Kenapa Yogyakarta Disebut Pusat Alam Semesta? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Yogyakarta, New York Times, pusat alam semesta, yogyakarta, center of universe, Kenapa Yogyakarta Disebut Pusat Alam Semesta? Ini Penjelasan Ilmiahnya, Keistimewaan Yogyakarta di mata dunia, Jejak kuliner dan kehidupan sehari-hari, Eksplorasi sejarah dan budaya, Respons warganet Indonesia, Menghargai kekayaan dan identitas lokal

— Yogyakarta, kota yang dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisi intelektualnya, kembali mencuri perhatian dunia. Kali ini, sorotan datang dari Scott Mowbray, jurnalis The New York Times, yang dalam artikelnya menyebut Yogyakarta sebagai “Center of The Universe” atau pusat alam semesta.

Mowbray terkesan dengan kontras yang ia temukan: pemandangan alam yang menawan berpadu harmonis dengan kehidupan kota yang dinamis. Pengalamannya ini ia dapatkan saat kunjungan keduanya ke Yogyakarta sejak era 1980-an.

Keistimewaan Yogyakarta di mata dunia

Menurut Mowbray, Yogyakarta menawarkan daya tarik yang tak kalah memikat dibanding Bali, yang lebih populer di mata wisatawan mancanegara.

Setelah UNESCO menetapkan Yogyakarta sebagai salah satu situs Warisan Dunia pada 2023, kota ini semakin dikenal sebagai pusat fermentasi budaya dan pemikiran.

Jejak kuliner dan kehidupan sehari-hari

Saat tiba di Yogyakarta, salah satu hal pertama yang menarik perhatian Mowbray adalah parkiran motor yang padat dan dipenuhi pedagang kaki lima. Ia mencicipi kuliner khas seperti gudeg, sate, bakmi goreng, hingga wedang jahe di sejumlah warung dan restoran lokal, termasuk Griya Dhahar.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Yogyakarta, New York Times, pusat alam semesta, yogyakarta, center of universe, Kenapa Yogyakarta Disebut Pusat Alam Semesta? Ini Penjelasan Ilmiahnya, Keistimewaan Yogyakarta di mata dunia, Jejak kuliner dan kehidupan sehari-hari, Eksplorasi sejarah dan budaya, Respons warganet Indonesia, Menghargai kekayaan dan identitas lokal

Menurutnya, suasana hangat di sekitar warung kecil hingga restoran sederhana menjadi bagian dari pesona khas Yogyakarta.

Eksplorasi sejarah dan budaya

Selama lebih dari dua minggu di Yogyakarta, Mowbray mengeksplorasi beragam situs budaya dan sejarah. Mulai dari Taman Sari, Kraton, Museum Sonobudoyo, hingga Candi Prambanan dan Borobudur.

Ia menilai, perpaduan pengaruh animisme, Hindu, Buddha, dan Islam mencerminkan pluralisme budaya yang kuat.

Bagi Mowbray, inilah yang membuat Yogyakarta layak disebut sebagai “pusat alam semesta”—tempat berbagai keyakinan dan nilai hidup berdampingan secara harmonis.

Tak hanya itu, kunjungannya ke pasar tradisional dan tempat ibadah bersejarah juga memperkaya pandangannya tentang kota ini.

Respons warganet Indonesia

Tulisan Mowbray memicu beragam reaksi di media sosial. Banyak warganet merasa bangga Yogyakarta mendapat julukan “Center of The Universe.”

Namun, ada pula yang mempertanyakan klaim mengenai Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia dari Yogyakarta.

Sebagai catatan, meskipun kerap dikaitkan dengan Yogyakarta, secara administratif Candi Borobudur berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Hal ini memunculkan diskusi hangat, terutama di platform X (dulu Twitter), di mana warga Magelang menegaskan bahwa candi megah itu merupakan bagian dari wilayah mereka.

Menghargai kekayaan dan identitas lokal

Yogyakarta memang memiliki daya tarik mendalam, mulai dari seni, sejarah, hingga kehidupan sehari-hari. Namun, penting diingat bahwa apresiasi atas kekayaan budaya juga harus disertai penghormatan terhadap identitas dan sejarah lokal.

Lewat catatannya, Mowbray berhasil menangkap esensi Yogyakarta. Namun, suara dan perspektif masyarakat setempat tetap menjadi bagian penting dalam memahami warisan budaya yang ada.

Mowbray berhasil menangkap esensi kota ini, namun penting juga untuk menghargai perspektif masyarakat lokal

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""