Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkap, bahwa 10 persen ke atas Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemprov DKI terindikasi memiliki masalah kesehatan mental.
Angkat tersebut berdasarkan pengukuran menggunakan alat SRQ-29 dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
"Sekitar 15,03 persen ASN terindikasi memiliki potensi masalah kesehatan mental, mulai dari gejala emosional ringan hingga gangguan tidur," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati dalam keterangannya, Senin (21/7).
Meski belum merupakan diagnosis medis, kata Ani, hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
"Selain kesehatan fisik, aspek kesehatan mental juga menjadi fokus," tuturnya.
Sebagai bagian dari upaya preventif, Pemprov DKI juga telah melaksanakan program skrining kesehatan pada 2024 yang diikuti oleh 9.936 ASN. Pemeriksaan ini mencakup pengukuran indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, kebugaran jasmani, kadar gula darah sewaktu, hingga evaluasi kondisi kesehatan mental.
"Skrining ini bersifat promotif dan preventif. Tujuannya adalah mendeteksi risiko kesehatan sejak dini agar intervensi bisa dilakukan secara cepat dan tepat," ujarnya.
Hasil skrining menunjukkan bahwa 62,09 persen ASN yang diperiksa mengalami obesitas, dengan rincian Obesitas I sebesar 40,03 persen dan Obesitas II sebesar 22,06 persen, berdasarkan klasifikasi WHO untuk Asia Pasifik. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena berkaitan erat dengan risiko PTM seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit jantung.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan ASN demi menghadirkan pelayanan publik yang lebih optimal bagi masyarakat. Dengan mengagas program Jakarta BERJAGA (Bergerak, Bekerja, Berolahraga, dan Bahagia) yang mengampanyekan gaya hidup sehat. Program ini mengajak ASN dan masyarakat umum untuk berjalan kaki minimal 7.500 langkah setiap hari selama 21 hari berturut-turut.
Kegiatan ini bertujuan menurunkan risiko penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung, stroke, diabetes, dan kanker, sekaligus mendorong deteksi dini terhadap masalah psikologis yang kerap luput dari perhatian.
"Kegiatan ini dirancang untuk menurunkan risiko penyakit tidak menular sekaligus mendorong deteksi dini masalah psikologis yang sering kali tidak disadari," ujarnya. (Asp)