Fenomena Diler Otomotif Tutup, Apa Penyebabnya?

industri otomotif, Daya Beli Melemah, Industri otomotif, mobil listrik, diler tutup, daya beli melemah, Fenomena Diler Otomotif Tutup, Apa Penyebabnya?

Sejumlah diler kendaraan roda empat dari merek-merek besar seperti Honda, Mitsubishi, Daihatsu, hingga Hyundai, dikabarkan tutup atau beralih ke merek lain dalam beberapa waktu terakhir.

Fenomena ini muncul di tengah melemahnya pasar otomotif nasional serta ketatnya persaingan industri, khususnya pasca-ekspansi merek asal China yang mengusung strategi harga agresif dan produk yang relevan dengan selera pasar lokal.

Akibatnya, banyak mitra diler terpaksa mengevaluasi ulang kelangsungan bisnis mereka agar tetap bertahan.

industri otomotif, Daya Beli Melemah, Industri otomotif, mobil listrik, diler tutup, daya beli melemah, Fenomena Diler Otomotif Tutup, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi penjualan mobil.

Marketing and Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO), Tri Mulyono, tidak menampik bahwa tahun ini industri otomotif menghadapi tantangan besar.

Namun, ia memastikan seluruh jaringan diler masih beroperasi normal. “Menanggapi isu yang disampaikan, bersama ini saya luruskan bahwa hingga kini tidak ada diler Daihatsu yang menutup operasionalnya. Diler Daihatsu masih beroperasi seperti biasa," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (14/6/2025).

“Kita memasuki tahun 2025 dengan tantangan yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan tarif PPN jadi 12 persen, daya beli menurun, hingga berkurangnya dukungan dari lembaga pembiayaan akibat tren kredit macet (NPL) yang meningkat,” lanjutnya.

Sementara itu, hingga berita ditayangkan, pihak Honda, Mitsubishi, dan Hyundai enggan untuk memberikan tanggapannya terkait kabar penutupan atau peralihan merek diler.

Penjualan Tertekan, Daya Beli Melemah

Tekanan terhadap sektor otomotif nasional tecermin dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Pada Mei 2025, distribusi kendaraan dari pabrik ke diler (wholesales) hanya mencapai 60.613 unit, turun 15,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (71.391 unit).

Penjualan ritel juga menurun dari 72.246 unit menjadi 61.339 unit.

Secara kumulatif, sepanjang Januari–Mei 2025, wholesales turun 5,5 persen menjadi 316.981 unit, sementara penjualan ritel anjlok 9,2 persen menjadi 328.852 unit.

Salah satu penyebab utama adalah perlambatan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2025 hanya mencapai 4,87 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan 5,11 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. “Daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih, dan pertumbuhan ekonomi juga belum terlalu menggembirakan. Namun, proyeksi Gaikindo masih tetap optimistis, sambil terus memantau angka penjualan beberapa bulan ke depan,” ujar Ketua I Gaikindo, Yongkie Sugiarto.

Peneliti Senior LPEM UI, Riyanto, menilai beban fiskal yang tinggi memperparah tekanan tersebut. “Daya beli kita masih sangat berat. Jarak antara harga mobil dan pendapatan per kapita masih terlalu jauh, sehingga banyak konsumen yang akhirnya beralih ke mobil bekas,” ujarnya kepada Kompas.com.

“Industri otomotif kini seperti tertimpa tangga. Beban meningkat karena opsen dan kenaikan PPN, sementara daya beli turun. Tanpa kebijakan radikal seperti insentif PPnBM saat pandemi 2021 lalu, saya rasa akan sulit mendorong pertumbuhan dalam waktu dekat,” tambahnya.

Pergeseran ke Mobil Listrik

Di sisi lain, tekanan pasar juga memicu pergeseran arah strategi industri ke kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sebagai solusi jangka panjang.

Data Gaikindo menunjukkan pada lima bulan pertama 2025, total kendaraan listrik (EV) yang didistribusikan mencapai 53.650 unit.

industri otomotif, Daya Beli Melemah, Industri otomotif, mobil listrik, diler tutup, daya beli melemah, Fenomena Diler Otomotif Tutup, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi mobil listrik.

Dari jumlah itu, Battery Electric Vehicle (BEV) mendominasi dengan 30.327 unit, melampaui Hybrid Electric Vehicle (HEV) sebanyak 22.819 unit.

Ini merupakan pertama kalinya segmen BEV melampaui HEV yang diklaim sebagai produk transisi paling tepat di pasar.

Sebagai pembanding, tahun lalu (Januari-Desember 2024) HEV mencatatkan penjualan sebanyak 59.903 unit, sementara BEV terhenti pada angka 43.188 unit.

Pertumbuhan ini menandakan bahwa selera pasar mulai bergeser dari HEV ke BEV sebagai pilihan utama dalam era elektrifikasi.

