Fenomena Latte Dad di Swedia, Manfaat Cuti Orangtua Berbayar 480 Hari

Fenomena latte dad tak hanya soal para ayah di Swedia yang bersantai minum kopi sembari membawa serta anak-anak mereka atau mengikuti kursus parenting.
Latte dad menekankan pentingnya program cuti orangtua berbayar (paid parental leave), termasuk cuti ayah, yang panjang dan fleksibel.
laki dengan kereta bayi telah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi sejak cuti bersama orangtua pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974," ucap jurnalis Richard Orange, dikutip dari Business Insider dan The Guardian, Jumat (20/6/2025).
Para ayah yang dijuluki latte dad biasanya mendorong stroller atau membawa "gendongan" bayi. Usianya pun rata-rata masih muda, bahkan masih ada yang baru jadi ayah.
Salah seorang latte dad, Johan mengaku menyukai istilah tersebut. Ia merasa senang karena bisa menghabiskan waktu bersama putranya yang berusia lima tahun, bahkan ia masih punya sisa cuti orangtua yang bisa dipakai.
"Ini adalah sesuatu yang istimewa, berada di rumah bersamanya sejak awal, pastinya," ucap Johan, dikutip dari Today.
Cuti orangtua di Swedia bisa 480 hari
Fenomena latte dad di Swedia bukan sekadar gaya hidup, tapi pentingnya cuti orangtua berbayar sebanyak 480 hari.
Sejak tahun 1974, Swedia disebut sebagai negara pertama yang mengganti cuti persalinan spesifik gender dengan cuti orangtua. Kesetaraan gender pun diperhatikan di negara ini.
Hal tersebut memungkinkan orangtua untuk menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak mereka, sembari tetap mengejar karir.
"Asuransi orangtua di Swedia memberikan hak kepada orangtua untuk mendapatkan cuti orangtua berbayar selama 480 hari saat seorang anak lahir atau diadopsi. Setiap orang tua - jika mereka berdua - berhak atas 240 hari tersebut," bunyi keterangan dari laman resmi Pemerintah Swedia.
Adapun 480 hari setara dengan satu tahun tiga bulan 25 hari.
Jika ada anak lahir pada tahun 2016 atau setelahnya, setiap orangtua memiliki 90 hari yang disediakan khusus untuknya.
Tak hanya itu, orangtua juga dapat memilih untuk mengalihkan cuti orangtua mereka hingga 45 hari kepada kakek, nenek, atau teman keluarga.
Secara statistik, rata-rata para ayah di Swedia mengambil sekitar 30 persen dari seluruh cuti orang tua berbayar.
Manfaat cuti orangtua di Swedia
Fenomena latte dad di Swedia bukan sekadar gaya hidup, tapi pentingnya cuti orangtua berbayar sebanyak 480 hari.
Istri Johan, Chana, merasakan banyak manfaat dari cuti orangtua di Swedia.
Chana menuturkan, biasanya para ibu mengalami kesulitan selepas melahirkan, sedangkan para ayah masih bisa bekerja dan mengembangkan diri.
"Di Swedia, Anda bisa menjadi ibu yang ambisius dan seorang CEO dan menyusui selama 14 bulan, dan hal itu tidak akan menghambat Anda karena para ayah di sini juga ada di rumah," ucap Chana.
Kendati demikian, bukan berarti program cuti ini tidak ada kekurangan.
"(Program) ini tidak sempurna. Masih sulit bagi para perempuan, tapi di sini tidak terlalu buruk," ucapnya.
Bagaimana dengan cuti ayah di Indonesia?
Fenomena latte dad di Swedia bukan sekadar gaya hidup, tapi pentingnya cuti orangtua berbayar sebanyak 480 hari.
Di Indonesia, terdapat cuti ayah atau cuti pendampingan istri. Hal itu diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak pada Fase Seribu Hari Pertama Kehidupan (UU KIA)
Dalam UU KIA, suami berhak memperoleh hak cuti pendampingan istri pada masa persalinan selama dua hari, serta dapat diberikan paling lama tiga hari berikutnya atau diperpanjang sesuai kesepakatan.
Jika istri mengalami keguguran, para suami juga memperoleh hak cuti pendampingan istri selama dua hari.
"Cuti ayah memang disesuaikan dengan kebutuhan. Karena waktu kita membahas RUU (Rancangan Undang-Undang) ini juga banyak dokter-dokter yang menyatakan bahwa kalau lahir normal itu, sebetulnya sehari saja sudah bisa pulang," jelas Ketua Panja Pemerintah untuk UU KIA, Lenny Nurhayati Rosalin, dilaporkan , Rabu (12/6/2024).
Sementara itu, para ibu yang bekerja berhak memperoleh cuti melahirkan paling singkat tiga bulan pertama, serta paling lama tiga bulan berikutnya jika terdapat kondisi khusus yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
Selain itu, ada pula waktu istirahat 1,5 bulan atau sesuai surat keterangan dokter, dokter kebidanan dan kandungan, atau bidan jika mengalami keguguran.