Tagih Janji, Jepang Minta AS Turunkan Tarif Impor Mobil

Pemerintah Jepang mendesak Amerika Serikat (AS) segera melaksanakan pemotongan tarif impor mobil dan suku cadang yang telah disepakati sebelumnya, mengakhiri praktik penumpukan tarif universal kepada negeri Sakura.
Hal ini disampaikan negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, usai bertemu dengan sejumlah pejabat AS di Washington sebagaimana dikutip Reuters pada Kamis (7/8/2025).
Konfirmasi ini memberikan sedikit kejelasan di tengah ketidakpastian seputar implementasi kesepakatan dagang yang dicapai kedua negara pada bulan lalu.
ilustrasi industri mobil atau otomotif Jepang.
Akazawa menyatakan bahwa pihak AS menyampaikan penyesalan karena tarif stacking diterapkan meskipun telah ada kesepakatan lisan sebelumnya. Washington juga disebut berkomitmen untuk mengembalikan kelebihan pembayaran tarif yang telah dipungut.
Kendati demikian, belum ada batas waktu resmi yang disepakati terkait pelaksanaan pengembalian tarif maupun pemangkasan tarif mobil.
Jepang sebelumnya dikenai tarif universal sebagai bagian dari kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Meski besaran tarif tambahan relatif kecil, penerapannya memicu kebingungan dan kembali memunculkan kritik terhadap Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang kini berada di bawah tekanan menyusul hasil buruk dalam pemilu.
Akazawa mengatakan bahwa AS telah sepakat untuk merevisi perintah eksekutif terkait tarif universal dan akan mengeluarkan perintah baru untuk memangkas tarif mobil dan suku cadang asal Jepang.
“Kami akan terus mendesak pihak AS melalui berbagai jalur agar langkah ini segera terealisasi,” ujarnya.
Ia belum dapat memastikan kapan revisi perintah eksekutif akan diterbitkan, namun menilai bahwa proses tersebut tidak akan berlangsung selama enam bulan atau lebih.
Dalam skema stacking, tarif tambahan sebesar 15 persen dikenakan di atas tarif yang telah berlaku sebelumnya untuk produk Jepang.
Jika Jepang dikecualikan dari skema ini, tarif tambahan hanya dikenakan pada produk dengan tarif awal di bawah 15 persen, sementara produk dengan tarif lebih tinggi tidak lagi dikenai beban tambahan.
Hal yang menjadi perhatian utama Jepang adalah tarif gabungan sebesar 27,5 persen terhadap kendaraan bermotor. Angka ini berasal dari akumulasi tarif lama sebesar 2,5 persen dan tarif baru 25 persen yang diberlakukan sejak era Trump.
Tarif tersebut dinilai memberikan dampak signifikan bagi industri otomotif Jepang.
“Setiap hari perusahaan-perusahaan Jepang menanggung kerugian yang sangat besar. Beberapa bahkan mencapai 100 juta yen per jam,” kata Akazawa, tanpa menyebutkan nama perusahaan secara spesifik.
Ketidakpastian waktu pelaksanaan pemangkasan tarif disebut menyulitkan perusahaan dalam menyusun strategi bisnis ke depan.
Sektor otomotif merupakan salah satu tulang punggung ekonomi Jepang, menyerap sekitar 8 persen tenaga kerja nasional, dan menjadi indikator penting dalam pertumbuhan upah serta kebijakan moneter Bank Sentral Jepang.
Dampak dari kebijakan tarif ini juga tercermin dalam proyeksi keuangan produsen otomotif besar Jepang.
Toyota Motor Corp baru-baru ini memangkas target laba operasional untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2026, dari 3,8 triliun yen menjadi 3,2 triliun yen.
Sebaliknya, Honda Motor Co. menaikkan proyeksi laba tahunan dari 500 miliar yen menjadi 700 miliar yen (sekitar 4,7 miliar dolar AS), dengan mempertimbangkan potensi penerapan tarif 15 persen untuk produk Jepang di AS.
Pabrik Toyota yang ada di wilayah Durban, Afrika Selatan.
Akazawa menyebut persoalan tarif stacking sebagai “kesalahan administratif” dalam proses pelaksanaan kesepakatan dagang. Ia juga menegaskan bahwa Jepang dan AS tetap berada pada posisi yang sejalan.
Meski demikian, Akazawa belum dapat memastikan kapan pemangkasan tarif secara keseluruhan akan berlaku.
“Sejauh yang saya pahami, pihak AS akan menangani hal ini secara wajar. Karena itu kami menyebut pemangkasan tarif akan dilakukan ‘pada waktunya’,” ujarnya.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!