Akhir Kedai Kopi Berusia 400 Tahun, Tak Mampu Lawan Biaya Sewa Selangit

kedai kopi, Amsterdam, amsterdam, toko kopi legendaris, penutupan 't Zonnetje, Akhir Kedai Kopi Berusia 400 Tahun, Tak Mampu Lawan Biaya Sewa Selangit

Sebuah kedai kopi dan teh legendaris di Amsterdam, Belanda, bernama 't Zonnetje, resmi tutup pada Sabtu (31/5/2025).

Kabar tutupnya toko kopi dan teh ini terdengar ke berbagai sudut Kota Amsterdam, sebab 't Zonnetje telah menempati bangunan tua berusia lebih dari 400 tahun sejak lama.

Dilansir dari CNN, mahalnya tarif sewa toko menjadi penyebab 't Zonnetje tutup. Biaya sewa toko ditetapkan sekitar 18.000 euro atau setara Rp 340 jutaan per tahun pada 2019.

Lima tahun berselang, pemilik bangunan mengusulkan kenaikan biaya sewa hingga 6.000 euro per bulan atau 72.000 euro per tahun pada September 2024.

Nilai itu setara dengan Rp 1,3 miliar, yang berarti pemilik toko kopi dan teh 't Zonnetje harus membayar biaya sewa empat kali lipat dari sebelumnya.

Pemilik 't Zonnetje, Marie-Louise Velder (76), sempat menggugat kenaikan biaya sewa yang dianggap tak masuk akal.

Hakim memutuskan menurunkan sewa secara retroaktif menjadi sekitar 50.000 euro per tahun atau sekitar Rp 946 jutaan, tetapi Velder tetap merasa biaya ini terlalu mahal.

Sebab, ia masih harus membayar gaji keempat karyawan yang bekerja di tokonya, padahal omzetnya hanya sekitar 300 euro atau Rp 5,6 jutaan per hari.

Pemilik 't Zonnetje, Marie-Louise Velder (76).Upaya Terakhir

Satu bulan sebelum menutup tokonya, Velder terus mengupayakan keajaiban agar 't Zonnetje bisa terus melayani para pelanggan.

Ia mengaku menerima dukungan dari pelanggan dan teman-temannya sejak berita penutupan kedai teh dan kopi miliknya diberitakan oleh surat kabar Belanda, Het Parool, pada pertengahan April.

Velder menyambut baik semua pihak yang ingin mendengar awal mula berdirinya toko tersebut, sambil berharap hal ini dapat membantunya mencegah 't Zonnetje tutup.

"Saya menerima banyak panggilan telepon, jadi saya pikir mungkin bantuan datang dari atas," kata Velder, dikutip dari CNN, Kamis (17/7/2025).

Seorang pelanggan setia 't Zonnetje, Carlisle, yang telah menikmati seduhan kopi dan teh di toko milik Velder sejak delapan tahun lalu, sengaja datang ke kafe ini setiap minggu sebelum 't Zonnetje resmi ditutup.

"Ini situs warisan, bangunannya sendiri, sejarahnya, jalannya. Jadi, saya sangat berharap ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk mulai melindunginya. Kalau tidak, tempat ini hanya akan seperti mal, bukan itu tujuan Amsterdam. Bukan itu alasan orang-orang datang ke sini," ungkap Carlisle.

Bahkan, sebelum unggahan terakhirnya melalui Instagram resmi @tzonnetje_coffeeteashop, Velder menggalang dana secara online, berharap ada keajaiban dalam dua minggu sebelum toko tersebut ditutup.

"Dua minggu lagi... dan tahun-tahun penuh kegembiraan, persahabatan, lingkungan sekitar, dan kopi nikmat di Haarlemmerdijk terancam berakhir. Dalam beberapa minggu terakhir ini, kami berusaha semaksimal mungkin agar tidak ditutup. Kami membutuhkan bantuanmu untuk ini," tulisnya.

upaya itu gagal. 't Zonnetje benar-benar berhenti beroperasi, menutup sejarah bangunan yang telah dihuni lebih dari 400 tahun.

"Jam-jam terakhir, perpisahan terakhir, air mata terakhir.

Sejarah 't Zonnetje

Velder mengambil alih bangunan 't Zonnetje pada 1999. Jauh sebelum ia membuka kedai teh dan kopi, gedung ini kabarnya dibangun pada 1642.

Bahkan, sebuah buku karya seorang penulis Belanda sekaligus mantan pemilik toko milik Velder menyebutkan bahwa gedung ini dibangun pada 1612.

Velder menuturkan, sebelum gedung tokonya berdiri, perairan teluk IJsselmeer di Amsterdam berada sangat dekat dengan bangunan tersebut. Perahu-perahu dari teluk datang ke arah daratan dan membawa barang menuju bangunan 't Zonnetje.

Kemudian, saat melanjutkan bisnis pemilik toko tanpa kontrak yang jelas 26 tahun silam, Velder sebenarnya belum menemukan konsep kafe yang akan dibangun.

“Namun, butuh waktu setidaknya lima, enam tahun bagi saya untuk memahami apa sebenarnya minum teh dan kopi, ke mana saya harus mencari, apa yang harus dilakukan, dan apa yang lebih penting,” kata Velder.

Adapun nama 't Zonnetje yang berarti "matahari kecil" dalam bahasa Belanda. Akhirnya, ia berhasil membangun bisnis berupa kafe teh dan kopi yang sebelum ditutup, menawarkan 350 jenis teh serta 15 jenis kopi dari banyak negara.

Velder mendesain kafenya dengan tempat duduk bagi para pelanggan yang ingin bersantai, sembari menikmati secangkir minuman dan berbincang-bincang.

Ia mengaku, sebelum resmi tutup pada Mei 2025, bisnisnya sempat dihantam badai pandemi Covid-19. Meski demikian, ia tetap memperhatikan kesejahteraan para karyawannya.

“Ini lebih dari sekadar toko, tempat ini juga memiliki peran sosial yang sangat penting,” kata karyawan 't Zonnetje yang bekerja sejak 2021, Nathalie Teton.

Dampak Kebijakan Pariwisata

Di tengah kabar tutupnya kedai kopi dan teh legendaris, Amsterdam segera merayakan hari ulang tahun kota ke-750 tahun pada Oktober mendatang.

Perjuangan melestarikan sejarah menjadi sorotan. Di tengah overtourism yang mengancam perubahan karakter kota, pejabat telah memfokuskan upaya pariwisata mereka untuk membendung gelombang wisatawan dan menarik jenis wisatawan berkualitas datang ke kota tersebut.

“Mereka yang datang untuk menghargai museum dan budaya Amsterdam, bukan untuk ikut serta dalam keburukan-keburukannya,” demikian visi pejabat di Amsterdam.

Sejumlah upaya dilakukan demi mencegah overtourism dan turis nakal, di antaranya menaikkan pajak turis, melarang tur di kawasan bersejarah De Wallen, melarang kapal pesiar, hingga membatasi pembukaan toko-toko yang secara khusus melayani turis.

Namun, kebijakan ini mendatangkan hasil yang beragam. Bisnis berusia ratusan tahun, seperti 't Zonnetje, justru terancam hilang karena terkena dampak kenaikan harga sewa, seiring menjamurnya restoran-restoran viral TikTok, hingga coffee shop yang khusus menjual ganja di kalangan wisatawan.

Menurut beberapa pakar, pejabat kota belum berupaya cukup untuk melindungi bisnis lokal yang sudah lama berdiri seperti 't Zonnetje.