan perabot rumah berserakan di antara kendaraan dan rumah yang rusak. Pada Jumat, pihak berwenang membuat jembatan darurat untuk membantu peziarah menyeberangi saluran air berlumpur dan menggunakan puluhan alat berat untuk memindahkan batu besar, pohon tumbang, tiang listrik, dan puing lainnya.

Di Pakistan bagian utara dan barat laut, banjir bandang menewaskan sedikitnya 164 orang dalam 24 jam terakhir, termasuk 78 korban di Distrik Buner pada Jumat. Puluhan orang lainnya terluka saat banjir menghancurkan rumah-rumah di desa-desa di Buner. Pihak berwenang menetapkan status darurat di wilayah itu. Pemerintah menyatakan ambulans telah membawa 56 jenazah ke rumah sakit setempat.

Tim penyelamat mengevakuasi 1.300 wisatawan yang terjebak di distrik pegunungan Mansehra yang dilanda longsor pada Kamis. Sedikitnya 35 orang dilaporkan hilang di wilayah ini. Tim penyelamat dengan perahu dan helikopter berusaha menjangkau warga yang terjebak. “Puluhan desa masih belum ditemukan, dan jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat,” kata pejabat setempat Kashif Qayyum, dikutip BBC.

Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan menyatakan, sejak 26 Juni, lebih dari 477 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam insiden terkait hujan di seluruh Pakistan. Korban tewas dilaporkan dari berbagai wilayah pada Kamis. Bilal Faizi, juru bicara layanan darurat provinsi di Khyber Pakhtunkhwa, mengatakan tim penyelamat bekerja berjam-jam untuk menyelamatkan 1.300 wisatawan yang terjebak banjir bandang dan longsor di Lembah Siran, Distrik Mansehra, pada Kamis.

Wilayah Gilgit-Baltistan telah dilanda banyak banjir sejak Juli, memicu longsor di sepanjang Jalan Raya Karakoram, jalur perdagangan dan perjalanan penting yang menghubungkan Pakistan dan China, yang juga digunakan wisatawan untuk menuju ke wilayah utara yang indah. Kawasan ini memiliki gletser-gletser yang menjadi sumber 75 persen pasokan air cadangan Pakistan.

Badan manajemen bencana Pakistan mengeluarkan peringatan baru tentang potensi banjir akibat luapan danau gletser di utara, memperingatkan wisatawan untuk menghindari wilayah terdampak.

Sebuah studi yang dirilis minggu ini oleh World Weather Attribution, jaringan ilmuwan internasional, menemukan bahwa curah hujan di Pakistan pada 24 Juni hingga 23 Juli mencapai 10–15 persen lebih tinggi akibat pemanasan global. Pada 2022, musim hujan terburuk dalam sejarah negara itu menewaskan lebih dari 1.700 orang dan menyebabkan kerugian sekitar USD 40 miliar.(dwi)