Jantung Berdebar tapi Hasil Medis Normal? Waspadai Psikosomatik

Pernah merasa lemas, mual, sulit tidur, atau jantung berdebar-debar tanpa sebab yang jelas namun hasil pemeriksaan medis menunjukkan kondisi baik-baik saja?
Jika ya, jangan buru-buru mengabaikan atau merasa “cuma capek biasa”. Bisa jadi, kamu sedang mengalami gangguan psikosomatik.
Psikosomatik adalah kondisi medis nyata yang dipengaruhi oleh faktor psikologis dan emosional. Menurut Dr. E. Mudjaddid, Sp.PD-KPsi, gangguan ini mencerminkan hubungan erat antara pikiran dan tubuh.
“Bukan berarti pasien berpura-pura sakit. Emosi negatif seperti kecemasan, ketakutan, atau trauma masa lalu dapat ‘menyamar’ menjadi gejala fisik di berbagai organ tubuh,” jelas dokter internis dan konsultan psikosomatik dan paliatif medik di Bethsaida Hospital Gading Serpong ini.
Gejala psikosomatik sering membingungkan
Salah satu hal yang membuat psikosomatis sulit dikenali adalah karena keluhannya sering berpindah-pindah. Hari ini nyeri lambung, besok pusing, lalu sulit tidur, jantung berdebar, atau badan terasa sangat lelah, semuanya bisa terjadi hampir bersamaan.
Gejala-gejala ini kadang membuat pasien merasa “aneh sendiri”, padahal ada dasar medis dan psikologis yang mendasarinya.
Menurut dr.Mudjaddid, secara klinis gangguan psikosomatik biasanya ditandai dengan:
- Tidak ditemukan kelainan organik meski sudah dilakukan pemeriksaan menyeluruh.
- Bila tidak ditangani, bisa berkembang menjadi gangguan fisik yang nyata.
- Tidak disertai gangguan kejiwaan berat seperti psikosis atau gangguan kepribadian berat.
- Keluhan berkaitan dengan tekanan emosional, seperti rasa rendah diri, penolakan, trauma, kecemasan, hingga stres kronis.
- Gejala berpindah-pindah dari satu organ ke organ lain tanpa pola medis yang khas.
- Sering dipicu oleh faktor stres dalam kehidupan sehari-hari—baik dari pekerjaan, keluarga, masalah keuangan, maupun dinamika sosial.
Psikomatik jangan diabaikan
Penelitian dari World Health Organization (WHO) dan jurnal seperti Psychosomatic Medicine menunjukkan bahwa gangguan psikosomatik merupakan bentuk nyata dari apa yang disebut sebagai “somatic symptom disorder”. Artinya, gejala fisik yang timbul bukan hanya hasil imajinasi, tetapi reaksi nyata dari tubuh terhadap tekanan emosional yang tidak tersalurkan dengan sehat.
Dalam jangka panjang, stres yang tidak dikelola dapat memicu ketidakseimbangan hormon stres (seperti kortisol), yang berdampak pada tekanan darah, sistem pencernaan, kualitas tidur, bahkan sistem imun. Inilah mengapa psikosomatik tak bisa dianggap remeh.
"Jika dibiarkan, gangguan ini bahkan bisa berkembang menjadi gangguan organik yang nyata," kata dr.Mudjaddid.
Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan setiap gejala yang dialami mendorong Bethsaida Hospital meluncurkan layanan psikosomatik.
Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr.Pitono mengatakan pendekatan yang digunakan terhadap penyakit psikosomatik sangat komprehensif dan terintegrasi, mencakup empat dimensi utama, yaitu pertama Bio-Organik berupa pemeriksaan fisik menyeluruh, pemberian obat sesuai kebutuhan, serta edukasi hidup sehat.
"Kedua adalah pendekatan psiko-edukasi, dengan membangun hubungan yang suportif antara dokter dan pasien, sehingga pasien merasa didengar dan dimengerti," paparnya.
Kemudian ada pendekatan sosio-kultural untuk membantu pasien mengurai persoalan sosial seperti konflik rumah tangga, tekanan pekerjaan, hingga kondisi ekonomi.
Terakhir adalah pendekatan spiritual yang membimbing pasien untuk melihat konflik batin dari sudut pandang spiritual atau keagamaan, demi ketenangan jiwa.
Kesehatan mental dan fisik adalah satu kesatuan. Merawat emosi sama pentingnya dengan menjaga tekanan darah atau kadar gula.