Tragedi Mall Klender: Sejarah Kelam yang Ditakutkan Terjadi Lagi di 2025

Mall Klender, yang terletak di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jakarta Timur, adalah lebih dari sekadar pusat perbelanjaan. Bangunan yang kini dikenal sebagai Mall Ciplaz ini menyimpan memori kelam dari salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah Indonesia: kebakaran maut pada 15 Mei 1998.
Tragedi ini, yang terjadi di tengah gejolak Kerusuhan Mei 1998, menewaskan sekitar 488 jiwa, menjadikannya salah satu luka terdalam dalam perjalanan reformasi Indonesia.
Bagi wisatawan sejarah, lokasi ini menawarkan pengalaman merenungi masa lalu yang penuh pelajaran, sekaligus mengenang dampak krisis sosial dan ekonomi yang dapat memicu kekerasan massal.
Dibangun pada akhir 1980-an dan diresmikan pada 1991 dengan nama Yogya Plaza, Mall Klender awalnya adalah kebanggaan Jakarta Timur. Pusat perbelanjaan ini menawarkan pengalaman belanja modern dengan toko serba ada, bioskop, restoran, dan area bermain anak, menyaingi mal-mal ternama seperti Mal Arion di Rawamangun.
Lokasinya yang strategis, hanya 30 menit dari Monumen Nasional (Monas) melalui Transjakarta, menjadikannya destinasi populer bagi keluarga dan remaja pada masanya. Namun, di balik kemegahannya, mall ini menjadi saksi bisu dari kerusuhan yang mengguncang Indonesia selama transisi dari Orde Baru menuju era reformasi.
Kronologi Tragedi Mei 1998 di Mall Klender
Tragedi Mall Klender tidak lepas dari konteks Kerusuhan Mei 1998, yang dipicu oleh krisis ekonomi Asia, pengangguran massal, inflasi tinggi, dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada 14 Mei 1998, malam sebelum kebakaran, rumor menyebar bahwa sekelompok perusuh beroperasi di mall ini, memicu kepanikan di kalangan warga sekitar. Keesokan harinya, 15 Mei 1998, ratusan orang—termasuk pemuda dan penjarah yang diduga diprovokasi oleh kelompok tak dikenal—berkumpul di depan Yogya Plaza. Sekitar pukul 13.00, massa mulai menjarah barang, menggunakan kendaraan untuk mengangkut hasil rampasan.
Situasi berubah mengerikan ketika api mulai terlihat sekitar pukul 14.00. Diduga berasal dari baju yang dibakar penjarah untuk menerangi gedung yang gelap akibat pemadaman listrik, kobaran api dengan cepat menjalar ke seluruh bangunan.
Pintu-pintu mall yang terkunci—entah karena panik, sabotase, atau kelalaian—menjebak ratusan orang, termasuk pengunjung, karyawan, dan penjarah. Jeritan minta tolong bergema dari lantai atas, sementara asap tebal dan api menghalangi upaya penyelamatan.
Warga sekitar berusaha membantu dengan membuat tali tambang dari kain iklan bioskop, tetapi banyak korban tidak dapat diselamatkan. Sekitar 488 orang tewas akibat luka bakar, sesak napas akibat asap, atau terinjak dalam kepanikan.
Makna Sejarah dan Wisata Sejarah
Pasca-tragedi, Mall Klender direnovasi dan berganti nama menjadi Mall Ciplaz. Namun, luka sejarahnya tetap terasa. Lokasi ini kini menjadi destinasi wisata sejarah yang unik, menarik bagi mereka yang ingin memahami dinamika sosial-politik Indonesia pada 1998.
Pengunjung dapat mengakses kisah saksi mata, seperti Nyai Samsiah atau Ruminah, yang kehilangan anak mereka, melalui dokumentasi lokal atau arsip digital Perpustakaan Nasional.
Film dokumenter pendek tentang keluarga korban juga tersedia di platform seperti YouTube, memberikan wawasan mendalam tentang dampak emosional peristiwa ini.
Mall Ciplaz menawarkan suasana yang kontras dengan pusat perbelanjaan modern seperti Grand Indonesia. Kesunyian relatif di beberapa area mall menambah kesan khidmat, seolah mengundang pengunjung untuk merenungi sejarah kelamnya.
Bagi wisatawan, tempat ini bukan hanya tentang belanja, tetapi juga tentang menghormati ratusan jiwa yang hilang. Acara peringatan, seperti tabur bunga oleh keluarga korban dan aktivis pada 17 Mei 2025, menegaskan pentingnya menjaga memori kolektif agar tragedi serupa tidak terulang.
Pelajaran dari Tragedi
Tragedi Mall Klender mengajarkan pentingnya kesiapan menghadapi situasi darurat di tempat umum. Pasca-1998, banyak pusat perbelanjaan di Indonesia meningkatkan sistem pemadam kebakaran, jalur evakuasi, dan pelatihan karyawan.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat akan dampak krisis sosial dan ekonomi yang dapat memicu kekerasan massal. Di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi pada 2025, pelajaran dari Mall Klender relevan untuk mendorong kesadaran akan keadilan sosial dan stabilitas politik.
Fenomena Mistis yang Melekat
Selain nilai sejarahnya, Mall Klender juga dikenal karena cerita mistis yang beredar. Banyak warga dan karyawan melaporkan fenomena aneh, seperti suara jeritan minta tolong, bau menyan, atau penampakan sosok yang diduga korban kebakaran.
Lift mall sering disebut sebagai lokasi paling angker, dengan laporan suara tangisan meski lift kosong. Cerita tentang sosok perempuan hamil atau anak kecil yang muncul di malam hari menambah aura misterius tempat ini.
Pihak pengelola rutin mengadakan pengajian setiap Jumat untuk meredam gangguan, tetapi cerita-cerita ini tetap menarik perhatian pencinta kisah mistis.