Perbedaan Demo di Korea Selatan vs Indonesia: Aparat Tertib, Demonstran Sambil Duduk

Potret Demo di Korea Selatan
Potret Demo di Korea Selatan

Korea Selatan dikenal dengan budaya masyarakatnya yang sangat menghargai ketertiban, sopan santun, dan disiplin, termasuk dalam konteks demonstrasi. Sebuah video yang diunggah oleh pengguna TikTok @edward_halimm menunjukkan bagaimana demonstrasi di Korea Selatan berlangsung dengan tertib dan terorganisir. 

Dalam video tersebut, terlihat demonstran duduk rapi di sepanjang jalan, banyak di antaranya menggunakan payung untuk melindungi diri dari cuaca, dan sebagian besar peserta adalah perempuan. 

"Ini demo di Korea kayak gini nih. Di sini dikasih tempat duduk, pada pakai payung," ujar Edward Halim dalam video tersebut, dikutip Senin 1 September 2025. 

Narator demonstrasi menyampaikan aspirasi dengan jelas, sementara peserta menyimak dengan penuh perhatian.

Budaya tertib ini mencerminkan nilai-nilai masyarakat Korea Selatan yang mengutamakan harmoni sosial dan penghormatan terhadap aturan. Dalam budaya Korea, ketepatan waktu, sopan santun, dan kerja sama merupakan nilai yang ditanamkan sejak dini. Hal ini terlihat dari tradisi mengantre yang sangat dijunjung, bahwa menyerobot antrean dianggap sebagai pelanggaran etika berat di Korea Selatan. 

Dalam konteks demonstrasi, budaya ppalli-ppalli (cepat dan efisien) juga tercermin dalam organisasi aksi yang rapi, dengan pembagian peran yang jelas, seperti adanya narator yang menyampaikan tuntutan secara terstruktur. 

Polisi di Korea Selatan, sebagaimana disampaikan dalam video TikTok, bertindak netral dengan fokus mengamankan jalannya demonstrasi tanpa memihak pemerintah. 

"Kami barusan melihat demo di Korea, mereka sangat tertib. Kemudian polisi itu cuma mengamankan saja. Jadi polisi bukan merupakan alat dari kekuasaan yang ikut menekan atau pro terhadap pemerintah," jelas pria dalam video itu.

Demonstrasi di Korea Selatan sering kali mengadopsi elemen budaya pop, seperti penggunaan lightstick K-pop atau yel-yel yang terinspirasi dari lagu-lagu populer, seperti “Whiplash” dari aespa atau “Into the New World” dari Girls’ Generation, menciptakan suasana yang unik dan menarik. Aksi ini tidak hanya tertib, tetapi juga mencerminkan kreativitas generasi muda Korea dalam menyampaikan aspirasi politik mereka dengan cara yang damai dan terorganisir.

Perbandingan dengan Demonstrasi di Indonesia

demo 25 agustus ricuh di DPR

demo 25 agustus ricuh di DPR

Sebaliknya, demonstrasi di Indonesia sering kali diwarnai dinamika yang berbeda. Meskipun banyak aksi berlangsung damai, seperti demonstrasi mahasiswa di Yogyakarta yang membersihkan sampah setelah aksi selesai, beberapa demonstrasi berakhir dengan kericuhan. 

Contohnya, demonstrasi pada Agustus 2025 di Jakarta dan kota-kota lain memanas setelah seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, tewas akibat dilindas kendaraan taktis Brimob. Insiden ini memicu kemarahan publik dan memperluas gelombang protes, dengan aksi pembakaran dan pelemparan batu di beberapa daerah seperti Semarang dan Cirebon.

Perbedaan mendasar antara demonstrasi di Korea Selatan dan Indonesia terletak pada pendekatan budaya dan respons aparat. Di Indonesia, budaya “jam karet” atau fleksibilitas waktu dalam konteks sosial sering kali memengaruhi organisasi aksi, yang cenderung lebih spontan dan kurang terstruktur dibandingkan Korea Selatan. 

Selain itu, laporan Kontras mencatat adanya 136 kasus kekerasan oleh polisi dan 12 oleh TNI selama demonstrasi, menunjukkan pendekatan aparat yang kadang bersifat represif, berbeda dengan netralitas polisi di Korea Selatan. 

Demonstrasi di Indonesia juga sering kali melibatkan emosi tinggi, terutama ketika menyangkut isu sensitif seperti ketidakadilan ekonomi atau kebijakan pemerintah, seperti kenaikan tunjangan DPR.

Namun, ada pula contoh demonstrasi tertib di Indonesia, seperti aksi mahasiswa HMI di Yogyakarta yang berjalan damai dan diakhiri dengan pembersihan sampah, menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab sosial. Meski demikian, insiden kekerasan dan ketegangan antara demonstran dan aparat masih sering terjadi, berbeda dengan suasana harmonis yang kerap terlihat di Korea Selatan.

Panduan Wisatawan di Tengah Demonstrasi

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Korea Selatan atau Indonesia saat terjadi demonstrasi, penting untuk memahami situasi dan mengambil langkah pencegahan. Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta, misalnya, mengeluarkan imbauan kepada warganya untuk menghindari lokasi keramaian selama demonstrasi di Indonesia pada Agustus 2025. Berikut adalah panduan praktis bagi wisatawan:

1. Pantau Berita Lokal: Sebelum bepergian, periksa berita terkini melalui media terpercaya atau situs resmi pemerintah setempat. Di Korea Selatan, situs seperti Yonhap News atau Korea Herald memberikan informasi terkini. Di Indonesia, portal seperti Kompas atau Tempo dapat diandalkan.

2. Hindari Area Demonstrasi: Demonstrasi di Korea Selatan sering terjadi di sekitar Majelis Nasional atau Gwanghwamun, sementara di Indonesia, lokasi seperti depan Gedung DPR/MPR atau Monas kerap menjadi titik aksi. Hindari daerah ini untuk mencegah terjebak dalam kerumunan.

3. Patuhi Etika Lokal: Di Korea Selatan, sopan santun sangat dijunjung. Jangan mengganggu jalannya demonstrasi, hindari mengambil foto tanpa izin, dan patuhi aturan antrean. Di Indonesia, hormati keragaman budaya dan hindari tindakan yang dapat dianggap provokatif.

4. Siapkan Rencana Darurat: Simpan nomor kontak kedutaan besar negara Anda dan pastikan memiliki akses ke transportasi alternatif, seperti Seoul CityPass di Korea Selatan, yang memudahkan mobilitas di tengah gangguan.

5. Tetap Tenang dan Waspada: Jika terjebak di dekat area demonstrasi, tetap tenang, ikuti arahan aparat setempat, dan cari rute aman untuk meninggalkan lokasi. Di Korea Selatan, demonstrasi cenderung damai, tetapi di Indonesia, waspadai potensi kericuhan seperti tembakan gas air mata.