Kasus Deddy Yevri Sitorus Disebur Mirip Ahok, Pernyataan Dipotong dan Jadi Polemik

Namun, menurut Direktur Lembaga Kajian Nusakom Pratama, Ari Junaedi, mengatakan tingkah laku para anggota DPR tidak bisa disamaratakan, apalagi dipandang tidak sesuai dengan para konstituennya.
Ari pun menyoroti apa yang terjadi dengan anggota DPR dari PDIP, Deddy Yevri Sitorus, yang juga didesak untuk dinonaktifkan. Padahal, yang bersangkutan terkena imbas potongan video di media sosial saat membahas masalah gaji DPR.
“Harus diingat, pernyataan Deddy Yevri Sitorus di sebuah stasiun televisi swasta itu disampaikan jauh sebelum aksi-aksi unjuk rasa besar. Video pernyataan Deddy ada yang sengaja memotongnya. Mirip dengan kasus pernyataan Ahok yang dipenggal sehingga menimbulkan misinformasi di masyarakat,” ujar dia, Rabu, 3 September 2025.
Dia pun menegaskan, Deddy Yevri Sitorus tidak terlihat asyik berjoget usai pidato tahunan Presiden Prabowo di MPR beberapa waktu lalu. Tapi, ia tetap mendapat serangan masif di media sosial.
“Yang terjadi justru pernyataannya dipotong dan dikaitkan dengan konteks yang berkembang saat ini,” kata Ari.
Dirinya menyebut sosok Deddy Yevri Sitorus sangat dikenal di dapilnya karena kepeduliannya.
“Saya sering menetap di Tarakan, Tanjung Selor, dan berkeliling ke pedalaman Kalimantan Utara. Bagi masyarakat Kecamatan Lumbis dan Krayan di Kabupaten Nunukan atau Kayan hingga Bahau Ulu di Kabupaten Malinau, bantuan dan kepedulian Deddy sangat jelas dirasakan. Jika warga butuh listrik atau kesulitan tabung gas melon, Deddy sigap membantu tanpa pamrih,” katanya.
Menurut Ari, sedikit anggota DPR yang tipikal seperti Deddy Yevri Sitorus. “Pernyataannya kritis, mudah iba, dan rajin menolong orang tanpa pandang suku, agama, maupun golongan,” ujarnya.
Ari menegaskan, keberadaannya di Kaltara tidak ada hubungannya dengan kepentingan politik Deddy. “Justru terkait dengan kepentingan pemerintah daerah yang kerap berseberangan dengan Deddy Yevri Sitorus,” kata dia lagi.