Apa yang Terjadi Jika Pilot Sakit atau Meninggal di Tengah Penerbangan?

Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang terjadi jika pilot pesawat tiba-tiba sakit atau bahkan meninggal dunia selama penerbangan? Meskipun kejadian ini terdengar menakutkan, maskapai penerbangan komersial memiliki sistem dan prosedur ketat untuk memastikan keselamatan penumpang tetap terjaga.
Insiden seperti ini memang jarang terjadi, tetapi ketika terjadi, seperti pada penerbangan Turkish Airlines dari Seattle ke Istanbul tahun lalu, di mana seorang pilot berusia 59 tahun meninggal dunia beberapa jam setelah lepas landas, prosedur darurat yang terorganisir dengan baik langsung diterapkan.
Artikel ini mengupas tuntas langkah-langkah pencegahan, prosedur penanganan, dan peran kru serta penumpang dalam situasi darurat tersebut, memberikan wawasan mendalam bagi para pelancong.
Langkah Pencegahan untuk Memastikan Pilot Fit untuk Terbang
Maskapai penerbangan menerapkan standar kesehatan yang sangat ketat untuk pilot demi mencegah insiden di udara. Sebelum setiap penerbangan, pilot wajib melakukan penilaian mandiri menggunakan pedoman yang dikenal sebagai IMSAFE Checklist, yang dikembangkan oleh Federal Aviation Administration (FAA).
Akronim IMSAFE mencakup Illness (penyakit), Medication (obat-obatan), Stress (stres), Alcohol (alkohol), Fatigue (kelelahan), dan Emotion (emosi). Jika pilot merasa tidak sepenuhnya fit dalam salah satu aspek ini, mereka diwajibkan untuk tidak terbang dan segera melapor ke dokter.
"Kami mengevaluasi 'Fitness to Fly' sebelum setiap penerbangan," ujar Adam Cohen, kapten di SkyWest Airlines, melansir Travel and Leisure, Kamis 28 Agustus 2025.
Kebijakan ini memastikan bahwa pilot yang tidak sehat tidak akan berada di kokpit.
Selain itu, setiap pilot komersial yang mengoperasikan pesawat dengan lebih dari enam penumpang harus memiliki sertifikat medis yang dikeluarkan oleh Aviation Medical Examiner resmi. Sertifikat ini, yang berlaku selama 6 hingga 12 bulan tergantung pada usia pilot, memastikan bahwa pilot dalam kondisi fisik dan mental yang prima.
Pemeriksaan kesehatan rutin mencakup evaluasi untuk mendeteksi masalah seperti obesitas berat atau penyalahgunaan zat, yang dapat mengganggu kemampuan pilot untuk bekerja secara aman.
Untuk mencegah risiko keracunan makanan yang dapat melumpuhkan seluruh awak kokpit, maskapai juga menerapkan kebijakan unik: pilot dan kopilot biasanya diberikan menu makanan yang berbeda. Langkah ini meminimalkan kemungkinan keduanya jatuh sakit secara bersamaan akibat makanan yang sama.
Prosedur Penanganan Jika Pilot Sakit di Tengah Penerbangan
Meskipun ada langkah pencegahan yang ketat, ada kalanya pilot tetap jatuh sakit selama penerbangan. Namun, situasi ini tidak serta-merta menjadi krisis. Setiap penerbangan komersial selalu dilengkapi dengan setidaknya dua pilot terlatih di kokpit.
"Jika salah satu pilot sakit atau tidak mampu bertugas, pilot lainnya sepenuhnya berkualifikasi untuk mengambil alih dan mengoperasikan pesawat dengan aman," jelas Rock Saddy, pilot dan penghubung untuk Cirrus Aviation Services.
Pada penerbangan jarak jauh, seperti rute transatlantik, sering kali ada pilot cadangan yang siap mengambil alih jika diperlukan.
Pramugari juga memainkan peran penting dalam menangani situasi darurat. Selain menjaga kenyamanan penumpang, mereka dilatih untuk memberikan bantuan medis dasar.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pesawat di Amerika Serikat yang memiliki pramugari wajib dilengkapi dengan alat defibrilator eksternal otomatis yang disetujui oleh FDA, serta kotak pertolongan pertama dan kit medis darurat yang berisi obat-obatan khusus.
Selain itu, banyak maskapai memiliki akses 24/7 ke layanan medis jarak jauh seperti MedLink, yang menghubungkan kru penerbangan dengan dokter ruang gawat darurat melalui telepon, satelit, atau radio. Jika kondisi pilot memburuk, dokter akan memandu pilot yang sehat untuk mendarat di bandara terdekat yang sesuai untuk perawatan medis.
Peran Penumpang dalam Situasi Darurat
Dalam beberapa kasus, kru penerbangan mungkin meminta bantuan dari penumpang yang memiliki latar belakang medis, seperti dokter atau perawat. Situasi ini lebih sering terjadi ketika penumpang, bukan pilot, yang membutuhkan bantuan medis.
Di Amerika Serikat, Aviation Medical Assistance Act tahun 1998 melindungi tenaga medis yang memberikan pertolongan dengan itikad baik dari tuntutan hukum selama keadaan darurat di penerbangan domestik.
Namun, perlindungan ini tidak berlaku untuk penerbangan internasional, dan tenaga medis yang berada di bawah pengaruh alkohol dapat dianggap lalai. Oleh karena itu, penting bagi penumpang dengan keahlian medis untuk memahami regulasi sebelum menawarkan bantuan.
Teknologi dan Sistem Pendukung di Pesawat
Selain sumber daya manusia, teknologi modern juga berperan besar dalam menangani insiden medis di udara. Sistem autopilot pada pesawat komersial saat ini sangat canggih, memungkinkan pesawat untuk tetap stabil meskipun hanya satu pilot yang aktif.
Namun, pilot tetap diperlukan untuk pengambilan keputusan kritis, seperti navigasi dan pendaratan. Selain itu, komunikasi dengan pengawas lalu lintas udara (ATC) memastikan bahwa pesawat dapat dialihkan ke bandara terdekat dengan cepat jika diperlukan.