Terlalu Sering Berinteraksi di Media Sosial Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Psikolog Jelaskan

Banyak orang mengira kunci tidur nyenyak hanyalah menjauh dari layar gadget sebelum tidur.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan masalahnya lebih dalam dari itu, yakni cara kita berinteraksi dengan media sosial di malam hari yang justru berperan besar dalam mengacaukan pola tidur.
"Tidur bukan sekadar perilaku individu; tidur dibentuk oleh lingkungan dan hubungan sosial kita. Dan salah satu faktor paling umum namun diremehkan yang membentuk pola tidur modern adalah bagaimana kita berinteraksi dengan media sosial sebelum tidur," kata Brian N. Chin, profesor psikologi di Trinity College, melansir Yahoo, Senin (1/9/2025).
Kurang tidur, masalah kesehatan yang terabaikan
Kurang tidur sudah lama menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
Padahal, remaja membutuhkan waktu 8-10 jam tidur setiap malam, sementara dewasa muda dianjurkan 7-9 jam.
Sayangnya, data menunjukkan sebagian besar tidak mencapainya.
Akibatnya, kurang tidur tidak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga berdampak serius pada kesehatan mental, daya ingat, emosi, hingga meningkatkan risiko penyakit kronis.
Ironisnya, di saat yang sama, media sosial menjadi bagian hampir tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari generasi muda.
Investasi emosional lebih berbahaya dari sekadar scrolling
Penelitian yang dilakukan Brian N. Chin dan timnya menunjukkan, bukan lamanya seseorang menatap layar yang paling berpengaruh pada kualitas tidur, melainkan seberapa sering mereka membuka media sosial dan seberapa besar keterlibatan emosional di dalamnya.
Dalam studi 2024 terhadap 830 dewasa muda, ditemukan bahwa frekuensi kunjungan media sosial dan ketertarikan emosional lebih kuat memprediksi kualitas tidur yang buruk dibanding total waktu layar.
Faktor seperti gairah kognitif sebelum tidur dan kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, menjadi penyebab utama gangguan tidur.
"Peningkatan aktivitas kognitif sebelum tidur dan perbandingan sosial memainkan peran kunci dalam menghubungkan keterlibatan media sosial dengan gangguan tidur, menunjukkan bahwa dampak media sosial terhadap tidur melampaui paparan layar semata," jelas Brian.
Bagaimana media sosial mengganggu tidur?
Ada beberapa cara utama interaksi dengan media sosial merusak waktu istirahat, di antaranya gairah sebelum tidur.
Konten emosional, baik yang menyenangkan maupun meresahkan, bisa membuat otak tetap terjaga dan sulit rileks. Misalnya saat terjebak doomscrolling berita atau debat panas di kolom komentar.
Lalu, perbandingan sosial. Melihat unggahan teman atau figur publik dengan kehidupan ideal sering memicu perasaan minder dan stres, yang pada akhirnya membuat sulit tidur.
Kemudian, kebiasaan mengecek. Banyak orang tanpa sadar menjadikan membuka media sosial sebagai kebiasaan otomatis sebelum tidur, bahkan setelah lampu dipadamkan.
Kebiasaan ini terbukti memperpendek durasi tidur dan menurunkan kualitasnya.
Terakhir, FOMO (fear of missing out). Ketakutan tertinggal informasi membuat orang rela menunda tidur hanya untuk terus scrolling timeline.
Penelitian menunjukkan, semakin tinggi tingkat FOMO, semakin buruk kualitas tidur yang dialami.
Brian menegaskan bahwa faktor-faktor tersebut menjadikan media sosial bukan hanya pengalih perhatian pasif, melainkan penghalang aktif bagi tidur yang nyenyak.
Cara menggunakan media sosial tanpa mengganggu tidur
Kendati demikian, bukan berarti kamu harus berhenti total menggunakan media sosial. Perubahan kecil dalam cara berinteraksi dapat membantu menjaga kualitas tidur.
Ada beberapa strategi praktis yang disarankan Brian, yakni hindari konten emosional 30-60 menit sebelum tidur agar pikiran lebih tenang.
Aktifkan mode "jangan ganggu" atau letakkan ponsel di luar kamar tidur, dan batasi kebiasaan scrolling berulang-ulang, saat tangan refleks membuka aplikasi, berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri, apakah itu benar-benar perlu.
Bagaimana pun, tidur bukan hanya tentang menutup mata, melainkan bagaimana kita mengatur lingkungan sosial dan digital di sekitar kita.
Media sosial memang penting untuk tetap terhubung, tapi tidur yang cukup jauh lebih penting untuk kesehatan jangka panjang.
Dengan mengatur cara kita berinteraksi di malam hari, tidur nyenyak bisa kembali menjadi prioritas tanpa harus kehilangan manfaat dari dunia digital.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.