4 Tahun Tak Terjamah, Chromebook Bantuan Negara Masih Utuh dalam Kotak di Sekolah

korupsi, Chromebook, laptop Chromebook, chromebook, korupsi chromebook kemendikbudristek, Laptop Chromebook, laptop Chromebook Kemendikbudristek, Korupsi Chromebook, korupsi chromebook nadiem, 4 Tahun Tak Terjamah, Chromebook Bantuan Negara Masih Utuh dalam Kotak di Sekolah

— Di tengah sorotan publik atas dugaan korupsi proyek digitalisasi pendidikan senilai Rp 9,8 triliun di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) era Nadiem Makarim, kondisi laptop Chromebook yang dibagikan ke sejumlah sekolah menjadi perhatian.

Di sejumlah sekolah penerima bantuan, banyak unit Chromebook yang justru tidak digunakan, bahkan rusak dan terbengkalai.

Seperti diketahui, Kejaksaan Agung RI tengah menyelidiki kasus dugaan korupsi dalam proyek pengadaan 1,2 juta unit Chromebook untuk program digitalisasi pendidikan pada periode 2019–2023. Nilai proyek ini mencapai Rp 9,8 triliun, dan negara disebut mengalami kerugian hingga Rp 1,98 triliun.

“Penyidikan perkara dimulai sejak 20 Mei 2025 dan saat ini sudah ada empat orang yang ditetapkan sebagai tersangka,” kata Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar, Selasa (15/7/2025).

Empat tersangka tersebut antara lain:

  • Jurist Tan, Staf Khusus Mendikbudristek Bidang Pemerintahan
  • Sri Wahyuningsih (SW), Direktur Sekolah Dasar 2020–2021
  • Mulyatsyah (MUL), Direktur SMP Kemendikbudristek
  • Ibrahim Arief (IBAM), Konsultan Teknologi di Kemendikbudristek

Sementara itu, mantan Mendikbudristek Nadiem Makarim telah dua kali diperiksa sebagai saksi, yaitu pada 23 Juni dan 15 Juli 2025.

Chromebook Disimpan Tak Terjamah di Singkep

Di lapangan, kondisi laptop Chromebook bantuan pemerintah tidak selalu sesuai harapan. Di SMP Negeri 1 Singkep, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, tiga unit Chromebook yang diterima pada 2021 masih tersimpan rapi di lemari, belum pernah digunakan sama sekali.

“Masih sangat baru karena memang tak pernah digunakan selama empat tahun,” ujar petugas Tata Usaha SMPN 1 Singkep kepada TribunBatam.id, Rabu (16/7/2025).

Kotak, kantong, dan styrofoam pelindung masih utuh. Bahkan kabel charger masih tersegel di dalam kotak. Ketika dinyalakan, layar laptop masih bersih dan jernih.

Sayangnya, perangkat ini dianggap tidak efektif. “Harus selalu online, tidak bisa digunakan offline. Untuk desain grafis juga berat,” kata petugas TU itu lagi.

Kepala SMPN 1 Singkep, Maulud, menambahkan bahwa pihaknya lebih memilih menggunakan komputer laboratorium yang sudah ada.

“Ada lebih dari 30 komputer dan laptop di tiga ruang Labor TIK untuk kegiatan ujian, ANBK, dan sebagainya,” ungkapnya.

Perangkat Chromebook juga diterima sekolah-sekolah di pulau lain seperti Pulau Pekajang dan Pulau Lalang, namun tidak dapat digunakan untuk pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).

“Mereka dapat Chromebook, tapi tidak bisa dipakai ANBK. Jadi harus datang ke sini,” kata petugas TU SMPN 1 Singkep.

Chromebook Rusak di Natuna

Di Kabupaten Natuna, SMPN 3 Bunguran Timur menerima sekitar 15 unit Chromebook, namun 10 di antaranya kini rusak. Kepala sekolah Budi Kesumawati menyatakan bahwa hanya lima unit yang masih bisa digunakan, itupun hanya saat ANBK.

“Penggunaan harian jarang karena harus terkoneksi dengan listrik dan internet. Sekarang perangkatnya sering macet dan cepat panas,” jelasnya.

Berbeda nasibnya, SMPN 1 Bunguran Timur justru tidak mendapatkan bantuan. “Kami tidak tahu juga bentuknya seperti apa,” ujar Kepala Sekolah Zurna.

Beberapa satuan pendidikan di Kabupaten Kepulauan Anambas juga menerima bantuan laptop dari Kemendikbudristek. Di SDN 001 Tarempa, sekolah menerima 18 unit Chromebook dari dua periode: 3 unit Acer (2018) dan 15 unit Axioo (2021).

Namun, tiga unit dari pengadaan 2021 telah rusak. “Tiga unit warna putih 2018 masih oke, tapi yang tahun 2021 ada tiga yang rusak,” kata guru Sudarto, Rabu (16/7/2025).

Kendati demikian, Sudarto menilai bantuan itu bermanfaat. “Mudah cari materi pembelajaran berbasis internet, tapi tak semua guru pakai. Saya sendiri lebih nyaman pakai laptop pribadi,” ujarnya.

Sayangnya, perangkat itu tidak terlalu optimal digunakan karena koneksi internet di sekolah masih kurang mendukung.

Hanya Tiga Unit, Tapi Maksimal Digunakan

Di SDN 006 Tanjung, sekolah hanya menerima tiga unit Chromebook Dell dari usulan sepuluh unit tahun 2021. Pegawai administrasi Andriansyah mengungkapkan bahwa seluruh perangkat digunakan secara maksimal oleh para guru.

“Saking seringnya dipakai, sudah ada goresan di permukaan laptop. Perangkat ini sangat berguna,” ungkapnya.

Menurut Andriansyah, fitur seperti ruang guru dan exam browser sangat menunjang kegiatan belajar. Namun, perangkat tidak memiliki fitur pencetakan (print) dan tidak seperti laptop biasa dalam pencarian materi seperti modul atau makalah.

“Koneksi internet cukup kuat, tapi jumlahnya terbatas. Kami sudah usulkan tambahan 15 unit tahun ini,” ucapnya.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdikbud Natuna, Umar Wirahadi Kusuma, membenarkan bahwa sejumlah SD dan SMP telah menerima bantuan Chromebook.

“Selama ini tidak ada laporan kerusakan massal. Tapi ya, penggunaannya sangat bergantung pada kesiapan jaringan dan kebutuhan sekolah,” kata Umar.

Sebagian Artikel ini telah tayang diTribunBatam.iddengan judul Dua SDN di Anambas Dapat Laptop Chromebook Kemendikbudristek, Akui Permudah Proses Belaja