Xiaomi Salip iPhone di Pasar Utama Apple

Hal ini menunjukkan bahwa dominasi iPhone di China semakin tergerus. Padahal, China adalah salah satu pasar terbesar Apple, selain Amerika Serikat (AS).
Xiaomi jawara di China
Menurut analis Canalys, Toby Zhu, performa Xiaomi itu merupakan buah dari sinergi antara ekosistem produk perusahaan dengan strategi distribusi yang dinilai efektif.
"Harga (produk Xiaomi) baik online maupun offline yang konsisten, meyakinkan konsumen melakukan pembelian di bawah skema subsidi," kata Toby Zhu, dikutip KompasTekno dari situs resmi Canalys, Kamis (1/5/2025).
"Portofolionya yang luas mulai dari perangkat wearable, PC hingga AIoT dan mobil listrik, menjadikan produknya layak dan mendorong konsumen melakukan pembelian bundling," lanjut Toby.
Di peringkat kedua, ada Huawei dengan total pengiriman smartphone 13 juta unit pada kuartal I-2025. Vendor smartphone ini membukukan pertumbuhan 12 persen YoY, karena pada kuartal I-2024 hanya mengirimkan 11,7 juta unit dan pangsa pasar 17 persen.
Menurut Canalys, kinerja Huawei ini didorong oleh manajemen distribusi yang kuat. Selain itu, peluncuran Huawei Pura X juga mendorong posisi vendor ini kian kuat di pasar ponsel lipat.
Di samping itu, Huawei juga mempercepat peluncuran sistem operasi bikinannya, HarmonyOS Next untuk memperkuat lanskap sistem operasi domestiknya serta meningkatkan keunggulan perusahaan dibanding kompetitor.
Oppo dan Vivo membuntuti Huawei di peringkat ketiga dan empat. Oppo membukukan pertumbuhan -3 persen YoY dengan total unit terkirim pada kuartal I-2025 sebanyak 10,6 persen.
Kemudian Vivo mengapalkan 10,4 juta unit ponsel, tumbuh 2 persen YoY. Sementara itu peringkat kelima ditempati oleh Apple dengan 9,2 juta unit iPhone terkirim selama kuartal I-2025 di China.
- Xiaomi - 19 persen
- Huawei - 18 persen
- Oppo - 15 persen
- Vivo - 15 persen
- Apple - 13 persen
Alasan Apple terpuruk di China
Dalam laporan keuangan Apple kuartal pertama tahun fiskal 2025, penjualan iPhone di pasar China tercatat turun sebesar 11,1 persen. Ini merupakan penurunan terbesar di pasar tersebut setelah penjualan iPhone turun nyaris 13 persen pada kuartal I-2024.
Penurunan di China cukup signifikan bagi pendapatan Apple. Sebab, China adalah salah satu pasar terbesar Apple untuk iPhone. Salah satu faktor penurunan iPhone di China adalah imbas konflik "perang dagang" AS-China beberapa tahun terakhir.
Bahkan, muncul sentimen negatif jika ada yang menggunakan iPhone akan dianggap sebagai hal memalukan bagi sebagian konsumen, tulis laporan media South Morning Post, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari 9to5Mac.
Selain itu, menurut analis dari TF International Securities, Ming-Chi Kuo yang kerap membahas soal produk Apple, menyebut salah satu faktor penurunan iPhone di China adalah minimnya inovasi, terutama di iPhone 16 Series.
Menurut dia, hal itu kurang menarik pembeli untuk melakukan upgrade dari iPhone mode lama. Salah satu peningkatan yang dibawa iPhone 16 series adalah kehadiran fitur kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) Apple Intelligence.
Apple Intelligence hadir untuk semua model, yakni iPhone 16, iPhone 16 Plus, iPhone 16 Pro, dan iPhone 16 Pro Max. Hal itu berbeda dengan iPhone 15, di mana Apple Intelligence hanya hadir di iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max saja.
Akan tetapi, menurut Kuo, Apple Intelligence belum cukup mampu menarik konsumen. Kuo mengutip survei dari Sell Cell yang menemukan bahwa 73 persen pengguna Apple Intelligence tidak puas dengan fitur AI itu.
"Survei sebelumnya (dari Sell Cell) menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna iPhone tidak tertarik dengan Apple Intelligence, sesuai dengan survei supply chain terakhir saya, yang mengindikasikan bahwa Apple Intelligence tidak mendongkrak permintaan penggantian iPhone," tulis Kuo.
Kuo mengatakan, promosi Apple Intelligence cukup menantang bagi Apple. Di saat pengumuman pertamanya di acara Worldwide Developer Conference (WWDC 2024) lalu, Apple Intelligence cukup mendapat perhatian.
"Saya bukannya pesimis dengan proyek jangka panjang Apple Intelligence. Namun, mengingat poin-poin di atas, tidak ada bukti bahwa Apple Intelligence bisa mendukung siklus penggantian perangkat keras atau bisnis layanan (Apple)," kata Kuo.