Apa Itu Brain Rot dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental?

Di era digital yang serba cepat, istilah "brain rot" semakin sering digunakan. Istilah ini menggambarkan kondisi penurunan kualitas mental atau intelektual seseorang akibat konsumsi berlebihan terhadap konten yang dangkal atau tidak menantang, terutama dari platform daring.
Fenomena ini menjadi sorotan karena konten-konten semacam itu cenderung membuat pikiran jenuh, kurang produktif, bahkan dapat memengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.
Dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan aplikasi hiburan, brain rot kini dianggap sebagai salah satu dampak dari pola konsumsi digital yang tidak seimbang.
Apa itu Brain Rot
Dalam bukunya, Thoreau mengkritik kebiasaan masyarakat yang lebih suka memilih ide-ide sederhana dan dangkal daripada gagasan yang lebih kompleks dan menantang.
Selama periode 2023 hingga 2024, frekuensi penggunaan istilah ini meningkat hingga 230 persen, menyoroti kekhawatiran yang terus berkembang tentang dampak konsumsi konten daring yang tidak berkualitas.
Istilah ini menjadi populer di kalangan Gen Z dan Gen Alpha, khususnya di platform seperti TikTok, di mana konten viral sering kali bersifat dangkal atau humoris, tetapi minim nilai intelektual.
Beragam jenis konten daring yang dikaitkan dengan istilah brain rot sering kali bersifat viral dan cenderung tidak memiliki nilai intelektual yang signifikan.
Meskipun istilah brain rot kerap digunakan secara santai atau dengan nada bercanda, istilah ini juga memicu diskusi yang lebih serius mengenai dampaknya terhadap kesehatan mental, khususnya pada anak-anak dan remaja.
Beberapa penelitian dan panduan yang diterbitkan oleh lembaga kesehatan mental telah menyoroti pentingnya mengenali dan menghindari efek negatif dari konsumsi konten semacam ini.
Dampak Brain Rot pada kesehatan mental
-
Masalah ingatan
Orang yang terlalu sering terpapar layar atau konten berkualitas rendah sering kesulitan mengingat hal-hal sederhana seperti nama, tanggal, atau kejadian baru-baru ini.
-
Sulit berkonsentrasi
Waktu layar yang berlebihan dapat membuat seseorang kesulitan fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang. Akibatnya, kemampuan memecahkan masalah dan produktivitas secara keseluruhan pun menurun.
-
Kelelahan mental
Paparan konten yang tidak menantang secara terus-menerus dapat menyebabkan rasa lelah dan hilangnya motivasi. Kondisi ini sering kali memicu siklus menghindari aktivitas yang membutuhkan stimulasi mental, yang pada akhirnya memperburuk penurunan kemampuan kognitif.
-
Meningkatnya kecemasan dan depresi
-
Isolasi sosial
Ketika kemampuan kognitif menurun, seseorang cenderung menarik diri dari interaksi sosial yang membutuhkan keterlibatan mental. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam hubungan serta meningkatkan rasa kesepian.
-
Kebiasaan Doomscrolling
-
Pola adiktif
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat membentuk kebiasaan yang adiktif. Hal ini membuat seseorang terus menggunakan platform ini meskipun menyadari dampak negatifnya.
Pencegahan pada Brain Rot
Untuk mencegah dampak buruk dari brain rot, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan, terutama oleh generasi muda yang menjadi pengguna utama media digital:
-
Saring konten yang dikonsumsi
Pilihlah konten yang memberikan manfaat nyata, seperti wawasan baru, edukasi, atau inspirasi. Hindari konten yang hanya membuang waktu tanpa memberikan nilai positif.
Anda bisa mengikuti akun yang membahas topik menarik seperti teknologi, sains, seni, atau pengembangan diri untuk memastikan konsumsi digital lebih berkualitas.
-
Batasi waktu layar
Terlalu lama terpaku pada perangkat digital dapat memperburuk dampak brain rot. Terapkan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial atau aplikasi hiburan. Misalnya, gunakan fitur screen time di ponsel Anda untuk memantau dan mengatur durasi penggunaan.
-
Bangun keseimbangan dengan aktivitas dunia nyata
Berikan ruang bagi diri sendiri untuk menjalani aktivitas di luar dunia digital. Mengembangkan hobi seperti membaca, olahraga, memasak, atau seni dapat membantu meningkatkan kemampuan intelektual dan emosional.
-
Berhenti konsumsi berlebihan
Konsumsi konten secara berlebihan sering kali menjadi pemicu utama brain rot. Tahan godaan untuk terus menggulir timeline media sosial tanpa tujuan jelas.
-
Edukasi diri tentang dampak digital
Dengan menyadari potensi risiko, Anda bisa lebih bijak dalam mengatur pola konsumsi konten. Bacalah artikel, buku, atau tonton video yang membahas topik ini untuk meningkatkan pemahaman.
Dengan kesadaran akan dampak negatif dan upaya bersama untuk menerapkan kebiasaan digital yang lebih sehat, risiko brain rot dapat diminimalkan.