Mengapa Pebalap MotoGP Kerap Pakai Plester di Hidung?

Jika diperhatikan, ada pebalap MotoGP yang memakai plester atau seperti selotip yang menempel di bagian hidung.
Meski sekilas terlihat seperti perban atau alat medis untuk menutup luka, nyatanya benda tersebut memiliki fungsi yang sangat berbeda.
Plester atau setrip tersebut adalah nasal dilator, yaitu alat bantu pernapasan berbentuk plester yang digunakan untuk memperlebar lubang hidung dari luar.
Marco Bezzecchi saat berlaga pada MotoGP Jepang 2024
Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan aliran udara agar pebalap bisa bernapas lebih baik selama balapan. "Mereka (pebalap) tidak hanya memikirkan aliran udara pada motor, tetapi juga pada tubuh mereka sendiri," seperti dikutip dari Jalopnik, Kamis (7/8/2025).
Meski tampilannya mirip plester biasa, nasal dilator bekerja seperti jembatan kecil yang menempel di hidung.
Bahannya kaku dan dirancang untuk menarik dinding luar hidung agar lubang hidung terbuka lebih lebar.
Nasal dilator disebut dapat mengurangi resistensi udara hingga 30 persen.
Enea Bastianini saat berlaga pada MotoGP Ceko 2025
Plester kecil ini penting bagi para pebalap yang mengandalkan napas di level maksimal.
Dalam balapan MotoGP, pebalap melaju dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam dan mengejar selisih waktu sepersekian detik.
Dengan aliran udara yang lebih lancar, pembalap dapat menyerap oksigen lebih banyak tanpa harus terus-menerus bernapas lewat mulut.
Sebab, bernapas lewat mulut bisa mengeringkan tenggorokan, mempercepat rasa haus, dan dianggap kurang efisien dalam mengalirkan oksigen ke otot.
Pebalap Ducati asal Italia, Francesco Bagnaia, merayakan kemenangannya di podium MotoGP Valencia 2023 yang digelar di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, pada Minggu (26/11/2023) siang waktu setempat. Bagnaia sukses mempertahankan gelar juara dunia MotoGP.
Selain untuk performa, penggunaan nasal setrip juga membantu pembalap yang mengalami gangguan pernapasan seperti pilek dan alergi.
Dengan memakai nasal dilator, pebalap tidak perlu mengandalkan obat-obatan yang bisa menimbulkan efek samping.
Tanpa baterai atau komponen elektronik, alat ini juga tidak menambah risiko kegagalan teknis saat balapan.
Beberapa pebalap diketahui pernah memakai alat ini, seperti Pedro Acosta (Red Bull KTM Factory Racing), Marco Bezzecchi (Aprilia Racing), dan Jack Miller (Prima Pramac Yamaha).
Nama lainnya yaitu Jorge Martin dan Pol Espargaró juga diketahui pernah menggunakan nasal dilator saat membalap.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!