Okupansi Hotel di Yogyakarta Hanya 50 Persen, Pengusaha Kaitkan ke Daya Beli Masyarakat

"Target okupansi hotel di Yogyakarta 80 persen belum tercapai sampai saat ini," ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (2/4/2025).
Waktu Menginap Lebih Pendek
"Seperti diduga, lebih rendah dari tahun lalu ya. Tadi saya sempat telepon beberapa daerah. Solo, Jogja, Bali. Itu yang saya sempat cek ya. Memang turun. Turun rata-rata sekitar 20 persen dari tahun lalu," kata Hariyadi usai menghadiri open house di rumah dinas Rosan Roeslani, kawasan Widya Chandra, Jakarta, Selasa (1/4/2025), dikutip dari Kompas.com.

Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani usai menghadiri open house di rumah dinas Rosan Roeslani, kawasan Widya Chandra, Jakarta, Selasa (1/4/2025).
"Jadi bener-bener H-2. Jadi sangat-sangat lambat sekali. Dan waktu liburnya juga enggak sampai selesai. Enggak sampai tanggal 7 gitu ya," kata Hariyadi.
"Tapi kayak di Solo, tanggal 4, tanggal 5 langsung udah check out. Di Jogja, tanggal 6. Bali, itu juga menurun juga ya. Bali juga turun juga. Bali itu juga nggak full sampai tanggal 7," pungkasnya.
Daya Beli Melemah
Pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah sudah menjadi perhatian para pakar, salah satunya para pakar yang tergabung dalam Core Indonesia.
Dalam laporan CORE Indonesia yang berjudul Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025, sejumlah indikator menunjukkan tingkat konsumsi masyarakat tidak menunjukkan gairah meski menjelang Lebaran 2025.
Indikator tersebut yatu data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat deflasi pada Februari 2025, baik secara tahunan sebesar 0,09 persen, bulanan 0,48 persen, maupun year to date 1,24 persen.
Selain itu, tanda pelemahan daya beli lainnya dapat terlihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang mencerminkan tingkat penjualan eceran di beberapa kota besar di Indonesia.
Bank Indonesia (BI) mencatat IPR pada Februari 2025 diperkirakan merosot sebesar 0,5 persen secara tahunan, dipengaruhi jatuhnya penjualan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang turun 1,7 persen.
BI juga mencatat, pertumbuhan nilai transaksi belanja menggunakan ATM dan kartu debit pada 2024 terkontraksi sangat dalam 4 persen dibandingkan 2023 yang masih tumbuh 8 persen.
Tanda lainnya terlihat dari data impor bahan konsumsi, data BPS menunjukkan, impor barang konsumsi pada Februari 2025 menyentuh 1,47 miliar dollar AS, turun 10,61 persen dibandingkan impor bulan sebelumnya yang mencapai 1,64 miliar dollar AS.