Kiat Membentuk Keterampilan Sosial Anak

Pentingnya keterampilan sosial bagi anak-anak sangat jelas. Tanpa keterampilan ini, anak dapat kesulitan dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
Oleh karena itu, pola asuh yang baik dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang efektif dan positif.
Menurut Bowlby (1969), hubungan yang stabil dengan orangtua membantu anak-anak mengembangkan kepercayaan diri dan keterampilan sosial, yang penting untuk berinteraksi dengan orang lain.
Komunikasi yang positif dan stimulasi kognitif dari orangtua memberikan pengetahuan sosial yang memperkaya pengalaman anak dalam berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik mampu berbicara dengan sopan, berbagi dengan teman, serta mengucapkan kata-kata seperti “terima kasih” dan “maaf” dalam situasi yang tepat.
Pola asuh otoritatif, yang disebut juga pola asuh “hangat tapi tegas”, mendorong anak untuk mengembangkan keterampilan sosial yang baik. Pola asuh ini mendorong komunikasi dua arah, mendukung inisiatif anak, dan memberi kontrol yang wajar sesuai usia dan tahap perkembangan anak.
Pola asuh ini juga memperkenalkan batasan yang jelas, tapi masih bisa dibicarakan, sehingga anak merasa didengarkan dan dihargai. Hal ini penting untuk mengasah kemampuan problem solving pada anak, yang merupakan bagian dari keterampilan sosial mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen, Dong, & Zhou (1997) menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua otoriter.
Pola asuh otoritatif menjadi prediktor bagi sifat altruisme, kemampuan berkomunikasi dengan baik, dan kemampuan berempati, yang semuanya penting untuk hubungan sosial yang sehat.
Orangtua yang mengajarkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, keadilan, dan empati kepada anak dapat membantu mereka memahami perasaan orang lain dan membangun hubungan yang positif dalam kelompok sosial mereka.
Bartholomeu et al. (2016) mengungkapkan bahwa pendidikan moral yang diberikan orangtua dapat memperkuat kemampuan sosial anak, terutama ketika dikombinasikan dengan pengasuhan yang suportif dan pemantauan positif.
Selain pendidikan moral, pemantauan positif dari orangtua sangat penting. Pemantauan positif bukan hanya sekadar pengawasan, tetapi perhatian emosional dan kasih sayang yang konsisten.
Orangtua yang hadir secara emosional dalam kehidupan anak memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan anak, baik dalam situasi sulit maupun dalam perkembangan sosial mereka.
Misalnya, pola asuh otoriter yang hanya fokus pada aturan yang ketat tanpa memberikan dukungan emosional, atau pola asuh permisif yang membiarkan anak tanpa batasan jelas, dapat menghambat pembentukan keterampilan sosial anak.
Pola asuh yang paling berisiko adalah pola asuh lepas tangan atau neglectful, di mana orangtua tidak terlibat secara emosional maupun pengawasan dalam kehidupan anak.
Anak-anak yang merasa diabaikan cenderung mencari perhatian melalui perilaku negatif, seperti kenakalan atau pergaulan bebas. Mereka juga lebih rentan mengalami kegagalan akademik akibat kurangnya arahan dan dukungan.
Peran orangtua tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan fisik anak, tetapi juga mencakup pembentukan karakter, nilai moral, dan dukungan emosional yang konsisten.
Dengan pola asuh yang tepat, anak dapat tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental, sosial, dan emosional serta mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.