Mobil Bekas Jadi Pilihan Konsumen di Tengah Pelemahan Daya Beli

 Harga mobil murah yang mulai meroket membuat banyak konsumen tak lagi dapat menjangkaunya. 

Padahal jenis mobil seperti Low Cost Green Car (LCGC) diperuntukkan first car buyer alias pembeli mobil pertama. Banderolnya mulai tembus Rp 200 jutaan on the road Jakarta.

Ditambah lagi ketidakpastian kondisi ekonomi, mengakibatkan daya beli masyarakat di sektor otomotif masih belum membaik seperti tahun-tahun sebelumnya.

Ekonom menilai peralihan konsumen ke mobil bekasi jadi salah satu indikasi penurunan pasar dan daya beli kelas bawah yang tertekan.

Daftar Mobil Bekas Paling Dicari, Ada Toyota Avanza dan Brio

“Terjadi downtrading, pembiayaan mobil bekas tumbuh dua digit ketika pembiayaan mobil baru kontraksi,” kata Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank kepada KatadataOTO belum lama ini.

Menurut dia, hal tersebut merupakan satu indikasi bahwa konsumen turun kelas demi menjaga cicilan.

Di samping itu, Josua juga menyorot bahwa penurunan LCGC tengah mengalami tantangan dan catat penjualan lebih buruk dari total pasar secara keseluruhan.

Oleh karenanya dia menegaskan bahwa perlu ada kebijakan fiskal yang efektif diterapkan oleh pemerintah.

Khususnya buat jenis kendaraan dengan target pembeli mobil pertama atau segmen menengah ke bawah. Sehingga bisa berkontribusi terhadap penjualan kendaraan roda empat domestik.

Dari sisi pabrikan, Josua mengatakan manufaktur bisa menyiapkan diler mobil bekas resmi.

“Rangkai used-car certified resmi untuk menangkap arus downtrading sambil menjaga nilai residu merek,” tegas Josua.

Sebagai informasi, angka wholesales (penyaluran dari pabrik ke diler) kendaraan roda empat mengalami kenaikan di Juli 2025.

Tetapi sejumlah merek justru turun, termasuk Chery yang tengah gencar menghadirkan model baru dengan harga rendah buat konsumen.

Dari 2.150 unit di Juni 2025, capaian itu turun 20,6 persen menjadi 1.705 unit saja sepanjang Juli.

Penyebab Penjualan Mobil Baru di Indonesia Keok dari Malaysia

Secara total ada setidaknya 12 merek mobil mengalami penurunan penjualan di pertengahan tahun. 

Melihat kondisi pasar belum stabil, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bahkan mempertimbangkan revisi target penjualan mobil tahun ini.

Hanya saja belum diungkap secara jelas target realistis yang dimaksud. Gaikindo enggan bicara lebih banyak terkait hal tersebut.