Abigail Limuria: Tuntutan 17+8 Jadi Edukasi Politik Besar bagi Rakyat Indonesia

DPR RI, bijak memilih, aksi protes mahasiswa, Tuntutan 17 8, Kolektif 17 8, abigail limuria, kesadaran politik rakyat, janji politik DPR, edukasi politik Indonesia, kesadaran politik Indonesia, what is up indonesia, Abigail Limuria: Tuntutan 17+8 Jadi Edukasi Politik Besar bagi Rakyat Indonesia

Nama Abigail Limuria kembali menjadi sorotan publik setelah menyampaikan pandangan tegas terkait gerakan tuntutan 17+8.

Menurutnya, meski aksi massa di jalanan mulai mereda, semangat dan tuntutan rakyat tidak akan hilang.

Perwakilan kolektif 17+8 ini menegaskan, momen perjuangan ini bukan hanya menjadi titik balik bagi pemerintah untuk segera berbenah, tetapi juga menjadi edukasi politik penting bagi masyarakat Indonesia.

Tuntutan 17+8 dan kesadaran politik rakyat

Abigail menyebut, gerakan ini telah mendorong kesadaran politik rakyat Indonesia semakin meningkat.

Banyak warga kini lebih memahami proses demokrasi, hak-hak mereka, serta pentingnya menyuarakan aspirasi.

“Walaupun mungkin 17+8 tidak semua dijalankan, ada satu yang sudah pasti, yaitu momen ini menjadi edukasi politik luar biasa. Sudah banyak warga yang lebih aware, lebih paham demokrasi, dan tidak mau diam lagi,” kata Abigail, dikutip YouTube KompasTV, Kamis (4/9/2025).

Dia juga menyampaikan duka mendalam bagi para korban yang ditangkap, dikriminalisasi, mengalami luka, hingga trauma akibat aksi protes.

“Satu korban saja sudah terlalu banyak,” ujar aktivis kelahiran 10 November 1994 itu.

Kronologi penyampaian tuntutan ke DPR

DPR RI, bijak memilih, aksi protes mahasiswa, Tuntutan 17 8, Kolektif 17 8, abigail limuria, kesadaran politik rakyat, janji politik DPR, edukasi politik Indonesia, kesadaran politik Indonesia, what is up indonesia, Abigail Limuria: Tuntutan 17+8 Jadi Edukasi Politik Besar bagi Rakyat Indonesia

Kolektif 17+8 Indonesia Berbenah, yang terdiri dari masyarakat sipil, influencer, musisi, dan komunitas mendatangi Gerbang Pancasila Kompleks DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (4/9/2025). Mereka adalah Jerhemy Owen, Jerome Polin, Abigail Limuria, Andovi da Lopez, Andhyta F. Utami (Afu), Fathia Izzati, Jovial da Lopez, hingga Ferry Irwandi.

Abigail menjelaskan kronologi penyampaian tuntutan 17+8 kepada DPR dilakukan secara berlapis melalui berbagai jalur:
  • Senin (1/9/2025): tuntutan terbuka disampaikan lewat media sosial dan mendapat respon luas publik.
  • Selasa (2/9/2025): tim perwakilan menghubungi pimpinan DPR dan partai politik lewat jalur informal, termasuk melalui pesan WhatsApp.
  • Rabu (3/9/2025): surat resmi dikirim melalui email ke seluruh 580 anggota DPR serta pimpinan DPR.

Puncaknya, perwakilan mahasiswa bertemu dengan pimpinan DPR.

Wakil Ketua DPR kemudian merespon tuntutan tersebut melalui unggahan di media sosial pada malam harinya.

Desakan untuk bukti konkret

Meski ada respon dari DPR, Abigail menegaskan masyarakat tidak puas dengan sekadar janji politik.

“Kami belum puas dengan kata-kata akan, dengan rencana, dengan janji. Kami ingin bukti konkret dan progres nyata. Tuntutan rakyat harus dikerjakan, dan hasilnya perlu disampaikan dengan transparan,” kata pendiri What Is Up Indonesia (WIUI) dan Bijak Memilih itu.

Menurutnya, sudah saatnya rakyat Indonesia mendapatkan pemerintah yang benar-benar layak mewakili mereka.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.