Bos Toyota Berani Sebut EV Tak Selalu Bersih, Ada Sisi Gelap yang Jarang Dibahas!
Bos Toyota mengungkap bahwa EV tak selalu bersih, ada sisi gelap yang jarang dibahas dalam industri otomotif.

Perdebatan tentang mobil listrik kembali menghangat setelah pernyataan kontroversial dari Akio Toyoda, Chairman Toyota Motor Corporation. Ia menyebut bahwa mobil listrik tidak selalu ramah lingkungan dan bisa meningkatkan emisi karbon. Toyoda berpendapat, "Jika kami memproduksi 9 juta BEV di Jepang, justru akan meningkatkan emisi karbon, bukan menguranginya." Pernyataan ini memicu diskusi di kalangan penggiat otomotif dan lingkungan.
Fokus utama Toyoda adalah pengurangan emisi karbon yang nyata, bukan sekadar beralih ke kendaraan listrik (EV). Ia menekankan bahwa produksi dan penggunaan EV di negara yang masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga fosil, seperti Jepang, dapat memperburuk masalah emisi karbon. Hal ini menjadi sorotan penting di tengah tren elektrifikasi kendaraan yang semakin berkembang.
Dalam wawancara yang dikutip dari media otomotif internasional, Carscoops, Toyoda mengusulkan pendekatan multi-jalur untuk mencapai target netral karbon. Pendekatan ini mencakup mobil hybrid, plug-in hybrid, mobil hidrogen, dan mesin pembakaran dengan bahan bakar sintetis. Ia menegaskan bahwa Toyota telah menjual sekitar 27 juta kendaraan hybrid, yang dampak pengurangan karbonnya setara dengan 9 juta EV.
Pandangan Berbeda dari Penelitian
Pernyataan Toyoda tidak lepas dari kritik, terutama dari berbagai studi ilmiah yang menunjukkan bahwa mobil listrik justru lebih ramah lingkungan. Sebuah studi dari Universitas Tsinghua pada 2022 menemukan bahwa mobil listrik menghasilkan 20-30% lebih sedikit emisi karbon dibandingkan mobil bensin di Tiongkok, meskipun negara tersebut masih bergantung pada batu bara.
Data dari CATARC (China Automotive Technology & Research Center) menunjukkan bahwa EV ukuran ringkas hanya menghasilkan sekitar 118 gram CO₂ per kilometer, sementara mobil konvensional setara menghasilkan 163 gram. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada ketergantungan pada energi fosil, mobil listrik tetap lebih efisien dalam hal emisi karbon.
Studi global lainnya yang dimuat di jurnal ilmiah Nature pada 2022 mencatat bahwa EV merupakan moda transportasi dengan emisi terendah di lebih dari 95% wilayah dunia. Ini menunjukkan bahwa transisi ke kendaraan listrik dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Konteks Siklus Hidup Kendaraan
Studi dari Argonne National Laboratory menjelaskan bahwa meskipun produksi awal mobil listrik menghasilkan emisi lebih tinggi, kendaraan ini akan "menebus" jejak karbonnya dalam 31-45 ribu kilometer. Setelah itu, emisi selama sisa masa pakainya jauh lebih rendah dibandingkan kendaraan bermesin pembakaran dalam (ICE).
Data dari MIT dan Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) menunjukkan bahwa efisiensi emisi EV tetap lebih unggul dibandingkan mobil konvensional, bahkan di negara-negara yang masih mengandalkan energi fosil. Ini menunjukkan bahwa kendaraan listrik memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi karbon secara keseluruhan.
Perspektif Industri dan Ilmu Pengetahuan
Pernyataan Toyoda bukanlah yang pertama kali memicu debat mengenai arah elektrifikasi kendaraan. Toyota dikenal lambat dalam menyambut tren BEV dibandingkan kompetitornya. Namun, melalui strategi multi-pathway, perusahaan ini tetap percaya bahwa transisi menuju netral karbon tidak harus mengandalkan satu teknologi saja.
Sementara itu, semakin banyak studi ilmiah yang mendorong penggunaan kendaraan listrik sepenuhnya, dengan catatan infrastruktur energi bersih juga dibangun sejalan. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk mempertimbangkan berbagai faktor dalam transisi energi.