Kini, kontribusi EV terhadap total pasar otomotif nasional mencapai 11 persen, meningkat dari posisi sebelumnya yang hanya di kisaran 5–8 persen.

Menurut pengamat otomotif dari ITB, Yannes Martinus Pasaribu, pergeseran ini mencerminkan perubahan perilaku pasar. “Pasar otomotif Indonesia sedang mengalami pergeseran signifikan. Konsumen dari kelas menengah selaku segmen terbesar pasar mobil masih tertekan daya belinya. Sementara generasi milenial dan Gen Z yang mulai menjadi pasar utama, jauh lebih kritis dalam menilai desain, fitur, dan harga kendaraan,” kata Yannes.

industri otomotif, Daya Beli Melemah, Industri otomotif, mobil listrik, diler tutup, daya beli melemah, Fenomena Diler Otomotif Tutup, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi mobil listrik. Pemerintah kembali menerapkan insentif pajak yang ditanggung pemerintah untuk pembelian kendaraan listrik (electric vehicle/EV) pada tahun 2025. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 12 Tahun 2025 yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang ditanggung pemerintah untuk kendaraan listrik tertentu.

Oleh karenanya, produsen Jepang dan Korea saat ini berada di persimpangan strategis di mana mereka tengah menghadapi intensifikasi persaingan akibat ekspansi merek-merek China yang menawarkan harga kompetitif dan portofolio elektrifikasi menarik. "Tapi di sisi lain, perlambatan pertumbuhan pasar domestik akibat inflasi tinggi, kenaikan PPN, dan akses kredit yang ketat juga telah membatasi ruang gerak investasi jangka panjang,” jelas Yannes.

Riyanto menambahkan bahwa peralihan diler ke merek-merek baru merupakan bentuk adaptasi alami dari dinamika pasar. “Orang mulai melirik ke teknologi listrik. Mobil kedua atau ketiga yang dulu kalau mereka mau ganti atau menambah, itu ke ICE (internal combustion engine). Sekarang kan mereka sudah punya pilihan mobil listrik. Jadi ya bagian dari itu lah,” ungkapnya.

“Mengecilnya pasar kita mau tidak mau membuat sebagian pelaku yang berharap pada pemain lama (bermain di ICE) akhirnya bergeser. Saya kira ini bagian dari pergeseran pasar itu sendiri," tambahnya.

Langkah Strategis dan Dorongan Kebijakan

Sejumlah pelaku industri juga menunjukkan langkah konkret menghadapi perubahan ini.

Indomobil Group, misalnya, telah membangun pabrik EV di Purwakarta melalui kerja sama dengan GAC Aion, dengan nilai investasi Rp 1 triliun.

Direktur PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS), Andrew Nasuri, menyampaikan bahwa perusahaan siap menjawab arah baru pasar otomotif Indonesia. “Semuanya kembali ke permintaan pasar, dan saat ini pasar semakin kompetitif. Kami di Indomobil berusaha menjawab tantangan tersebut,” ujarnya.

Namun, upaya industri saja tak cukup.

industri otomotif, Daya Beli Melemah, Industri otomotif, mobil listrik, diler tutup, daya beli melemah, Fenomena Diler Otomotif Tutup, Apa Penyebabnya?

Pabrik GAC Aion

Riyanto menegaskan bahwa dukungan kebijakan fiskal dari pemerintah memegang peranan penting dalam menggerakkan pasar. “Kalau pemerintah serius ingin mendorong industri otomotif, perlu ada kebijakan radikal seperti pengurangan PPN atau PPnBM. Saat ini total beban pajak bisa mencapai 42 persen dari harga mobil," katanya.

"Pajak daerah seperti BBNKB memang di luar kendali pusat, tetapi PPN (12 persen) dan PPnBM (15 persen) itu bisa diatur. Kalau tidak ada policy yang radikal, seperti sewaktu masa Covid-19 dulu yang dapat melejitkan penjualan, akan cukup sulit saya rasa,” ucap Riyanto.

Outro

Meskipun tekanan ekonomi dan persaingan pasar semakin intens, industri otomotif nasional menunjukkan kemampuan adaptasinya.

Pergeseran konsumen ke kendaraan listrik dan kemunculan merek-merek baru menandai dinamika pasar yang terus bergerak.

Di tengah tantangan, muncul pula peluang bagi pelaku industri untuk merespons perubahan, dan bagi pemerintah untuk hadir melalui kebijakan strategis.

Apabila keduanya dapat berjalan beriringan, kondisi ini bukan akhir melainkan awal dari fase pertumbuhan yang berkelanjutan.

industri otomotif, Daya Beli Melemah, Industri otomotif, mobil listrik, diler tutup, daya beli melemah, Fenomena Diler Otomotif Tutup, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi penjualan mobil