Mengenal Survivor Guilt, Luka Psikologis karena Selamat Seorang Diri

survivor guilt, Survivor guilt, kecelakaan air india, cara mengatasi survivor guilt, apa itu survivor guilt, pengertian survivor guilt, Mengenal Survivor Guilt, Luka Psikologis karena Selamat Seorang Diri

Menjadi satu-satunya yang selamat dari kecelakaan atau tragedi mungkin terdengar seperti keberuntungan besar. Tapi, bagi sebagian orang, pengalaman itu justru jadi awal dari luka psikologis yang membekas dalam.

Alih-alih merasa lega, mereka justru dihantui perasaan bersalah, "kenapa saya selamat, sementara yang lain tidak?"

Dalam psikologi, kondisi ini dikenal sebagai survivor guilt atau rasa bersalah karena berhasil selamat dari situasi ekstrem, seperti kecelakaan, bencana alam, atau bahkan pandemi.

“Survivor guilt itu rasa bersalah karena dia selamat dari kondisi tragis. Bisa kecelakaan, bencana, perang, atau pandemi. Misalnya, orang merasa,” jelas Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., Psikolog dari RS Dr. Oen Solo Baru, kepada Kompas.com, Sabtu (14/6/2025).

Rasa bersalah yang sulit dijelaskan

Psikolog Joko menuturkan, survivor guilt bukan sekadar rasa sedih biasa. Emosi ini bisa berkembang menjadi perasaan tidak layak hidup, pikiran untuk menebus kesalahan yang sebenarnya tidak pernah ia buat, hingga mengarah ke gangguan stres pascatrauma (PTSD) atau depresi klinis.

Ciri-cirinya antara lain:

  • Rasa bersalah berkepanjangan
  • Sulit tidur atau sering mimpi buruk
  • Menghindari tempat atau orang yang mengingatkan pada kejadian
  • Emosi yang tumpul, susah merasa senang
  • Pikiran obsesif seperti “Seharusnya aku bisa bantu mereka”
  • Bahkan keinginan untuk mati, sebagai bentuk penebusan.

Kenapa bisa merasa bersalah?

Ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang mengalami survivor guilt. Salah satunya adalah tingkat empati yang tinggi.

“Kalau orang sangat bisa berempati, dia ikut merasa apa yang dirasakan korban. Lalu, muncul rasa tanggung jawab emosional, meski dia sebenarnya tidak salah,” tutur Joko.

Faktor lain adalah distorsi kognitif, yaitu cara berpikir yang menyimpang dari logika. Misalnya, ia yakin seharusnya bisa mencegah tragedi, padahal secara realita, tidak mungkin dilakukan.

Ada juga kecenderungan mencari makna di tengah tragedi yang membingungkan. “Kadang, menyalahkan diri sendiri jadi jalan pintas untuk menjelaskan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan,” lanjutnya.

Tak sedikit pula yang dipengaruhi nilai moral yang mereka pegang. Orang yang menjunjung tinggi pengorbanan dan kebersamaan, bisa merasa gagal jika tak bisa menyelamatkan orang lain.

survivor guilt, Survivor guilt, kecelakaan air india, cara mengatasi survivor guilt, apa itu survivor guilt, pengertian survivor guilt, Mengenal Survivor Guilt, Luka Psikologis karena Selamat Seorang Diri

Tak Salah Jika Selamat, Cara Menyembuhkan Diri dari Survivor Guilt

Bisa sembuh, tapi perlu waktu dan dukungan

Survivor guilt bukan kondisi sepele, tapi bisa dipulihkan. Joko menyebut beberapa cara yang bisa membantu proses pemulihan:

  • Terapi psikologis untuk mengurai pikiran tidak rasional dan membangun perspektif baru
  • Menulis perasaan, sebagai bentuk katarsis atau pelepasan emosi
  • Latihan mindfulness dan self-compassion, belajar menyadari emosi dan menyayangi diri
  • Bergabung dalam support group
  • Aktivitas sosial yang memberi makna baru pada pengalaman hidup
  • Yang tak kalah penting adalah dukungan keluarga.

“Keluarga jangan langsung menghakimi. Dengarkan tanpa buru-buru memperbaiki perasaannya. Validasi emosinya, beri ruang untuk merasa bersalah dan sedih,” kata Joko.

Tak semua luka terlihat. Survivor guilt adalah contoh nyata bagaimana trauma bisa membungkam seseorang diam-diam. Alih-alih menyalahkan diri terus-menerus, memahami bahwa perasaan itu valid, lalu mencari bantuan, adalah langkah penting untuk sembuh dan hidup dengan lebih utuh.