Top 7+ Sindiran Menohok Agnez Mo untuk DPR, dari EQ Rendah Hingga Tanpa Empati

Gelombang unjuk rasa menolak kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPR RI sebesar Rp50 juta per bulan berbuntut ricuh dan memicu kemarahan publik. Di tengah situasi panas ini, penyanyi internasional Agnez Mo ikut bersuara lantang. Ia menyoroti pernyataan para wakil rakyat yang dinilai tidak berempati dan justru memperburuk keadaan.
Berikut tujuh poin sindiran keras Agnez Mo yang jadi sorotan:
1. EQ Rendah Jadi Pemicu Masalah
"Semuanya berawal dari EQ yang rendah, cara berbicara di depan umum yang memecah belah dan merendahkan, serta tanpa empati,” tuis Agnez di Instagram Story, dikutip Selasa 2 September 2025.
Menurut Agnez, akar persoalan bukan sekadar kenaikan tunjangan, tetapi sikap pejabat yang gagal menjaga emosi dan komunikasi publik.
2. Pejabat Publik Wajib Punya Kemampuan Bicara Layak
"Hal paling minimal yang bisa saya harapkan dari seorang anggota DPR adalah kemampuan berbicara di depan publik yang layak, yang tidak memecah belah, tapi benar-benar mencari solusi untuk semua pihak, bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri,” katanya.
3. Publik Dipaksa Menuntut Hal Dasar
"Dan, fakta bahwa kita bahkan harus menuntut sesuatu sesederhana kemampuan berbicara di depan publik saja sudah bikin geleng-geleng kepala,” tuturnya.
Agnez menyindir keras bahwa standar dasar sebagai legislator pun ternyata masih harus diperjuangkan.
4. Pernah Diremehkan Langsung oleh DPR
Agnez membagikan pengalaman pribadi:
"(But well... aku mengalaminya sendiri beberapa bulan yang lalu, ketika seorang anggota DPR yang dengan entengnya bilang kalau belum S3 (PhD), ya gak usah ngomong soal isu ini... karena mungkin menurut dia orang lain 'terlalu bodoh'?")” ungkapnya.
5. Logika DPR Dinilai Menyesatkan
Agnez menilai sikap merendahkan publik sambil menjelekkan pihak lain hanya menunjukkan kualitas rendah para pejabat.
"Logika model begitu sudah cukup menunjukkan semua yang perlu kita tahu,” imbuhnya.
6. Kepemimpinan Bukan Cuma IQ
"Kepemimpinan menuntut segalanya. Menuntut EQ, menuntut integritas, menuntut empati, visi, dan di atas segalanya: menyebarkan kasih dan perdamaian,” tuturnya.
Ia menegaskan, pemimpin sejati melayani semua rakyat, bukan hanya kelompok yang setuju dengan dirinya.
7. Seruan Persatuan untuk Rakyat
Di akhir pesannya, Agnez mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.
"Jadi izinkan saya katakan dengan jelas: jangan mau dihasut. Jangan mau dimanipulasi. Kita lebih bijak. Kita lebih kuat. Kita bukan lagi Indonesia di tahun 1998,” pungkasnya.
Ia menutup dengan seruan persatuan: "Warga jaga warga karena pada akhirnya kita adalah satu bangsa, disatukan oleh satu kebenaran: Bhineka Tunggal Ika,” tutupnya.