Jejak Arca Ganesha Kediri dari Hilang Hingga Ditemukan Lagi

Fragmen kepala arca Ganesha koleksi Museum Bhagawanta Bhari, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang sempat hilang akibat kerusuhan, akhirnya ditemukan. Benda arkeologis bernilai tinggi itu sebelumnya raib saat museum dirusak massa pada Sabtu (30/8/2025).
Setelah lima hari dinyatakan hilang, fragmen kepala arca Ganesha ditemukan oleh dua siswa SMKN 1 Ngasem, Salman Al Farizzi dan Ahmad Rifqi, di area persawahan tebu dekat sekolah mereka pada Kamis (4/9/2025).
“Awalnya saya kira hanya batu biasa karena bentuknya tidak utuh. Tapi setelah saya lihat lebih dekat, ternyata ada ukiran seperti wajah arca,” kata Salman, Jumat (5/9/2025).
Salman menuturkan, ia menemukan batu bercorak unik itu saat hendak memarkir motor sekitar pukul 05.45 WIB. Lokasi parkir berada di luar area sekolah, tepat di pinggir sawah tebu. Setelah sempat mengabaikan, Salman bersama Rifqi kembali mengecek sepulang sekolah.
“Kami penasaran. Setelah dicek lagi, ternyata mirip kepala arca Ganesha yang dicari Pemkab Kediri. Akhirnya kami putuskan untuk menyerahkannya,” ujarnya.
Fragmen tersebut kemudian dibawa ke kantor Pemkab Kediri dengan bantuan ibu Rifqi yang bekerja sebagai staf di sana.
Dikonfirmasi Pemerintah Daerah
Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri, Mustika Prayitno Adi, membenarkan penemuan tersebut.
“Anak-anak ini luar biasa. Awalnya dikira batu biasa, tapi setelah yakin mereka langsung menyerahkan ke Pemkab. Dan ternyata itu benar kepala Ganesha yang selama ini kita cari,” kata Mustika.
Menurutnya, kondisi fragmen kepala arca Ganesha tersebut masih utuh dan tidak mengalami kerusakan. Saat ini, benda bersejarah itu dipindahkan ke safe house untuk alasan keamanan.
“Untuk kondisinya baik, tidak ada kerusakan, dan itu fragmen asli kepala Ganesha,” tegas Mustika.
Ia menambahkan, jarak lokasi penemuan dengan Museum Bhagawanta Bhari sekitar tiga kilometer.
Harapan Pembangunan Museum Baru
Petugas menginventarisir koleksi museum Bhagawanta Bhari Kabupaten Kediri, Jawa Timur, usai menjadi korban amukan massa, Minggu (31/8/2025).
Menurut Mustika, fragmen kepala arca Ganesha tidak dapat dinilai dengan uang karena nilainya murni historis dan arkeologis. Ia menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya.“Kalau ditanya harganya, memang tidak bisa dinilai dengan uang. Nilainya sangat tinggi sebagai benda purbakala yang harus kita rawat bersama,” ungkap Mustika.
Ia berharap ke depan Kediri memiliki museum representatif untuk menampung koleksi sejarah. Saat ini, Kediri memiliki lebih dari 200 koleksi benda bersejarah, tetapi belum semuanya tertata rapi.
“Rencananya akan dibuat museum baru di dekat Petilasan Sri Aji Jayabaya Menang Pagu. Dengan begitu, bisa jadi sarana edukasi sejarah bagi anak-anak,” katanya.
Mustika juga mengapresiasi sikap jujur Salman dan Rifqi yang telah mengembalikan temuan tersebut.
“Semoga ini jadi contoh bahwa menjaga warisan budaya itu tanggung jawab bersama. Apa yang dilakukan anak-anak ini adalah teladan bagi masyarakat,” pungkasnya.
Nilai Historis Arca Ganesha
Kepala Bidang Sejarah dan Purbakala Disparbud Kediri, Eko Priyatno, menyebut keberadaan fragmen arca Ganesha memiliki nilai historis yang sangat penting.
“Bagi orang awam, bentuknya memang tidak utuh sehingga tampak tidak bernilai. Tetapi fragmen arca Ganesha ini adalah kunci utama karena berkonteks dengan Situs Babadan,” kata Eko, Rabu (3/9/2025).
Situs Babadan terletak di Desa Sumbercangkring, Kecamatan Gurah, dan diduga merupakan peninggalan era Kerajaan Kediri Kuno abad ke-11 Masehi. Lokasinya berada di selatan Situs Tondowongso, sehingga diperkirakan masih memiliki keterkaitan historis.
Ekskavasi di Situs Babadan pertama kali dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB, kini BPK) pada tahun 2009, setahun setelah penemuan Situs Tondowongso.
Sejumlah artefak berhasil ditemukan, tetapi fungsi dan orientasi situs saat itu belum terungkap jelas.
“Fragmen arca Ganesha inilah yang kemudian memperkuat dugaan para arkeolog bahwa Situs Babadan berorientasi pada agama Hindu. Karena itu, artefak ini menjadi kunci historis maupun arkeologis,” ujar Eko yang juga arkeolog.
Eko juga meluruskan kabar yang beredar saat ini yang menyebut bahwa fragmen Arca Ganesha yang hilang tersebut merupakan arca yang menjadi landasan simbol atau logo Pemerintah Kabupaten Kediri.
“Bukan. Fragmen yang hilang bukan yang dipakai logo Kabupaten Kediri,” Eko menepis informasi yang beredar.
Menurut Eko, dari sisi masa, logo dan simbol Pemkab Kediri sudah ada jauh sebelum fragmen arca Ganesha itu ditemukan, yakni di tahun 50-an sedangkan penemuan fragmen tahun 2009.
Selain itu, dari sisi bentuk juga berbeda. Selama ini, menurut Eko, bentuk arca Ganesha cukup beragam, yakni ada arca Ganesha dengan posisi duduk ada juga arca Ganesha yang dalam posisi berdiri.
“Logo Pemkab Kediri itu mengambil inspirasi dari standing Ganesha sedangkan umumnya arca yang ditemukan dan beredar di Jawa Timur adalah arca Ganesha posisi duduk.” pungkasnya.
Selain fragmen kepala arca Ganesha, hingga kini masih ada sejumlah koleksi museum yang hilang, termasuk tiga kain prototipe wastra batik. Disparbud Kediri bersama aparat keamanan masih melakukan pencarian terhadap benda-benda tersebut.
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul dan TribunJatim.com dengan judul "Arca Kepala Ganesha yang Dijarah Saat Kerusuhan Kediri Akhirnya Dikembalikan, Harganya Tak Ternilai"
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.