Penjelasan di Balik Stereotip Pengendara Emak-emak Sebagai Ras Terkuat

pengendara motor, motor, Ibu-ibu, naik motor, Penjelasan di Balik Stereotip Pengendara Emak-emak Sebagai Ras Terkuat

Jargon "ibu-ibu adalah ras terkuat di bumi" kerap muncul di media sosial, terutama dalam konteks gaya berkendara yang dianggap unik dan tak terduga.

Salah satu contoh yang sering disebut adalah "sein kanan belok kiri", atau perilaku tidak konsisten lainnya saat naik motor seperti berhenti di tengah jalan.

Namun, di balik anggapan itu, ada penjelasan menarik soal bagaimana pola pikir dan kebiasaan para pengendara wanita, khususnya ibu-ibu, saat berada di jalan raya.

Wanny Dewa, Instruktur Safety Riding dari Astra Motor Sulawesi Selatan, menjelaskan bahwa perilaku seperti ini tidak selalu disebabkan oleh kelalaian atau ketidaktahuan, melainkan lebih pada kondisi psikologis dan multitasking yang dilakukan secara bersamaan oleh pengendara wanita.

pengendara motor, motor, Ibu-ibu, naik motor, Penjelasan di Balik Stereotip Pengendara Emak-emak Sebagai Ras Terkuat

Meme ibu-ibu yang kerap bikin kesal saat naik motor di jalan.

“Yang pertama itu ya kalau kita melihat wanita atau kan sudah lihat potensi, oh wanita yang berkendara," kata Wanny saat ditemui di Makassar, belum lama ini.

"Utamanya sebenarnya kita yang pertama tuh jaga jarak. Kemudian saya bilang kemarin jangan coba-coba wanita berkendara apalagi ibu-ibu kita datang menegur gitu. Apalagi di Makassar,” ujarnya.

Wanny mengatakan, salah satu kebiasaan yang sering ditemui adalah penggunaan lampu sein yang tidak sesuai arah belok.

Misalnya, pengendara ingin belok ke kanan namun lampu sein masih menyala ke kiri. Hal ini, menurut Wanny, kerap kali bukan karena ketidaktahuan, melainkan karena lupa mematikan sein setelah belokan sebelumnya.

pengendara motor, motor, Ibu-ibu, naik motor, Penjelasan di Balik Stereotip Pengendara Emak-emak Sebagai Ras Terkuat

Meme ibu-ibu naik motor

“Sebenarnya ya bukan kebiasaan sih. Cuma lupa, biasanya lupa. Dari pertama wesernya (sein)-nya kiri, lupa matikan. Akhirnya kebawa sampai mau belok kanan, akhirnya dibilang wesernya kiri,” jelasnya.

Wanny menambahkan, secara biologis, otak wanita cenderung mampu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Hal ini berdampak pada konsentrasi saat berkendara.

“Biasanya karena wanita punya settingan otak kiri bisa bekerja 10 pekerjaan dalam satu waktu. Jadi biasanya wanita mereka sambil jalan sambil konsentrasinya pasti terpecah," katanya.

"Jadi bila mau ke pasar, mau beli ikan buat suami makan siang. Ketika dia seinnya kanan, mau belok kanan ke pasar, tiba-tiba dia ingat, oh setrika belum dicabut tadi, kompor belum dimatikan. Langsung tiba-tiba belok kiri, putar balik arah," kata Wanny.

pengendara motor, motor, Ibu-ibu, naik motor, Penjelasan di Balik Stereotip Pengendara Emak-emak Sebagai Ras Terkuat

Video Ibu-ibu Tabrakan Akibat Menyeberang Sembarangan, Kurang Peka Terhadap Jalan

Wanny menekankan, penting untuk dicatat bahwa tidak semua pengendara wanita atau ibu-ibu berkendara secara sembarangan.

Edukasi mengenai keselamatan berkendara tetap menjadi hal utama yang harus disampaikan tanpa diskriminasi gender. Memahami perbedaan perilaku di jalan bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan lalu lintas yang lebih aman bagi semua pihak.

Dengan memahami karakteristik ini, Wanny mengajak sesama pengguna jalan untuk lebih waspada, khususnya saat berada di dekat pengendara wanita.

"Nah itu yang bikin kita juga kadang tidak bisa antisipasi,” ungkap Wanny.

“Jadi kalau mau antisipasi wanita itu sebenarnya kalau kita lihat kebanyakan ya, wanita kita jaga jarak aman sih sebenarnya," katanya.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!